pkssiak.org - Di tengah hingar bingar pesta akbar Sail Raja Ampat, Kementerian Sosial
berencana membangun dan membedah 100 rumah di ujung barat pulau Papua
itu, tepatnya di Distrik Rauki Daratan.
Kemensos menggelontorkan dana sebesar Rp5 miliar lebih untuk kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT), Kelompok Usaha Bersama, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
Mengapa bedah rumah? Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan, rumah adalah unsur utama yang menjadi jaminan bagi perlindungan secara sosial maupun kesehatan. Rumah yang layak dinilai memberi peluang bagi kepala keluarga untuk berkonsentrasi pada mata pencariannya.
Mensos menjelaskan, saat ini masih ada 200 ribu KK yang bermukim dalam beberapa kesatuan Komunitas Adat Terpencil di seluruh Indonesia. Jumlah KAT terbanyak berada di Provinsi Papua.
Berdasarkan kajian kemensos, KAT dilihat secara antropologis ada 700 suku, terbanyak berada di Kawasan Timur, khususnya Papua.
“Saya sendiri belum lama ini mengunjungi Suku Kombai dan Korowai di kabupaten Mappi, yang masih tinggal di atas pohon,” kata Mensos, Kamis (21/8/2014).
Kemensos mengelompokkan KAT menjadi tiga kategori. Pertama, mereka yang masih kuat mempertahankan adat istiadat, sulit menerima pengaruh dari luar. Kedua, mereka yang masih bertahan dengan adat istiadat tetapi sudah berinteraksi dengan lingkungan di luar komunitasnya. Terakhir, warga adat yang sudah penuh berinteraksi dengan lingkungan luar.
Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, pihaknya mempunyai strategi pemberdayaan untuk KAT, baik dari sisi prakondisi sosial sampai pada penguatan mata pencarian.
Setiap daerah, kata dia, berbeda pendekatan, tergantung pada tradisi dan adat istiadatnya. Khusus untuk Papua, Kemensos lebih mengutamakan perbaikan sarana tempat tinggal terlebih dahulu.
Jumat, 22 Agustus besok, Mensos akan memimpin langsung kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ditandai dengan peletakan batu pertama di salah satu rumah yang akan dibedah. Untuk tahap pertama akan dibedah 50 rumah.
Kemensos juga akan menyerahkan 53 paket sembako bagi warga di Rauki Daratan dan sejumlah alat bantu bagi penyandang cacat. Mensos mengatakan sudah menjadi keharusan untuk saling peduli dan berbagi. “Sail ini bisa jadi momentum bagi penguatan kesetiakawanan sosial,” tutup Salim. (okezone/sbb/dakwatuna)
Kemensos menggelontorkan dana sebesar Rp5 miliar lebih untuk kegiatan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT), Kelompok Usaha Bersama, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya.
Mengapa bedah rumah? Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengatakan, rumah adalah unsur utama yang menjadi jaminan bagi perlindungan secara sosial maupun kesehatan. Rumah yang layak dinilai memberi peluang bagi kepala keluarga untuk berkonsentrasi pada mata pencariannya.
Mensos menjelaskan, saat ini masih ada 200 ribu KK yang bermukim dalam beberapa kesatuan Komunitas Adat Terpencil di seluruh Indonesia. Jumlah KAT terbanyak berada di Provinsi Papua.
Berdasarkan kajian kemensos, KAT dilihat secara antropologis ada 700 suku, terbanyak berada di Kawasan Timur, khususnya Papua.
“Saya sendiri belum lama ini mengunjungi Suku Kombai dan Korowai di kabupaten Mappi, yang masih tinggal di atas pohon,” kata Mensos, Kamis (21/8/2014).
Kemensos mengelompokkan KAT menjadi tiga kategori. Pertama, mereka yang masih kuat mempertahankan adat istiadat, sulit menerima pengaruh dari luar. Kedua, mereka yang masih bertahan dengan adat istiadat tetapi sudah berinteraksi dengan lingkungan di luar komunitasnya. Terakhir, warga adat yang sudah penuh berinteraksi dengan lingkungan luar.
Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, pihaknya mempunyai strategi pemberdayaan untuk KAT, baik dari sisi prakondisi sosial sampai pada penguatan mata pencarian.
Setiap daerah, kata dia, berbeda pendekatan, tergantung pada tradisi dan adat istiadatnya. Khusus untuk Papua, Kemensos lebih mengutamakan perbaikan sarana tempat tinggal terlebih dahulu.
Jumat, 22 Agustus besok, Mensos akan memimpin langsung kegiatan Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ditandai dengan peletakan batu pertama di salah satu rumah yang akan dibedah. Untuk tahap pertama akan dibedah 50 rumah.
Kemensos juga akan menyerahkan 53 paket sembako bagi warga di Rauki Daratan dan sejumlah alat bantu bagi penyandang cacat. Mensos mengatakan sudah menjadi keharusan untuk saling peduli dan berbagi. “Sail ini bisa jadi momentum bagi penguatan kesetiakawanan sosial,” tutup Salim. (okezone/sbb/dakwatuna)