Indonesia Seharusnya Swasembada Perikanan
Jakarta,(16/04) – Sektor kelautan dan perikanan yang seharusnya dapat menjadi sektor penyangga stabilitas bangsa, hingga kini masih belum dapat lirikan serius oleh negara untuk dikembangkan menjadi sektor utama bangsa. Kedudukan kelautan dan perikanan seharusnya seimbang dengan kedudukan pertanian jika bangsa ini ingin lebih maju karena potensi sumberdayanya mampu memperkokoh kedaulatan pangan bangsa.
Demikian dikatakan Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin saat ditemui pewarta di Ruang Komisi IV DPR RI pada acara Lokakarya Perikanan, dengan tema “Ikan Melimpah, Nelayan Susah, IQ Rendah” yang diselenggarakan Himpunan Alumni IPB bekerjasama dengan DPR RI.
“Pada budget brief APBN 2015, KKP hanya mencapai 6,7 T, sedangkan kementan mencapai 15,9 T ditambah subsidi pupuk sebesar 35,7 T. Subsidi benih 0,9 T dan subsidi pangan sebesar 18,9 T. Jika porsi anggaran KKP ditingkatkan minimal sama dengan Kementerian Pertanian. Saya yakin, sektor kelautan dan perikanan mampu lebih berjaya,” jelas Akmal.
Anggota Badan Anggaran DPR RI tersebut mengatakan bangsa indonesia membutuhkan pemimpin yang ikhlas dan penuh pengorbanan untuk bangkit menjadi bangsa besar. Bukan sekedar pemimpin pintar dan cerdas. Tanpa diimbangi kemuliaan nurani yang baik, lanjutnya, maka yang terjadi seperti sekarang ini, rakyat sengsara, daya beli menurun, serta keamanan berkurang.
“Jangan cuma pemimpin pengendali regulasi saja yang cerdas karena cukup makan, tanpa kesulitan mendapatkan gizi baik dari ikan, tapi rakyatnya susah dan bodoh karena kurang makan dan kurang gizi,” tegasnya.
Lokakarya Perikanan, tambah Akmal, harus ditindaklanjuti secara serius untuk mendukung dan melengkapi program swasembada pangan. Karena menurutnya, jika sektor laut dan ikan digarap dengan serius, maka akan sama strategisnya dengan beras ketika dihadapkan pada pencapaian swasembada pangan.
“Sumber daya alam kita sangat melimpah, termasuk perikanan, baik tangkap maupun budidaya. Seharusnya tidak ada alasan bagi rakyat kita kurang gizi, IQ rendah, apalagi kurang makan,” pungkas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
