Pemilu 2014, PKS Memenangkan Gagasannya
By: admin
Rabu, 29 Oktober 2014
0
pkssiak.org -
Oleh : Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan
Jika Penulis amati, Sejak Pemilihan Presiden selesai seperti ada perubahan awal yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia, jika diamati lebih lanjut maka terlihat begitu nyata perubahan itu terbentuk "Tranfer Pemikiran Politik" yang sejak lama digagas oleh Partai Keadilan Sejahtera. Saya akan lihat satu persatu konsep dan gagasan PKS yang pernah diolok-olok dulunya tetapi kini menjadi trend perubahan awal Indonesia.
Konsep Pejabat Sederhana & Melayani
Jika Anda membaca Buku "Bukan Dari Negeri Dongeng" dimana didalamnya kumpulan kisah kader-kader PKS yang menjadi pejabat tetapi sederhana dalam kehidupannya, ada anggota DPR yang tetap menggunakan Trans Jakarta, ada DPR yang tetap ngontrak rumah hingga akhir masa jabatannya, dan ini begitu menjadi "citra" PKS sejak lama, bahkan menjadi salah satu sumber kemenangan PKS pada Pemiu 2004, Konsep "Sederhana" dan "Kesederhanaan" inilah yang kemudian "dicuri" Jokowi sebagai pencitraan dirinya, hal ini sama halnya ketika Konsep Partai sebagai Pelayan Masyarakat, PKS lah yang memulai untuk melayani masyarakat dengan Pengobatan gratis, Ambulance Gratis, Bersalin Gratis, dll. Hampir semua Partai terutama PDI-P mempraktekan hal ini hingga ketingkat RT/RW. Maka Tagline "Bersih, Peduli dan Profesional" sangat melekat pada PKS dan kemudian dihapus setelah "makar" yang dilakukan lawan politik dengan terpenjaranya LHI tanpa status hukum yang jelas.
Konsep Tak Rangkap Jabatan
Sudah menjadi Tradisi PKS untuk melepaskan Jabatan Politik ketika menjadi Pejabat Publik, sebagaimana dicontohkan Prof. Dr. Nurmahmudi Ismail ketika menjabat Menteri Kehutanan maka Nurmahmudi melepaskan jabatanya sebagai Presiden PKS, Diikuti juga oleh DR. Hidayat Nurwahid ketika menjadi Ketua MPR, HNW pun melepaskan jabatannya di PKS, Ir. Tifatul Sembiring juga sama, saat menjadi Menteri Kominfo melepas jabatanya sebagai Presiden PKS, walaupun akhirnya PKS sedikit teledor ketika tidak mencopot LHI (Lutfi Hasan Ishaq) sebagai Presiden PKS ketika menjabat di DPR RI, Hal ini dievaluasi oleh Pengurus PKS Pusat dengan Anis Matta konsentrasi menjabat Presiden PKS dengan melepas Jabatannya sebagai Ketua DPR RI.
Nah, Kondisi ini diikuti juga oleh Kabinet JOKOWI yang kini tidak menginginkan satupun Menterinya sebagai Ketua atau Pengurus Partai saat menjadi Menteri Kabinet Kerja, Kondisi ini adalah budaya PKS yang diterapkan oleh JOKOWI - JK.
Konsep Koalisi Permanen
Menyatukan anak bangsa dalam satu ikatan kesamaan visi adalah ciri khas PKS sejak lama, dengan membawa visi Indonesia satu dengan keragaman dan kokoh dalam jama'ah ditawarkan PKS kepada Anggota Koalisi Merah Putih (KMP) untuk menjadi Koalisi Permanen dan ini membuahkan hasil dengan berhasilnya menguasi semua lini di DPR/MPR RI. Semua Partai yang tidak tergabung dalam Indonesia Hebat mendapatkan tempat untuk ikut mengkritisi Pemerintah.
