Bisakah Tulisan Jorok di Baju Sekolah Seperti Ini Dikatakan Ekspresi Kegembiraan Karena Lulus
PKS SIAK, SELATPANJANG - Terkait pemberitaan puluhan siswa yang diamankan polisi saat menggelar konvoi kelulusan SMP menuai berbagai komentar netizen. Banyak yang setuju dengan apa yang dilakukan polisi, namun ada pula netizen yang terkesan membenarkan prilaku siswa itu dengan menuding bahwa orang tua lah yang telah mewarisi budaya konvoi tersebut.
Salah satu pengguna akun sosial Facebook misalnya, Ia menulis;
"Apa yg dilakuksn adik2 kita hari ini adalah apa yg pernah kita warisi di hari lalu
Hanya saja barangkali kita lupa ketika kita seusia mereka, mungkin jg ada diantara kita yg berlaku lebih jelek dari itu,
Tak sedikit juga yg marah, mangejek, cemeeh sampai umpatan2 kasar
Kita prrgi sambil cuek dan tak peduli
Hari ini kita dihadapkan persoalan yg sama yaitu adik kita, adik teman kita dan adik saudara2 kita
Kita sangat terusik, sangat marah dan kecewa
Padahal mereka adalah cermin hari lalu kita
Kenapa tdk memilih sedilkit lebih arif toh kita sendiri tahu bhw itu hny sebuah ekspresi kegembiraan dan akan berakhir dlm wkt yg tdk lama
Jangan warisi keburukan jika tak mau anak cucu kita mempertontonkan hal yg sama dikemudian hari
Buat adik2
persiapkan diri kalian utk ke jenjang lebih tinggi, simpan baju yg kalian coret2 itu utk d jadikan kenangan agar kalian tdk kaget ketika anak cucu kalian melakukan hal sama pd suatu hari kelak...
Ada pula yang menulis,
Hari ini ( Sore ) saya sangat kecewa dan sedih melihat anak anak muda ( tamatan SMP ) konvoi dengan baju yang bercorat coret serta bawa bendera kebut kebutan
sambil teriak sana teriak sini entak apa yang mereka bicarakan,Ya Allah berikanlah mereka hidayah agar tak tersesat jalan Generasi kami.
Setidaknya ini dua dari komentar warga terkait diamankannya sekitar 28 siswa saat mengikuti konvoi kelulusan SMP di Selatpanjang Rabu tanggal 10 Juni 2015 siang. 28 siswa yang terdiri dari perempuan dan laki-laki itu diamankan di Mapolres Meranti karena berbagai kesalahan. Mereka ada yang ugal-ugalan dan membahayakan orang lain, ada yang tidak sekolah tapi ikut-ikutan ugal-ugalan, ada yang sudah sekolah SMA namun masih ikut konvoi, bahkan ada yang kedapatan konvoi membawa bendera merah putih yang dicoret.
Dari pantauan GoRiau di Mapolres Meranti, apa yang dikatakan ekspresi saat lulus sekolah itu dituangkan dalam berbagai gambar dan tulisan. Ada yang membuat gambar anjing, gambar karakter indian, berbagai macam tulisan, hingga ada tulisan yang sebenarnya tidak baik atau bahkan mungkin tidak perlu ditulis. Di situ tertulis P*P*K BUSUK (maaf di sensor, itu menyebutkan kemaluan perempuan), di baju salah seorang siswa yang kedapatan membawa bendera merah putih yang dicoret.
Akibat ulah konyol generasi penerus bangsa ini pula, banyak pihak akhirnya dipanggil di Mapolres Meranti. Terutama orang tua siswa, akan dipanggil guna membicarakan permasalahan ini. Selain itu, Rabu malam juga hadir dari Disdikbud Meranti, Kantor Pemberdayaan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana, perwakilan sekolah (kepala sekolah dan guru), ketua forum Anak Meranti, bahkan juga dihadiri langsing oleh Darmawan yang merupakan Asisten Deputi Partisipasi Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia yang kebetulan hadir di Selatpanjang.
Setidaknya inilah gambaran segelintir kecil dunia pendidikan di negeri ini. Dengan alokasi anggaran APBD 20 persen untuk pendidikan, sepertinya SDM dari sekolah itu belum maksimal dihasilkan. Ini hanya ulah oknum siswa, namun ada pula siswa lain yang berprestasi dan membanggakan orang tua. Semoga pelajaran ini bisa kita jadikan cermin besar agar kedepannya tidak perlu lagi terulang perbuatan yang sama. Amiin.
Sumber Goriau