Ingin Tahu Keadaanmu di Sisi Allah? Bacalah Ayat Ini
Sulaiman bin Abdul Malik diutus untuk menemui Abu Hazm. Setelah bertemu, Sulaiman bin Abdul Malik bertanya, “Wahai Abu Hazm, mengapa kami mencintai dunia (takut mati)?”
“Karena kau meramaikan duniamu dan menghancurkan akhiratmu,” jawab Abu Hazm. “Akhirnya,” lanjutnya beberapa saat sebagaimana dinukil oleh Mas Udik Abdullah dalam Bagai Mengukir di Atas Air, “engkau enggan berpindah dari keramaian dunia menuju kehancuran akhirat.”
Seseorang mendambakan dunia dan takut kepada akhirat karena salah memaknai kehidupan. Dalam anggapannya, dunia adalah kenikmatan dan boleh dimanfaatkan sebagaimana kehendak nafsunya. Padahal, dunia hanyalah sarana yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan akhirat.
“Bagaimana keadaan manusia saat menghadap Allah? tanya Sulaiman untuk kedua kali.
Abu Hazm pun menjelaskan, “Orang yang beriman akan menghadap Allah Ta’ala dalam keadaan bahagia, seperti seorang musafir yang bertemu dengan keluarganya. Sedangkan mereka yang berbuat keburukan akan menghadap Allah Ta’ala sebagaimana seorang budak yang menghadap majikannya dengan penuh ketakutan.”
Seorang musafir yang lama merantau, maka salah satu kebahagiaan yang paling didambakan olehnya adalah momen pertemuan dengan keluarga yang amat dicintainya. Bahkan kebahagiaan jenis ini, sanggup mengalahkan capaian materi yang diperolehnya di tanah rantau.
Sedangkan seorang mudak yang menghadap kepada tuannya; kecemasan, ketakutan, dan perasaan tertekan adalah yang dirasakannya. Sebab sang tuan bisa melakukan keburukan apa pun yang diingini oleh nafsunya.
Saat merenungi jawaban Abu Hazm, Sulaiman pun menangis. Lalu, dalam isaknya, ia menyampaikan pertanyaan yang ketiga, “Bagaimana keadaan kami di hadapan Allah?”
“Bacalah al-Qur’an,” terang Ibnu Hazm, “niscaya kau mengetahui keadaanmu di sisi Allah.”
Sambar Sulaiman, “Ayat yang mana?”
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti, benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (Qs. al-Infithar [82]: 13-14)
“Lalu,” tanya Sulaiman yang keempat, “Di mananakah letak Rahmat Allah?”
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Qs. al-A’raf [7]: 56)
“Wahai Abu Hazm,” pinta Sulaiman yang terutus itu, “doakan agar aku senantiasa berada dalam kebaikan.”
“Ya Allah,” pinta Abu Hazm, “jika Sulaiman adalah wali-Mu, mudahkanlah ia dalam kebaikan. Dan jika ia adalah musuh-Mu, tunjukkanlah ia kepada kebaikan.”
Demikianlah percakapan-percakapan orang shaleh. Dalam tiap kalimatnya ada hikmah bagi siapa yang berkehendak memungut dan memanfaatkannya.
Kisahikmah.com