Konsep Sahabat yang Kritis
Anda masih ingat bukan dengan status PKS dalam Setgab era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimana PKS dicap media dengan sebutan "ANAK NAKAL" karena selalu memiliki pandangan berbeda dengan Setgab terkait kebijakan pemerintah padahal PKS ada dalam Koalisi, PKS menegaskan bahwa "Kami Dalam Koalisi tetapi Koalisi yang Mengkritisi" , Pemerintah sesuai dengan kepentingan rakyat akan didukung penuh tetapi jika tidak maka berada didepan rakyat untuk membela kepentingan rakyat. Anda tahu apa yang terjadi kini, GOLKAR bersama Koalisi Merah Putih dan PKS ada didalamnya menerapkan hal ini dalam Periode 2014 - 2019 dimana KMP akan menjadi Penyeimbang, Sahabat yang Kritis bagi pemerintahan Jokowi - JK, Dukung jika menguntungkan rakyat dan lawan apabila merugikan rakyat. Tidak seperti PDI-P diera Pemerintahan SBY, dimana PDI-P berlaku sebagai Oposisi yang main seruduk, bagi PDI-P tidak satupun program SBY yang sesuai dengan hatinya, apapun itu PDI-P selalu menentang program SBY walaupun Program SBY itu sangat menguntungkan rakyat.
Jadi, Kesimpulan Saya, Pemilu 2014 ini PKS memang tidak menang secara Riil tetapi menang secara konsep dan sesungguhnya ini adalah mimpi PKS selama ini, apabila semua Partai sudah menerapkan apa yang memang menjadi tujuan adanya partai yaitu melayani masyarakat dengan sukarela,Pejabat yang sederhana dan melepaskan kepentingan pribadi dan partainya serta menjadi Pendukung yang Kritis. Konsep-Konsep ini sudah menjadi hal utama dalam pendirian PKS, dan kini mulai menyerap diberbagai kalangan. Langkah awal kemenangan itu adalah memenangkan Konsep. (@assyarkhan)
[pkspiyungan.org]
Jika Penulis amati, Sejak Pemilihan Presiden selesai seperti ada perubahan awal yang terjadi dalam perpolitikan Indonesia, jika diamati lebih lanjut maka terlihat begitu nyata perubahan itu terbentuk "Tranfer Pemikiran Politik" yang sejak lama digagas oleh Partai Keadilan Sejahtera. Saya akan lihat satu persatu konsep dan gagasan PKS yang pernah diolok-olok dulunya tetapi kini menjadi trend perubahan awal Indonesia.
Konsep Pejabat Sederhana & Melayani
Jika Anda membaca Buku "Bukan Dari Negeri Dongeng" dimana didalamnya kumpulan kisah kader-kader PKS yang menjadi pejabat tetapi sederhana dalam kehidupannya, ada anggota DPR yang tetap menggunakan Trans Jakarta, ada DPR yang tetap ngontrak rumah hingga akhir masa jabatannya, dan ini begitu menjadi "citra" PKS sejak lama, bahkan menjadi salah satu sumber kemenangan PKS pada Pemiu 2004, Konsep "Sederhana" dan "Kesederhanaan" inilah yang kemudian "dicuri" Jokowi sebagai pencitraan dirinya, hal ini sama halnya ketika Konsep Partai sebagai Pelayan Masyarakat, PKS lah yang memulai untuk melayani masyarakat dengan Pengobatan gratis, Ambulance Gratis, Bersalin Gratis, dll. Hampir semua Partai terutama PDI-P mempraktekan hal ini hingga ketingkat RT/RW. Maka Tagline "Bersih, Peduli dan Profesional" sangat melekat pada PKS dan kemudian dihapus setelah "makar" yang dilakukan lawan politik dengan terpenjaranya LHI tanpa status hukum yang jelas.
