Pak Prabowo, Kami Memilih Anda, Tapi..
By: admin
Minggu, 06 Juli 2014
0
pkssiak.org - Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi sungguh orang yang
jauh lebih mulia daripada kita semua, Abu Bakr Ash Shiddiq, pernah
mengatakan, “Saya telah dipilih untuk memimpin kalian, padahal saya
bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Kalau saya berlaku baik,
bantulah saya. Dan kalau anda sekalian melihat saya salah, maka
luruskanlah.”
Maka yang kami harapkan
pertama kali dari Anda, Pak Prabowo, adalah sebuah kesadaran bahwa Anda
bukan pahlawan tunggal dalam masa depan negeri ini. Barangkali memang
pendukung Anda ada yang menganggap Andalah orang terbaik. Tetapi
sebagian yang lain hanya menganggap Anda adalah sosok yang sedang tepat
untuk saat ini. Sebagian yang lainnya lagi menganggap Anda adalah “yang
lebih ringan di antara dua madharat”.
Tentu saja, mereka yang tidak memiliih Anda menganggap Anda bukan yang terbaik, tidak tepat, dan juga berbahaya.
Dan jika Anda, Pak
Prabowo, nantinya terpilih menjadi Presiden, maka mereka semua akan
menjadi rakyat yang dibebankan kepada pundak Anda tanggungjawabnya di
hadapan Allah. Maka kami berbahagia ketika Anda berulang kali berkata di
berbagai kesempatan, “Jangan mau dipecah belah. Jangan mau saling
membenci. Kalau orang lain menghina kita, kita serahkan pada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Maha Besar.”
Dan Anda juga harus
menyadari bahwa barangsiapa merasa jumawa dengan kekuasaan, maka beban
kepemimpinan itu akan Allah pikulkan sepelik-peliknya di dunia, dan
tanggungjawabnya akan Dia jadikan penyesalan serta siksa di akhirat.
Adapun pemimpin yang takut kepada Allah, maka Dia jadikan manusia taat
kepadanya, dan Dia menolong pemimpin itu dalam mengemban amanahnya.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi sungguh orang yang
jauh lebih perkasa daripada kita semua, ‘Umar ibn Al Khaththab, pernah
mengatakan, “Seandainya tidaklah didorong oleh harapan bahwa saya akan
menjadi orang yang terbaik di antara kalian dalam memimpin kalian, orang
yang terkuat bagi kalian dalam melayani keperluan-keperluan kalian, dan
orang yang paling teguh mengurusi urusan-urusan kalian, tidaklah saya
sudi menerima jabatan ini. Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya
saat perhitungan.”
Maka yang kami harapkan
berikutnya dari Anda, Pak Prabowo, adalah sebuah cita-cita yang menyala
untuk menjadi pelayan bagi rakyat Indonesia. Sebuah tekad besar, yang
memang selama ini sudah kami lihat dari kata-kata Anda. Dan sungguh,
kami berharap, ia diikuti kegentaran dalam hati, seperti ‘Umar, tentang
beratnya tanggungjawab kelak ketika seperempat milyar manusia Indonesia
ini berdiri di hadapan pengadilan Allah untuk menjadi penggugat dan Anda
adalah terdakwa tunggal bila tidak amanah, sedangkan entah ada atau
tidak yang sudi jadi pembela.
Pak Prabowo, jangankan
yang tak mendukung Anda, di antara pemilih Andapun ada yang masih
meragukan Anda karena catatan masa lalu. Saya hendak membesarkan hati
Anda, bahwa ‘Umar pun pernah diragukan oleh para tokoh sahabat ketika
dinominasikan oleh Abu Bakr sebab dia dianggap keras, kasar, dan
menakutkan. Tapi Anda bukan ‘Umar. Usaha Anda untuk meyakinkan kami
bahwa kelak ketika terpilih akan berlaku penuh kasih kepada yang Anda
pimpin harus lebih keras daripada ‘Umar.
