Sebagai seorang muslim yang memahami tentang halal dan haram, harusnya diteliti dahulu sebelum membeli suatu barang atau makanan.
Sungguh, sampai di titik ini saya benar-benar tidak mengerti. Bagaimana mungkin anak seorang petinggi (kala itu ayahnya masih menjabat sebagai Walikota di sebuah daerah di Jawa Tengah) serta mengaku muslim, tidak diajarkan tentang hukum agamanya? Tidak dibekali sedikitpun ilmu tentang makanan halal dan haram, pada saat akan dilepas sendiri di negeri orang (Singapura) yang notabene bukanlah merupakan sebuah negara Islam? Atau mungkin sudah diajarkan sama orangtuanya, tapi anaknya saja yg ngeyel dan bandel. Entahlah...
Cuma saja yang buat mirisnya lagi, pada saat yang sama, dia mencerca daging kambing yang sudah jelas-jelas halal hukumnya. Terlepas dari apakah cara memasaknya yang salah, sehingga membuat rasa daging kambing tersebut sangat tidak enak (menurut anak ini). Akan tetapi berdasarkan pengalaman saya pribadi, daging kambing adalah salah satu makanan yang sangat lezat jika saja pandai mengolahnya. Satu lagi, daging kambing ini merupakan makanan favorit sebagian besar masyarakat Arab termasuk juga Rasulullah Saw.
Namun apapun itu bentuknya, jika membandingkan daging babi dengan daging kambing yang pasti akan berhadapan antara halal dan haram, tentu saja tidak akan pernah ketemu. Apalagi jika yang jadi pembandingnya adalah masalah rasa (selera) yang menurut saya erat kaitannya dengan nafsu, sudah barang tentu sangat tidak logis dan masuk kategori sebuah tindakan kebodohan yang fatal. Sebab masalah halal dan haram ini, bukanlah perkara yang sepele. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tingkat keimanan seseorang, yang nantinya akan terefleksikan melalui pola pikir serta tingkah laku seseorang dalam kehidupanya sehari-hari. Wallahu a'lam...
Oleh: Ria Dahlia
[pksnongsa.org]