Pacaran Itu Nikmat?
PKS SIAK, “TAK seorang pun yang dapat hidup tanpa cinta. Inilah fithrah (sifat pembawaan). Inilah naluri, insting, watak, atau tabiat. Kalaulah Allah tidak menciptakannya pada diri kita, maka tiada harapan bagi manusia untuk dapat bertahan hidup dan berkembang biak (mempertahankan kelangsungan hidup),” (‘Amru Khalid).
Dari sekian banyak remaja di Indonesia, pasti pernah mengalami pacaran. Ada yang menjadikan pacarnya sebagai penyemangat belajar, sebagai teman ngobrol, teman bertukar pikiran, teman mencurahkan isi hati, dan masih banyak lagi yang mengatasnamakan semuanya sebagai manfaat pacaran. Padahal semua itu adalah palsu adanya, alih-alih menamakannya sebagai manfaat, namun ternyata malah dampak buruk yang dihasilkan terhadap pendamping hidup yang sebenarnya kelak yaitu suami atau istri.
Sebagai contoh, seorang lelaki yang sudah pernah menjalin kasih dengan 6-7 orang perempuan, pasti akan membandingkan antara mantan-mantan pacarnya dengan istrinya. Ungkapnya seperti ini, “Istriku memang hebat dan luar biasa, namun ketika bangun tidur ia nampak tidak enak dipandang karena rambutnya berantakan!”
Dapat dipastikan ia lebih senang melihat mantan-mantannya yang ketika bertemu selalu berpenampilan menarik dan sempurna. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, karena ia bertemu dengan cewek-cewek itu hanya 3 sampai 4 jam saja. Berbeda dengan istrinya yang ia habiskan waktu 24 jam bersamanya. Tentu saja tidak mungkin istrinya dapat berpenampilan prima selama itu. Ini berarti, suaminya telah membandingkan istrinya dengan perempuan lain dan akhirnya merasa jenuh dengan keadaan seperti itu.
Perempuan yang telah memiliki mantan cowok yang banyak pun pasti akan melontarkan kata dan mengalami hal yang serupa, akan membanding-bandingkan suaminya dengan mantannya dan akhirnya akan merasa bosan.
Dalam hal inilah setan tengah menggoda manusia. Ia turut andil membumbui dan memberi kenikmatan yang dirasakan pada orang yang pacaran. Oleh sebab itu, pacaran itu nikmat adalah anggapan yang ada karena setan. Karena setanlah yang membuat pacaran itu menjadi nikmat.
Setan yang telah mengakibatkan kita melihat pacar kita dengan pandangan yang dipenuhi hawa nafsu. Setan tidak menyukai dengan pernikahan yang harmonis dan langgeng. Ia menginginkan rumah tangga manusia hancur dan berantakan, sehingga ia membuat suami memikirkan segala sesuatu dari istrinya yang tidak pernah ia perhatikan sebelumnya, begitupun si istri. Inilah salah satu taktik dan cara setan menghancurkan sebuah keluarga yang damai.
Untuk itu, agar kebahagiaan keluarga tetap awet, maka harus dibina dengan benar. Suami dengan istri harus sama-sama mempunyai iman yang kuat, dan harus mempercayai satu sama lainnya. Agar godaan-godaan setan dapat sirna dan tidak mengganggu tatanan hidup mereka lagi. Janganlah kita selalu membanding-bandingkan kebaikan maupun keburukan pasangan hidup kita dengan orang lain, karena setiap orang pasti memiliki kebiasaan dan ciri khasnya masing-masing serta tidak menginginkan untuk dibanding-bandingkan dengan orang lain.
Bukankah sejak awal pernikahan kita telah siap untuk menerima semua kekurangan, kelebihan, dan baik, buruknya calon suami maupun istri kita? Buanglah jauh-jauh hal yang membuat ketidak sukaan kita terhadap pasangan hidup kita. Cintailah dia apa adanya, seperti dia mencintai kita.
Sumber Islampos