Menjadi Muslim Berakhlak Mulia
By: admin
Minggu, 07 September 2014
0
Iman itu ada 70 atau 60 cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa
Ilaaha IllaLlah sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri
dari jalanan
pkssiak.org - SESUNGGUHNYA kemuliaan akhlak itu terwujud dengan
membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah lagi tercela dan menghiasinya
dengan sifat-sifat terpuji. Salah satu simpul kemuliaan adalah: kamu
tetap menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan
denganmu, memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik
kepadamu, dan memaafkan kesalahan orang lain yang menzalimi dirimu.
Akhlak yang mulia memiliki berbagai keutamaan. Ia merupakan bentuk
pelaksanaan perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan akhlak yang mulia juga, seorang akan terbebas dari pengaruh
negatif tindakan jelek orang lain. Dengan kemuliaan akhlak pula seorang
akan memperoleh ketinggian derajat.
Inputnya Tauhid , Outputnya Akhlak Mulia
Seorang doktor bidang aqidah bertanya kepada Syeikh Dr. Umar Al
Asyqor guru besar ilmu aqidah: ” Wahai Syeikh, saya sudah mencapai gelar
akademik tertinggi dalam ilmu aqidah, namun saya belum merasakan
dalamnya aqidah ini tertanam di hati dan jiwaku”.
Maka Syeikh Umar Al Asyqor menjawab: “Pertanyaan itu sudah pernah
ditanyakan oleh Sywikhul Islam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah kepada gurunya
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjawab:
“Apa yang engkau pelajari hanyalah kaidah-kaidah (rumusan-rumusan) dalam
masalah aqidah, sedangkan jika engkau ingin merasakan dalamnya aqidah
tertanam di dalam hati dan jiwamu, maka hayati dan resapilah kandungan
Al-Qur’an.”
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz berkata:
إِنَّ لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ
“Sesungguhnya iman memiliki kewajiban-kewajiban, batasan dan
aturan serta sunnah-sunnah, barangsiapa menyempurnakannya maka
sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak menyempurnakannya maka tidak
sempurna pula imannya.” (HR. Bukhari)
“Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat ayat
Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu
mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi
pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
(karena sholat tahjjud) dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan
penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang
Kami berikan.” (QS As Sajdah (32) : 15).
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan
orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya.” (QS. Al Mukminun (23) : 1-5).
Banyak orang menyangka bahwa akhlakul karimah tidak ada sangkut
pautnya dengan tauhid atau aqidah, sehingga seseorang yang sudah belajar
tauhid tidak sedikit pun merasa risih untuk mengeluarkan sumpah serapah
atau kata-kata kotor kepada saudaranya sesama muslim. Ia demikian fasih
memaki-maki saudaranya hanya karena perbedaan pemahaman aliran
keagamaan, sebagaimana fasihnya dalam membaca Al-Quran. Padahal tauhid
adalah inti iman dan dalam banyak hadits Rasulullah Shollallohu ‘alihi
wa sallama selalu mengaitkannya dengan adab dan akhlak. Bahkan Allah
Azza wa jalla pun menjadikan amal shalih sebagai bukti keimanan
seseorang.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr (103) : 1 – 3)
Ucapan kita, pandangan kita, pendengaran kita bahkan desiran hati kita adalah bukti/refleksi dari iman dan tauhid kita.
Beliau Shollallohu ‘alihi wa sallama bersabda :
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً
فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ
الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha IllaLlah sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Dan rasa malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim).
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam saja.” (Muttafaq Alaih).
Siapakah orang yang bangkrut itu ?
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا
وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى
هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ
حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّار
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Tahukah
kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?” Mereka (para
sahabat ) menjawab : “Orang yang pailit di antara kita adalah orang yang
tidak mempunyai uang dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menerangkan : “Orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang
datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya,
namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini,
menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu
dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak ), maka si ini diberikan
kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu
diberikan sedemikian juga, sehingga ketika kebaikannya sudah habis
sebelum dia melunasi segala dosanya (kepada orang lain), maka kesalahan
orang yang dizhalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia
dilemparkan ke api neraka.” (HR. Muslim).
Kita sering dengar istilah dalam komputer; Garbage In Garbage Out (jika sampah yang dimasukkan sampah pula yang keluar). Begitu pula iman dan akhlak manusia.
Jika seseorang telah mempelajari ilmu tauhid (tentang keimanan) namun
tidak tercermin padanya kemuliaan akhlak dan adabnya, pasti ada sesuatu
yang salah padanya.
oleh: Shalih Hasyim
[pkspadang]
DPD PKS Siak - Download Android App