Pak Prabowo, kami
memilih Anda karena kami tahu, seseorang tak selalu bisa dinilai dari
rekam jejaknya. ‘Umar yang dahulu ingin membunuh Nabi, kini berbaring
mesra di sampingnya. Khalid yang dahulu panglima kebatilan, belakangan
dijuluki ‘Pedang Allah’. Tapi Anda bukan ‘Umar. Tapi Anda bukan Khalid.
Usaha Anda untuk berubah terus menjadi insan yang lebih baik daripada
masa lalu Anda akan terus kami tuntut dan nantikan. Ya, maaf dan
dukungan justru dari orang-orang yang diisukan pernah Anda ‘culik’
menjadi modal awal kepercayaan kami kepada Anda.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang jauh
lebih dermawan daripada kita semua, ‘Utsman ibn ‘Affan, pernah
mengatakan, “Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku mengenai tiga
hal, selain kitab Allah dan Sunnah Nabi; yaitu agar aku mengikuti apa
yang telah dilakukan oleh para pemimpin sebelumku dalam hal-hal yang
telah kalian sepakati sebagai kebaikan, membuat kebiasaan baru yang
lebih baik lagi layak bagi ahli kebajikan, dan mencegah diriku bertindak
atas kalian, kecuali dalam hal-hal yang kalian sendiri menyebabkannya.”
Ummat Islam amat besar
pengorbanannya dalam perjuangan kemerdekaan negeri ini. Pun demikian,
sejarah juga menyaksikan mereka banyak mengalah dalam soal-soal asasi
kenegaraan Indonesia. Cita-cita untuk mengamalkan agama dalam hidup
berbangsa rasanya masih jauh dari terwujud.
Tetapi para bapak
bangsa, telah menitipkan amanah Maqashid Asy Syari’ah (tujuan
diturunkannya syari’at) yang paling pokok untuk menjadi dasar negara
ini. Lima hal itu; pertama adalah Hifzhud Diin (Menjaga Agama) yang
disederhanakan dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua Hifzhun Nafs
(Menjaga Jiwa) yang diejawantahkan dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab. Ketiga Hifzhun Nasl (Menjaga Kelangsungan) yang diringkas dalam
sila Persatuan Indonesia. Keempat Hifzhul ‘Aql (Menjaga Akal) yang
diwujudkan dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dan kelima, Hifzhul Maal (Menjaga
Kekayaan) yang diterjemahkan dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Pak Prabowo, kami
memilih Anda sebab kami berharap Anda akan melaksanakan setidak-tidaknya
kelima hal tersebut; menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga kelangsungan,
menjaga akal, dan menjaga kekayaan; dengan segala perwujudannya dalam
kemaslahatan bagi rakyat Indonesia. Kami memilih Anda ketika di seberang
sana, ada wacana semisal menghapus kolom agama di KTP, melarang perda
syari’ah, mengesahkan perkawinan sejenis, mencabut tata izin pendirian
rumah ibadah, pengalaman masa lalu penjualan asset-aset bangsa,
lisan-lisan yang belepotan pelecehan kepada agama Allah, hingga
purna-prajurit yang tangannya berlumuran darah ummat.
Pak Prabowo, seperti
‘Utsman, jadilah pemimpin pelaksana ungkapan yang amat dikenal di
kalangan Nahdlatul ‘Ulama, “Al Muhafazhatu ‘Alal Qadimish Shalih, wal
Akhdzu bil Jadidil Ashlah.. Memelihara nilai-nilai lama yang baik dan
mengambil hal-hal baru yang lebih baik.”
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang lebih
zuhud daripada kita semua, ‘Ali ibn Abi Thalib, pernah mengatakan,
“Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai
mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia
mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya
sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi
pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang
mengajari orang lain.”
Pak Prabowo, hal yang
paling hilang dari bangsa ini selama beberapa dasawarsa yang kita lalui
adalah keteladanan para pemimpin. Kami semua rindu pada
perilaku-perilaku luhur terpuji yang mengiringi tingginya kedudukan.
