Pengamat militer Israel, Amos Harel, menulis di surat kabar Haaretz, hari ini, bahwa Israel sengaja menunda-nunda serangan daratnya. Israel tidak bisa cepat beralih kepada fase perang berikutnya. Menurutnya, kalau hanya mengandalkan serangan udara, Israel tidak akan bisa menumbangkan habis kekuatan militer perlawanan di Gaza.
Walaupun sudah bekerja sama dengan pemerintah kudeta di Mesir menghancurkan terowongan-terowongan yang digunakan untuk menyelundupkan persenjataan di Rafah, kekuatan militer Gaza masih tetap terjaga. Karena roket-roket jarak menengah ternyata adalah produk lokal Gaza. Sehingga, mau tidak mau, tempat produksi di Gaza harus dihancurkan melalui serangan darat.
Tapi bila dilakukan serangan darat, militer Israel akan menghadapi perlawanan Hamas yang akan banyak menggunakan mortir-mortir anti tank, ranjau, dan lorong-lorong pertahanan. Peluncuran roket ke wilayah jajahan Israel juga tentu akan terus dilakukan.
Namun jika tidak dilakukan serangan darat, dan Israel setuju untuk menghentikan perang, maka Hamas juga akan menjadikannya sebagai sebuah kemenangan. Hingga kini Israel hanya melakukan serangan darat secara terbatas di beberapa perbatasan. Misalnya di pesisir barat Gaza. Itu pun langsung dihadang dengan pertahanan dari militer Hamas dan Jihad Islami. (msa/dakwatuna)