Kenangan Mengharukan Tentang Ustadz Pencetak Para Hafizh: Sampai Berjumpa Lagi, Ustadz…
Saya bertemu Ustadz Muzzammil pertama kalinya di awal Maret tahun 2003, di ruang ujian Ma’had Utsman Bin Affan, Bambu Apus, Jaktim. Posisi beliau saat itu adalah sebagai penguji, sementara saya sebagai pendaftar Program Tahfizh Mulazamah. Usia beliau saat itu kurang lebih 26 tahun, terpaut enam tahun dari usia saya. Saya menduga beliau hanyalah kakak kelas yang diperbantukan untuk mengajar.
Ustadz saat itu meminta saya untuk membaca hafalan Surat Al-Baqoroh, dan setelah mendengarkan bacaan Al-Qur’an saya, beliau menyatakan bahwa saya belum layak ikut programTahfizh tersebut. Saya saat itu belum tahu di mana letak kesalahan saya, karena orang bodoh memang sering tidak tahu bahwa dirinya bodoh.
Jawaban itu ketemu seminggu kemudian ketika saya mendaftar lagi ke LTQ Al-Hikmah, Mampang, Jaksel, untuk ikut Program Mulazamah juga. Saya kaget karena ternyata ketemu lagi dengan beliau. Dan dugaan saya bahwa beliau “hanyalah Kakak Kelas Biasa” sungguh salah besar. Saya baru tahu bahwa beliau adalah salah seorang guru utama di LTQ Al-Hikmah, wakil dari Ustadz Abdul Aziz Abdurrouf sendiri.
Alhamdulillah beliau mau menerima saya sebagai muridnya. Beliau berkata begini sama saya, “Antum ngaji intensif saja sama saya. Nanti baru boleh ngafal.”
Setelah itu saya talaqqi kepada beliau setiap Ba’da Maghrib dari Senin sampai Jum’at. Gaya beliau saat itu masih agak keras, kadang gebrak meja sampai membuat mata saya berkaca-kaca (hehehe). Satu bagian harus dibaca berulang-ulang sampai sempurna. Kemudian, setelah kurang lebih dua minggu, barulah beliau mengizinkan saya untuk menyetorkan hafalan dari surat Al-Fatihah dan Al-Baqoroh.
***
Kedekatan saya bersama beliau dimulai dari bulan ketiga di LTQ Al-Hikmah, setelah saya ikut terlibat di bagian administrasi. Dari beliau saya belajar banyak hal, dari ilmu sampai akhlaq, dari bagaimana cara membaca, menghafal, sampai jujur dan sabar dalam menjalani kehidupan. Juga belajar bagaimana cara memaafkan.
Dari tahun 2004, selama kurang lebih lima tahunan, Hampir setiap hari saya menemani beliau di LTQ Al-Hikmah dari Maghrib sampai jam sepuluh malam. Menyetorkan hafalan, menyimak nasihat dan wejangan beliau, mendengar cerita dan kisah keseharian beliau, membantu dalam merencanakan konsep dan program pendidikan di Al-Hikmah dan lembaga yang beliau kelola, atau sekedar tertawa bersama untuk berbagi cerita lucu.
Ketika kemarin saya ikut memandikan jasad beliau, saya hanya merasa beliau sedang tertidur biasa. Tiba-tiba saja teringat guyonan yang lucunya hanya dipahami oleh kami berdua. Yang ketika guyonan lucu itu pertama kali terlontar ketika kami sedang berdua di kantor LTQ, beliau tertawa sampai matanya berkaca-kaca. Setiap kami ingat lagi guyonan itu, maka kami mesti tertawa lagi.
Namun, ketika Ustadz mulai dikafani dan wajah beliau ditutupi kapas putih, nyatalah bahwa kisah kami ini sudah selesai. Semuanya sudah berubah menjadi kenangan manis yang menjadi pelipur saya di kala gundah.
***
Hadiah Terbaik dari Ustadz
Di tahun 2005 saya mengusulkan kepada beliau untuk membuat sebuah buku versi ringkas dari Pedoman Dauroh Qur’an (PDQ-buku Tajwid karya Ustadz Abdul Aziz) untuk kelas pemula di LTQ Al-Hikmah, mengingat banyak murid baru di masa itu yang masih kesulitan kalau langsung mempelajari materi Tajwid yang padat dan kompleks.
Awalnya beliau menolak karena merasa belum layak membuat buku. Tapi setelah lobi-lobi sekian lama, juga tentang mendesaknya kebutuhan akan buku semacam itu, akhirnya beliau bersedia dan dimulailah penyusunan buku Panduan Tahsin Tilawah (PTT) yang dibuat satu paket bersama Mush-haf Juz 30.
