JAKARTA – Presiden PKS Anis Matta menilai referendum Yunani mengembalikan prinsip legitimasi tindakan negara ada di tangan rakyat. Pernyataan ini menyusul penolakan rakyat Yunani atas tawaran paket pengetatan anggaran (bailout) yang diajukan para kreditur Uni Eropa sebagai syarat pinjaman penyelamatan ekonomi lanjutan pada Ahad (5/7).
“Rakyat Yunani telah menjatuhkan pilihan bersejarah mengatakan tidak pada tawaran bailout, walaupun beresiko dikeluarkan dari Eurozone,” kata Anis Matta melalui akun twitternya @anismatta, Senin (6/7) malam.
Anis Matta pun mengajak masyarakat Indonesia untuk melihat krisis Yunani dalam perspektif yang lebih luas, yaitu bagaimana sistem ekonomi global bekerja. Krisis Yunani, katanya, merupakan ujian bagi integrasi negara ke dalam kawasan melalui sistem mata uang bersama.
“Penolakan rakyat terhadap suatu sistem dapat memukul sistem itu. Kita melihat bagaimana akhirnya komunisme bangkrut pada 1989. Komunisme bangkrut bukan oleh perang nuklir, tapi oleh penolakan rakyat yang hidup di bawah sistem itu sendiri,” jelasnya.
Anis Matta menyatakan hasil referendum Yunani menunjukkan kapitalisme internasional diveto oleh rakyat suatu negara. Menurutnya, krisis Yunani harus dijadikan landasan dialog tentang tata ekonomi dunia baru. Terutama tentang legitimasi lembaga keuangan internasional beserta resep-resep pembangunan ekonominya, seperti Bank Dunia (World Bank) dan IMF.
“Inilah momen penting untuk mengingatkan bahwa kekuasaan kapitalisme tidak tak terbatas. Ada kedaulatan rakyat yang membatasinya. Inilah pesan rakyat Yunani kepada masyarakat dunia bahwa kapitalisme bukan kebenaran tunggal,” tegasnya.
Kaitan antara krisis Yunani dan ekonomi Indonesia, Anis Matta mengingatkan pentingnya mewaspadai dampak goncangan “Negara Para Dewa” itu ke dalam negeri. Ia menyebutkan gejolak mata uang bisa berlangsung cepat dengan daya tular (contagious) luar biasa.
“Saat ini terjadi perlambatan ekonomi nasional dan pelemahan nilai rupiah. Pemerintah perlu menyampaikan pesan yang jelas dan kompak dalam menangani potensi krisis susulan di tengah ekonomi nasional yang sudah terpuruk ini. Pesan yang realistis sekaligus konkret berupa tindakan nyata. Krisis tidak bisa ditangani dengan pertunjukan hiburan,” tutupnya.
Sumber pks.or.id