Meraih Kecintaan akan Alquran
PKS SIAK – Kesuksesan tidaklah disebut kesuksesan bila tidak dilandasi dengan Quran. Disadari maupun tidak, ada kaitan antara kehidupan yang kita jalani dengan Alquran itu sendiri. Alquran merupakan pedoman hidup yang dijadikan sebagai panduan dalam beraqidah, berakhlak, dan bermuamalah. Alquran adalah rahmat bagi semesta alam. Semuanya telah tercantum dalam Alquran. Akan tetapi, sudahkah kita membaca dan memahami pedoman hidup kita tersebut? Kalau belum, lantas bagaimanakah selama ini kita menjalani hidup tanpa pedoman hidup? Apakah setiap langkah yang kita ambil sudah sesuai dengan perintah-Nya?
Seorang yang hidup tanpa pedoman akan hidup dalam ketidakpastian, terombang-ambing tanpa tujuan. Kita sudah difasilitasi Alquran sebagai pedoman kita dalam menjalani hidup agar hidup kita barokah, tetapi mengapa masih terasa sulit untuk membaca dan memahaminya? Padahal ada banyak keistimewaan saat kita membaca Alquran.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar kita bisa benar-benar membaca dan memahami Alquran. Yang pertama adalah mengambil Alquran dengan segala kekuatan yang kita miliki, bukan dengan sisa-sisa tenaga kita di penghujung hari sebelum beranjak ke tempat tidur. Bukan pula saat keadaan kita mengantuk dan lelah. Ciptakanlah waktu khusus untuk membaca Quran, tidak dengan tergesa-gesa dan tidak dengan mengantuk, sehingga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Membaca Quran tidak harus banyak. Bahkan Alquran sendiri diturunkan berangsur-angsur agar tiap-tiap ayat yang diturunkan benar-benar dipahami dan diamalkan, bukan hanya didengar, dibaca, dan dihafalkan saja. Allah lebih menyukai amal yang teratur. Karena itu tidak apa membaca beberapa ayat atau lembar saja sehari, tetapi pastikan amalan tersebut teratur setiap harinya. Tidak perlu membaca begitu banyak hingga terlalu lelah dan bahkan tidak mendapatkan hikmah darinya. Selain membaca Alquran dalam keadaan tidak lelah dan teratur, ada hal lain yang perlu kita pahami pula dalam membaca Quran, yaitu dasar-dasar ilmu membaca Alquran yaitu tahsin. Karena seperti yang kita tahu, suatu amal lebih baik bila berlandaskan ilmu.
Yang kedua adalah meningkatkan kesungguhan dengan Quran. Bila kita tilik ke belakang, kisah sahabat Hudzaifah patut dijadikan contoh akan kesungguhannya dengan Alquran. Beliau setiap malamnya sholat malam dengan mengkhatamkan 10 juz. Sebuah kesungguhan yang akan sangat jarang kita temui di zaman sekarang ini. Bila belum bisa menjadi seperti Hudzaifah, jadilah orang yang menikmati setiap waktu disaat kita bersama Alquran.
Yang ketiga adalah berkorbanlah dalam rangka berinteraksi dengan Alquran. Sebenarnya yang dimaksud berkorban disini bukan mengindikasikan bahwa Alquran merenggut segalanya. Akan tetapi, maksud berkorban adalah menyediakan waktu dan perhatian khusu untuk mendalami Alquran.
Banyak orang sekarang yang beralasan bahwa mereka terlalu sibuk sehingga terkadang Alquran mereka tinggalkan. Namun, bila berbicara mengenai sibuk, sahabat Rasul pun dahulu sibuk, mereka sibuk berdagang dan bermuamalah. Bahkan mereka sibuk dengan latihan perang dan perang-perang yang mereka hadapi. Perang yang bahkan jauh lebih menyibukkan dibanding kegiatan yang kita hadapi sekarang ini. Akan tetapi, kesibukan tidak menjadikan mereka jauh dari Alquran. Justru mereka tetap menjaga kedekatan mereka dengan Alquran agar segala yang mereka kerjakan senantiasa diberkahi oleh Allah. Maka, akankah kita menjadi orang yang kalah dengan orang-orang terdahulu? Akankah akhlak Qurani melekat kuat dalam diri kita? Ataukah kesibukan-kesibukan kita membuat kita lebih menjauh dari kata cinta terhadap pedoman hidup kita? Pilihannya kembali lagi pada diri kita masing-masing.
Sumber Dakwatuna