Demi Allah, Hal Itu tidak Boleh Terjadi!
Tidak mudah untuk meraih iman atau hidayah. Tapi jauh lebih sukar untuk mempertahankannya agar tetap di hati hingga akhir hayat. Sebab, setan akan senantiasa menggoda orang yang beriman hingga ia tergelincir dari cahaya Islam menuju gulita jahiliyah.
Tak jarang, guna mempertahankan keimanan agar tetap dalam hati, kita harus mengorbankan apa yang dimiliki; kesempatan, harta, bahkan nyawa. Dan, pengorbanan-pengorbanan ini amat sulit, kecuali bagi orang-orang yang ikhlas kepada Allah Ta’ala.
Dan, sebab pengorbanan adalah bagian tak terpisahkan dari keimanan, bersiaplah untuk menghadapi episode ini, dan jangan ragu untuk melakukan yang terbaik sebagaimana diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya.
Shuhaib mengisahkan, “Ketika aku hendak menyusul Nabi hijrah ke Madinah, orang-orang kafir Quraisy Makkah mencegahku.”
“Hai Shuhaib,” seru mereka dengan lantang, “kamu datang ke sini dengan tidak memiliki kekayaan apa pun, maka kami tidak akan membiarkanmu pergi dari tempat ini dengan membawa harta kekayaanmu.”
Pungkas mereka bersumpah seraya mengancam, “Demi Allah, hal itu tidak boleh terjadi.”
Bagi Shuhaib, tersedia tiga opsi. Pertama, urungkan niat untuk hijrah. Kedua, mempertahankan kekayaannya hingga tetes darah penghabisan. Jika hal kedua yang dilakukan, insya Allah Shuhaib pun mati sebagai syuhada’. Sebab, dia membela sesuatu yang memang sudah menjadi haknya.
Sedangkan yang ketiga, dan inilah yang dipilih oleh Shuhaib, “Bagaimana jika kuserahkan semua hartaku, dan kalian membiarkan aku pergi?”
Bagi sebagian kita, mungkin tindakan menyerahkan harta terkesan penakut. Apalagi, tak mudah untuk mendapatkan kekayaan. Selain upayanya yang berat, kekayaan amat menggiurkan bagi mereka yang tipis imannya.
Namun, tidak demikian bagi Shuhaib. Apa yang dilakukannya adalah sebuah ijtihad yang sangat tepat. Sebab, meski hartanya dipasrahkan kepada kafirin Quraisy, pahala baginya telah tercatat tunai dalam catatan malaikat Allah Ta’ala.
Mendengar tawaran dari Shuhaib, kafir Quraisy yang memang gila dunia pun langsung menyahut, “Ya, kami sepakat.”
Tutur Shuhaib, “Maka kuserahkan semua hartaku. Karenanya, mereka membiarkan aku pergi. Aku pun berangkat sampai Madinah.”
Apa yang dialami oleh salah satu sahabatnya ini pun terdengar oleh sang Nabi nan mulia. Maka, beliau bersabda, “Shuhaib telah beruntung dalam perniagaannya. Shuhaib telah beruntung dalam perniagaannya.”
Allah Ta’ala telah menerima perniagaan Shuhaib. Meski hartanya tak lagi di tangan, tapi catatan kebaikannya tunai dalam penilaian Yang Mahakaya.
Kisahikmah.com