Tidak Terlalu Berpengaruh pada Pertanian

PKS SIAK, KARO - Pasca meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo tidak saja memaksa warga di sekitarnya harus meninggalkan desa tetapi semburan abu vulkanik juga "menyelimuti" sejumlah komoditas pertanian milik warga. Walau tanaman dipenuhi debu vulkanik tetapi diperkirakan tidak akan sampai gagal total atau gagal panen.

"Sejauh ini dari hasil monitoring petugas dari Distan yang bekerja sama dengan bapeluh dan KUPT dilapangan tidak ada tanaman masyarakat terancam gagal panen. Selain itu karena letusan masih terhitung dengan jari, maka dampak debu vulkanik terhadap hasil pertanian belum kelihatan. Apalagi begitu erupsi terjadi kemarin hujan langsung turun, jadi dapat kita pastikan sejauh ini belum ada dampak yang vatal bagi tanaman para petani yang berada di zona merah Sinabung,” ujar Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo,  Munarta Ginting kepada Sumut Pos (Riau Pos Group) di kantornya Kamis (18/6/2015).

Lebih jauh disampaikannya jika dilihat dari erupsi sebelumnya, kerusakan lahan pertanian akibat Sinabung menurun, yang mana sebelumnya kerusakan lahan pertanian mencapai 53.000 hektare dan 8.000 hektare puso (gagal tanam) di empat kecamatan, saat ini sekitar 10.000 hekatare tanpa Puso. Oleh karena itu belum terlihat penurunan produksi dari hasil pertanian.

Kami dari Distan sangat mengharapkan kerja sama yang baik dari pihak petani khususnya pengungsi agar bisa bekerja sama dengan kepala posko masing-masing untuk melaporkan tingkat kerugian dan kerusakan lahan pertanian mereka, agar kita dapat mencari solusi. Karena situasi sinabung yang tidak dapat diprediksi. Bila erupsi berkepanjangan dan keadaan pertanian memburuk maka kita akan meminta bantuan kepada kementrian pertanian pusat, papar Munar.

Terpisah kepala Dinas Koperindag Ir Mulia Barus MSi yang dikonfirmasi via selularnya menyampaikan bahwa keadaan perputaran perekonomian di Karo akibat Sinabung cukup berdampak dan berpengaruh. Bagaimana tidak, masyarakat Karo mayoritas adalah petani. Khususnya produksi hasil pertanian cuckup mendorong roda perekonomian di Karo selama ini.

“Sebenarnya letusan Sinabung ini sangat berpengaruh. Namun sampai saat ini masih dalam batas kewajaran. Hal ini karena masyarakat yang mengungsi sudah mengambil lahan bercocok tanam di luar daerah zona merah Sinabung. Paling yang ada hanya beberapa hektare saja. Pun demikian, kami sudah melakukan rencana kedepan dibawah pimpinan Sekda Kabupaten Karo dr Saberina MARS dengan TIPD Karo yang berkoordinasi dengan pihak Pemprovsu untuk menjaga distribusi dan harga dengan melakukan operasi pasar terhadap kebutuhan pangan,” Ujar Mulia.

Disinggung mengenai harga hasil pertanian seperti cabai, tomat dan sayuran lainnya yang melonjak apakah dikarenakan letusan Sinabung, Mulia menyatakan bukan sepenuhnya karena erupsi. "Sebagaimana biasanya menjelang Idul Fitri harga sembako meningkat. Namun sedikit banyaknya kenaikan harga pertanian karena minimnya produksi akibat kerusakan lahan saat letusan sebelumnya," katanya.

Nuhar br Purba dan Pagit br Tarigan yang ditemui di Posko Serbaguna GBKP Simpang Enam Kabanjahe saat ditanya mengenai kerugian pasca letusan beberapa hari lalu menyampaikan bahwa kalau rugi tidak akan bisa dihindari. Namun kerugian hanya di lahan desa saja, mengingat ada bantuan sewa lahan pada letusan sebelumnya maka hasil dari lahan yang disewa tersebut masih dapat dipergunakan untuk bangun dari keterpurukan.

"Rugi tidak bisa dihindari, hanya saja berhubung karena kami tidak tahu kapan akan pulang, maka kami sangat mengharapkan sewa lahan bisa kami dapatkan lagi. Hal ini untuk membuat kami bisa bertahan dan melanjutkan hidup dengan rutinitas kami yang kebanyakan petani. Kiranya pihak pemerintah baik Pemkab, Pemprov dan Pusat mencari solusi terhadap lahan pertanian kami kedepannya. Karena jika kami pulangpun mungkin saja ladang kami tidak tetanami akibat dari tumpukan vulkanik dan material lainnya yang turun dari gunung sinabung,” harap Nuhar.

Sumber JPNN