Kami tahu setiap manusia punya keterbatasan, pun juga Anda Pak. Tapi
percayalah, satu tindakan adil seorang pemimpin bisa memberi rasa aman
pada berjuta hati, satu ucapan jujur seorang pemimpin bisa memberi
ketenangan pada berjuta jiwa, satu gaya hidup sederhana seorang pemimpin
bisa menggerakkan berjuta manusia.
Pak Prabowo, kami
memilih Anda sebab kami tahu, kendali sebuah bangsa takkan dapat dihela
oleh satu sosok saja. Maka kami menyeksamai sesiapa yang ada bersama
Anda. Lihatlah betapa banyak ‘Ulama yang tegak mendukung dan tunduk
mendoakan Anda. Balaslah dengan penghormatan pada ilmu dan nasehat
mereka. Lihatlah betapa banyak kaum cendikia yang berdiri memilih Anda,
tanpa bayaran teguh membela. Lihatlah kaum muda, bahkan para mahasiswa.
Didiklah diri Anda,
belajarlah dari mereka; hingga Anda kelak menjelma apa yang disampaikan
Nabi, “Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian mencintainya dan dia
mencintai kalian. Yang kalian doakan dan dia mendoakan kalian.”
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang lebih
adil daripada kita semua, ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, pernah mengatakan,
“Saudara-saudara, barangsiapa menyertai kami maka silahkan menyertai
kami dengan lima syarat, jika tidak maka silahkan meninggalkan kami;
yakni, menyampaikan kepada kami keperluan orang-orang yang tidak dapat
menyampaikannya, membantu kami atas kebaikan dengan upayanya, menunjuki
kami dari kebaikan kepada apa yang kami tidak dapat menuju kepadanya,
dan jangan menggunjingkan rakyat di hadapan kami, serta jangan
membuat-buat hal yang tidak berguna.”
Sungguh karena pidato
pertamanya ini para penyair pemuja dan pejabat penjilat menghilang dari
sisi ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, lalu tinggallah bersamanya para ‘ulama,
cendikia, dan para zuhud. Bersama merekalah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz
mewujudkan pemerintahan yang keadilannya dirasakan di segala penjuru,
sampai serigalapun enggal memangsa domba. Pak Prabowo, sekali lagi, kami
memilih Anda bukan semata karena diri pribadi Anda. Maka pilihlah untuk
membantu urusan Anda nanti, orang-orang yang akan meringankan hisab
Anda di akhirat.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi kalaupun Anda tidak
terpilih, kami yakin, pengabdian tak memerlukan jabatan. Tetaplah
bekerja untuk Indonesia dengan segala yang Anda bisa, sejauh yang Anda
mampu.
Sungguh Anda terpilih
ataupun tidak, kami sama was-wasnya. Bahkan mungkin, rasa-rasanya, lebih
was-was jika Anda terpilih. Kami tidak tahu hal yang gaib. Kami tidak
tahu yang disembunyikan oleh hati. Kami tidak tahu masa depan. Kami
hanya memilih Anda berdasarkan pandangan lahiriyah yang sering tertipu,
disertai istikharah kami yang sepertinya kurang bermutu.
Mungkin jika Anda
terpilih nanti, urusan kami tak selesai sampai di situ. Bahkan kami juga
akan makin sibuk. Sibuk mendoakan Anda. Sibuk mengingatkan Anda tentang
janji Anda. Sibuk memberi masukan demi kemaslahatan. Sibuk meluruskan
Anda jika bengkok. Sibuk menuntut Anda jika berkelit.
Inilah kami. Kami memilih Anda Pak Prabowo, tapi..
Tapi sebagai penutup
tulisan ini, mari mengenang ketika Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz
meminta nasehat kepada Imam Hasan Al Bashri terkait amanah yang baru
diembannya. Maka Sang Imam menulis sebuah surat ringkas. Pesan yang
disampaikannya, ingin juga kami sampaikan pada Anda, Pak Prabowo. Bunyi
nasehat itu adalah, “Amma bakdu. Durhakailah hawa nafsumu! Wassalam.”
doa kami,
hamba Allah yang tertawan dosanya, warga negara Republik Indonesia
Salim A. Fillah
[pkskelapadua]
DPD PKS Siak - Download Android App