Si Macan Asia dan si Anak Rakyat dalam Ramadhan
By: admin
Minggu, 06 Juli 2014
0
Ijinkan saya menyapa kalian dengan ‘gan’ (sebutan yang dulu sering saya pakai untuk teman-teman seperjuangan pada satu masa). Gan, Alhamdulillah akhirnya atas kemurahan Allah, kita masih bisa merasakan nikmatnya berjumpa dengan Ramadhan, bulan yang di dalamnya segala kebaikan akan dilipat gandakan pahalanya termasuk menulis, heehee. Asalkan tulisannya memberi nilai kebaikan, maka ia akan bernilai pahala di sisi Allah.
Gan, taukah engkau? Ramadhan kali ini lebih teristimewa dari tahun-tahun sebelumnya. Why? Karena di bulan yang suci ini kita akan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin kita, pemimpin negara besar dengan seabrek permasalahan yang belum kunjung menemukan solusinya.
Kita semua mungkin sudah mulai bosan melihat dan mendengar yel yel dari masing-masing ‘blok’ dengan janjinya masing-masing, dengan pencitraannya masing-masing. Di TV, radio, media online dan media cetak tidak pernah absen untuk memberitakan perhelatan 5 tahunan ini.
Lantas, dengan seabrek pemberitaan itu apakah kita sudah benar-benar mengenal kedua calon pemimpin ini? Si macan asia dan si anak rakyat, siapakah mereka sebenarnya? Dan yang tidak kalah penting, siapakah orang-orang yang berada di samping mereka, di sisi kiri dan kanan mereka? Siapa yang berada di belakang mereka, yang siap mendukung mereka?
Yah, semua pertanyaan saya di atas bisa dijawab tanpa perlu analisis panjang, cukup dengan menonton TV atau dengan membaca pemberitaan di media online atau media cetak. Kita akan mengetahui siapa orang-orang yang mengelilingi masing-masing calon.
Dan bagi saya ini penting, karena negara ini terlalu besar untuk dikelola oleh satu kepala saja, maka orang-orang yang mengelilinginya akan menjadi otak-otak yang turut membantunya untuk menakhodai atau bahkan untuk mengarahkan perahu Indonesia ini, jika arah yang diberikan benar maka baiklah negara ini namun jika arah yang diberikan salah, maka terpuruklah negara ini.
Gan, memilih itu bukan hanya perkara yang terjadi lima detik di balik bilik pencoblosan. Bukan bermaksud membesar-besarkan, tapi memang seperti itulah adanya, segala apa yang kita lakukan akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat, baik atau buruk termasuk dalam memilih, siapapun yang kita pilih atau bahkan tidak memilih sekalipun alias golput, semua akan dimintai pertanggung jawabannya. Gak percaya? Tunggu saja tanggal mainnya.
Gan, tugas kita sebenarnya simple. Jika dengan setumpuk pencitraan dan pemberitaan kita masih belum bisa mengenali calon pemimpin kita, maka lihatlah acara yang dipersiapkan oleh pemerintah dalam bingkai “Debat Capres Cawapres”, setidaknya dari acara ini kita bisa sedikit banyak menilai tentang ‘isi’ yang dimiliki oleh masing-masing kandidat.
Jika dengan rangkaian acara ini kita juga masih belum bisa mengambil keputusan untuk memilih siapa, maka lihatlah siapa orang-orang di sekitarnya. Setidaknya jika ia berteman dengan perjual minyak wangi, maka sedikit banyak ia akan kecipratan wewangian itu. Masih tetap bingung dan galau juga? Yuk, simak baik-baik do’a dan sabda yang keluar dari lisan insan paling mulia yang pernah hadir di dunia ini.
“Ya Allah tunjukkanlah kepadaku segala sesuatu seperti apa adanya” atau dalam arti lain “agar aku tidak tertipu oleh apa yang sepertinya terlihat”.
Benar, di zaman ini, di masa ini, terkadang mana yang benar dan mana yang salah sering terbolak-balik sehingga bagi sebagian orang dengan mudahnya langsung percaya apa yang ia lihat dan dengar, jadi yuk berdo’a sebagaimana Rasul berdoa agar pilihan kita bisa lebih mantap dan tepat.
Menonton tayangan pidato seorang ustadz yang saya kagumi, mengingatkan saya kembali akan sebuah hadits, Rasulullah berkata “Hati-hatilah dengan Firasat orang yang beriman, karena dia melihat dengan Nur Allah “
Ingat, ketika Anas bin Malik ra berkata, “ketika saya memasuki rumah Usman bin Affan ra, di perjalanan saya berjumpa dengan seorang wanita, lantas melirik ke arahnya dengan tajam dan memperhatikan kecantikannnya. Maka ketika saya datang, Ustman berkata, “salah seorang dari kalian datang sedangkan bekas-bekas zina tampak di matanya. Tidak tahukah engkau bahwa zinanya mata adalah memandang? Hendaklah kamu bertobat dengan sungguh-sungguh, atau jika tidak aku akan menghukummu dengan ta’zir!”
Maka ia (Anas ra) bertanya, “adakah wahyu turun sepeninggal Nabi?”
Ia (Ustman ra) menjawab, “tidak, melainkan bashirah (ketajaman hati), burhan (arguman yang kuat), dan firasat yang benar”.
Gan, mereka memang bukan Nabi apalagi malaikat yang tidak punya dosa, mereka para calon pemimpin kita hanyalah manusia yang tidak pernah lepas dari fitrahnya sebagai manusia, lupa dan alpha, tapi saya meyakini diantara kedua calon pemimpin ini ada mudharat yang paling sedikit yang bisa kita ambil. Maka pilihlah yang paling sedikit memberikan mudharat untuk ummat ini.
Gan, selain bertepatan pemilu di bulan Ramadhan, ada satu hal lagi yang tidak kalah unik, diawal sebenarnya saya sudah mulai membahas tentang hal ini. Eng…ing…eng, di masa siapa coba para ulama, para asatidz, orang-orang shalih ini dengan blak-blakan menyatakan pendapatnya, menyatakan dukungannya. Heran? Saya juga. Entah dengan alasan apa mereka berbuat dan mengambil tindakan seperti itu, yang jelas dengan hadits yang saya paparkan di atas, tentang firasat orang-orang sholeh. Saya menjadi yakin, siapa yang harus saya pilih untuk menjadi pemimpin Indonesia 5 tahun kedepan.
Perkara menang atau kalah, si Macan Asia atau si Anak Rakyat itu bukan domain kita. Yang jelas kita sudah memberikan kontribusi dengan memilih calon pemimpin yang paling tepat untuk negeri ini, InsyaAllah.
Semoga bermanfaat.
Allahua’lam bisshowaf,
Batam, 29 Juni 2014
[pksnongsa]
DPD PKS Siak - Download Android App