Ilustrasi virus Corona penyebab penyakit MERS.
PKS SIAK, SEOUL - Imbauan agar penduduk tidak panik dalam menghadapi sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang melanda Korea Selatan (Korsel) agaknya tidak akan efektif. Sebab, korban tewas lantaran penyakit yang disebabkan virus corona tersebut terus berjatuhan. Kemarin Kementerian Kesehatan Korsel melaporkan satu lagi korban tewas dan 14 kasus baru. Jika ditotal, sejak MERS merebak akhir Mei, sudah ada 5 korban tewas dan 64 orang yang positif tertular.
"Kami telah mengontrol kasus ini. Sebab, sejauh ini di negara kami infeksi MERS hanya terjadi di fasilitas kesehatan, tidak menyebar ke masyarakat," ujar Perdana Menteri sementara Korea Selatan Choi Kyung-hwan, Ahad (7/6/2015).
Choi mengatakan bahwa pemerintah berjanji melakukan segala upaya agar MERS di Korsel tidak menyebar luas seperti di Arab Saudi. Sejauh ini kasus MERS di Korsel memang kedua tertinggi setelah Saudi. Sejak MERS mencuat pada 2012 di Saudi, ada 950 kasus. Sedangkan di negara-negara lain jumlah paling banyak hanya mencapai belasan orang.
"Kami harap masyarakat tidak bereaksi berlebihan dan bekerja sama dengan pemerintah untuk meminimalkan dampak negatif (MERS) pada perekonomian," tambahnya. Meski begitu, agaknya sulit membuat masyarakat tidak gusar. Pasalnya, otoritas di Busan melaporkan adanya kasus MERS baru di kota tersebut selain 14 orang yang disebutkan Kementerian Kesehatan Korsel. Bisa jadi kasus MERS ini telah merebak secara nasional, bukan hanya di Seoul dan sekitarnya.
Saat ini 64 pasien yang positif MERS telah mendapatkan perawatan dan karantina di rumah sakit. Choi menegaskan bahwa sebagian besar di antara 14 pasien baru yang diidentifikasi Sabtu malam (6/6/2015) tersebut adalah orang-orang yang dikarantina sebelumnya. Dia sama sekali tidak menyinggung pasien di Busan.
Saat ini jumlah penduduk yang dikarantina juga naik, yaitu mencapai lebih dari 2.300 orang. Sebanyak 2.100 orang di antara mereka diminta untuk tetap berada di dalam rumah dan dibatasi interaksinya. Hanya 200 orang yang diisolasi di rumah sakit. Agar penduduk yang diisolasi di rumah masing-masing itu tidak berkeliaran, pemerintah melacak posisi melalui telepon seluler milik mereka. Langkah tersebut dilakukan agar orang yang diisolasi itu tidak keluar rumah dan membahayakan para tetangganya.
Pemerintah juga mengambil kebijakan baru dengan menunjukkan daftar rumah sakit yang merawat maupun menemukan pasien MERS. Selama ini pemerintah memang mendapatkan kritik tajam karena menutupi nama-nama rumah sakit itu. Choi mengungkapkan bahwa saat ini ada 24 rumah sakit yang sedang dan pernah menangani kasus MERS. Langkah tersebut diharapkan bisa mengurangi kecemasan publik.
Pemerintah juga menjanjikan dukungan pendanaan bagi orang-orang yang dikarantina, rumah sakit, pemerintah setempat, dan sekolah-sekolah yang terdampak. Selama ini rumah sakit yang paling banyak menerima pasien MERS adalah Samsung Medical Center di Seoul. Ada 17 pasien yang positif MERS di rumah sakit itu dan lebih dari 890 pasien serta staf medis dikarantina.
Dinas Pendidikan Seoul memerintahkan penutupan 126 TK dan SD di Distrik Gangnam dan Seocho. Sekolah-sekolah tersebut cukup dekat dengan Samsung Medical Center. Wali Kota Seoul Park Won-soon juga khawatir pasien MERS di rumah sakit itu akan menulari masyarakat luar. Sebab, rumah sakit tersebut per hari dikunjungi lebih dari 8 ribu orang. Kementerian Kesehatan pun menegaskan bahwa berdasar masa inkubasi MERS, dalam satu dua hari ini bakal ada tambahan pasien baru.
Sumber Goriau