Kami menyusun buku tersebut selama kurang lebih setengah tahun. Di sinilah masa-masa penting bagi peningkatan ilmu Tajwid saya, karena beliau mentransfer langsung apa yang ada di benak beliau ke dalam tulisan melalui jari jemari saya. Beliau bicara, saya menulis. Atau beliau menulis panah-panah, saya yang menyusun kalimat. Juga PR serius dari beliau berupa tugas melototin Al-Quran untuk mencari ratusan contoh penjelas dari materi yang beliau uraikan.
Inilah di antara masa-masa kedekatan paling indah saya bersama Ustadz yang tercinta. Yang membuat pemahaman dan kecintaan saya pada Al-Quran semakin meningkat. Kadang kami harus mengerjakannya sampai larut malam, meski Ustadz biasanya tetap memaksakan diri pulang ke rumah karena kata beliau banyak popok yang belum beliau cuci.
Setelah buku tersebut kemudian lahir pulalah Buku ‘Ulumul Qur’an tingkat dasar dan disusul Buku Bacaan Ghorib. Juga rekaman Murottal beberapa Juz dari Al-Qur’an. Ada tiga versi dari rekaman Juz Amma beliau: versi studio, versi rekaman di laptop yang direkam murid beliau di kantor LTQ, dan versi tape recorder di mana beliau merekam sendiri di rumah dengan kualitas ala kadarnya.
Karya-karya inilah yang di kemudian hari digunakan oleh murid-murid beliau di seluruh penjuru tanah air, sudah puluhan ribu kopi jumlahnya, yang menjadi ilmu bermanfaat yang pahalanya akan senantiasa mengalir meski saat ini beliau sudah tiada.
Dan bagi saya menjadi pengalaman serta kenangan yang sangat berharga…
***
Awal keterlibatan Ustadz Muzzammil di LTQ Al-Hikmah adalah tahun 1995, kurang lebih tiga tahun setelah LTQ Al-Hikmah didirikan. Diawali dari mengajar Tahfizh anak-anak, lalu beralih ke program dewasa. Beliau bersama guru-guru yang lain mengajar di Masjid Al-Hikmah dari mulai ba’da shubuh, dhuha, zhuhur, ashar, maghrib, isya hingga pukul sepuluh malam. Mendidik siswa-siswi Program Tahsin Tahfizh yang saat itu jumlahnya rata-rata 1500 siswa per periode pendidikan (kurang lebih 6 bulan).
Mobilitas beliau juga sangat tinggi. Hari-hari beliau banyak dihabiskan di atas motor untuk dakwah ke sana dan kemari. Bahkan tak jarang beliau menghabiskan seratus kilometer dalam sehari dari habis shubuh sampai tengah malam untuk menjalankan amanah dan janji beliau. Nampak jelas dari menghitamnya punggung tangan dan kaki yang sering terbakar terik matahari.
Di antara sumbangan besar beliau adalah pembentukan Forum Halaqoh Qur’an (FHQ), yang merupakan kumpulan lembaga-lembaga Qur’an yang didirikan oleh murid-murid beliau. Jumlahnya sudah puluhan dan tersebar di berbagai daerah. Baik yang resmi menggunakan nama FHQ, maupun nama sendiri yang secara metode pengajaran menggunakan Metode Talaqqi yang beliau rumuskan.
Selama duapuluh tahun beliau berkiprah di dunia dakwah Qur’an, jumlah murid beliau sampai saat ini sudah puluhan sampai ratusan ribu jumlahnya, baik yang belajar secara langsung ataupun tidak langsung (melalui murid beliau, muridnya murid, atau muridnya murid dari murid beliau). Dari mulai anak usia batita hingga kakek nenek yang usianya di atas 80 tahunan. Dari anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, orang kerja, pengusaha, hingga Ustadz yang sudah punya pesantren. Mulai dari murid Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera-Kalimantan-Sulawesi, hingga Malaysia dan Thailand.
***
Ustadz Ahmad Muzzammil adalah seorang Ustadz muda yang tidak dikenal media massa. Kita tidak akan menemui berita wafatnya beliau di surat kabar atau televisi. Namun beliau adalah Guru bagi banyak orang. Ratusan ribu murid beliau senantiasa mengambil manfaat kebaikan dari ilmu yang terus mengalir. Mulai dari yang belajar membaca secara terbata-bata sampai yang menyelesaikan hafalan Al-Qur’an mereka secara sempurna. Juga yang belajar bagaimana mengajarkan ilmu mereka pada orang lain.
Manfaat ilmunya akan terus mengalir, sampai bahkan nama beliau sendiri mungkin akan mulai dilupakan tapi kebaikannya tak akan terputus hingga akhir zaman nanti. Insya Allah…
Sampai berjumpa lagi Ustadz…
Di tempat yang jauh lebih baik dari dunia ini…
Seperti yang telah Allah janjikan…
Allahumma Aamiin…
Abu Qawwam