Berhentilah dengan Panggilan Busuk “Nyet, Mbing, Unta Arab..”
“Eh, Nyeet…apa kabar?”
“Bukan begitu, Ndut.”
“Lah, ngapain lu, Unta Arab?”
“Woi, Mbing, udah cukur jenggot belum?”
Nyeet, Ndut, Cungkring, Mbing..dan lainnya. Pernah dengar panggilan busuk seperti itu? Enak nggak sih dengarnya? Masa teman yang sosoknya sholeh manggilnya “Unta Arab”? Rasulullah SAW saja memanggil para sahabat dan para istrinya dengan panggilan yang baik dan nggak nyakitin. Dikatakan panggilan yang baik adalah panggilan yang disukai oleh objek dan tidak memperoloknya.
Dalam sebuah halaqoh, misalnya. Jika nama mutarabbi (binaan) bukan nama yang islami maka murabbi dianjurkan untuk memberikan nama hijrah berdasarkan kesepakatan dengan binaannya. Ada itu yang tadinya berpanggilan “Utomo” lalu diganti menjadi “Fadhol”. Kalaupun tak diganti tak apa, yang penting baik dan sekali lagi, tidak menyakiti.
Dalam pergaulan atau persahabatan nama panggilan juga patut diperhatikan. Misalnya, kalau kamu punya teman bernama Hamas Syahid, maunya dipanggil Hamas atau Syahid. Jangan mentang-mentang dia rambutnya kribo manggilnya “Kribo”. Atau kalau punya teman bernama Tausiyah Cinta, tanyakan apakah mau dipanggil Tausiyah atau dipanggil Cinta. Eh, itu nama orang kok kayak judul film yang akan tayang September nanti ya? Ah ngacau!
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS 49 :11)
“Gue nggak maksud menghina kok! Lha wong ia juga mau dan senang!”
Ok, boleh-boleh saja jika kasusnya demikian. Lantas bagaimana perasaan orang tuanya (yang kasih nama) seandainya tahu anaknya dipanggil dengan gelar yang buruk? Bukannya itu juga nyakitin perasaan kerabatnya yang lain? Apalagi jika teman itu sudah punya anak atau istri? Duh, kasihan kuadrat lah.
Ketika Allah memerintahkan manusia untuk tak mendzalimi orang lain, apakah kamu akan menjawab “orang itu suka didzalimi kok”, begitu?
Ingatlah, nama adalah do’a. Memanggil dengan panggilan yang tidak busuk selain doa, juga membuat persahabatan kamu makin kokoh. Wallahua’lam.
BersamaDakwah.com