Konsep Tak Rangkap Jabatan
Sudah menjadi Tradisi PKS untuk melepaskan Jabatan Politik ketika menjadi Pejabat Publik, sebagaimana dicontohkan Prof. Dr. Nurmahmudi Ismail ketika menjabat Menteri Kehutanan maka Nurmahmudi melepaskan jabatanya sebagai Presiden PKS, Diikuti juga oleh DR. Hidayat Nurwahid ketika menjadi Ketua MPR, HNW pun melepaskan jabatannya di PKS, Ir. Tifatul Sembiring juga sama, saat menjadi Menteri Kominfo melepas jabatanya sebagai Presiden PKS, walaupun akhirnya PKS sedikit teledor ketika tidak mencopot LHI (Lutfi Hasan Ishaq) sebagai Presiden PKS ketika menjabat di DPR RI, Hal ini dievaluasi oleh Pengurus PKS Pusat dengan Anis Matta konsentrasi menjabat Presiden PKS dengan melepas Jabatannya sebagai Ketua DPR RI.
Nah, Kondisi ini diikuti juga oleh Kabinet JOKOWI yang kini tidak menginginkan satupun Menterinya sebagai Ketua atau Pengurus Partai saat menjadi Menteri Kabinet Kerja, Kondisi ini adalah budaya PKS yang diterapkan oleh JOKOWI - JK.
Konsep Koalisi Permanen
Menyatukan anak bangsa dalam satu ikatan kesamaan visi adalah ciri khas PKS sejak lama, dengan membawa visi Indonesia satu dengan keragaman dan kokoh dalam jama'ah ditawarkan PKS kepada Anggota Koalisi Merah Putih (KMP) untuk menjadi Koalisi Permanen dan ini membuahkan hasil dengan berhasilnya menguasi semua lini di DPR/MPR RI. Semua Partai yang tidak tergabung dalam Indonesia Hebat mendapatkan tempat untuk ikut mengkritisi Pemerintah.
Konsep Sahabat yang Kritis
Anda masih ingat bukan dengan status PKS dalam Setgab era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimana PKS dicap media dengan sebutan "ANAK NAKAL" karena selalu memiliki pandangan berbeda dengan Setgab terkait kebijakan pemerintah padahal PKS ada dalam Koalisi, PKS menegaskan bahwa "Kami Dalam Koalisi tetapi Koalisi yang Mengkritisi" , Pemerintah sesuai dengan kepentingan rakyat akan didukung penuh tetapi jika tidak maka berada didepan rakyat untuk membela kepentingan rakyat. Anda tahu apa yang terjadi kini, GOLKAR bersama Koalisi Merah Putih dan PKS ada didalamnya menerapkan hal ini dalam Periode 2014 - 2019 dimana KMP akan menjadi Penyeimbang, Sahabat yang Kritis bagi pemerintahan Jokowi - JK, Dukung jika menguntungkan rakyat dan lawan apabila merugikan rakyat. Tidak seperti PDI-P diera Pemerintahan SBY, dimana PDI-P berlaku sebagai Oposisi yang main seruduk, bagi PDI-P tidak satupun program SBY yang sesuai dengan hatinya, apapun itu PDI-P selalu menentang program SBY walaupun Program SBY itu sangat menguntungkan rakyat.
Jadi, Kesimpulan Saya, Pemilu 2014 ini PKS memang tidak menang secara Riil tetapi menang secara konsep dan sesungguhnya ini adalah mimpi PKS selama ini, apabila semua Partai sudah menerapkan apa yang memang menjadi tujuan adanya partai yaitu melayani masyarakat dengan sukarela,Pejabat yang sederhana dan melepaskan kepentingan pribadi dan partainya serta menjadi Pendukung yang Kritis. Konsep-Konsep ini sudah menjadi hal utama dalam pendirian PKS, dan kini mulai menyerap diberbagai kalangan. Langkah awal kemenangan itu adalah memenangkan Konsep. (@assyarkhan)
[pkspiyungan.org]
DPD PKS Siak - Download Android App