Timses Prabowo-Hatta Tantang Mantan Jenderal Pro Jokowi Bertanding Ksatria
By: admin
Kamis, 12 Juni 2014
0
“Karena kalian sudah kelewat batas. Jangan korbankan lembaga.. Mari bertanding secara ksatria,” ucap Fahri Hamzah.
Kegeraman Fahri itu bukan tanpa alasan, melainkan
dirinya menduga rivalitas institusi TNI-POLRI sengaja dibenturkan untuk
kepentingan politik semata. Karena itu politisi PKS ini menyebut ada
pihak-pihak yang ingin merusak citra TNI-POLRI dengan isu netralitas
pilpres 2014.
“Salah satunya Agum Gumelar… Anda tahu orang ini? Pernah
jadi DANJEN Kopassus. Di tendang Faisal Tandjung ke medan.. Karena
membuat pernyataan.. “Kopassus Siap tagih kredit macet…!”, kata Fahri.
“Ini yang harus kita lawan.. Upaya terus menerus musuh
merusak lembaga negara… TNI dan POLRI kita harus bela,” cetus lagi
anggota komisi III DPR ini.
Bahkan ia terang-terangan menyebut bahwa dibalik
rekayasa perusakan nama institusi TNI ialah para mantan jenderal yang
berlindung dibalik tim pemenangan pasangan Capres-Cawapres Jokowi-JK.
Namun Fahri tidak menyebut secara tegas siapa saja bekas petinggi
TNI/ABRI yang dimaksud.
“Dan yang mau merusak ini adalah mantan Jenderal yang mentalnya rusak….kasar dan memalukan,” sebutnya.
Fahri kemudian membandingkan bahwa keterlibatan secara
politik eks Jenderal/mantan petinggi TNI itu berbeda dengan sosok
Prabowo. Prabowo berpolitik secara formal dengan mendirikan partai
Gerindra pada 2006.
Pada tahun 2004 Prabowo ikut konvensi partai Golkar dan
2009 Prabowo menjadi cawapres Megawati (ketum PDIP). Kemudian saat ini
2014 Prabowo maju kembali dalam pilpres namun sebagai capres. “Dia
pantang maen belakang…. Jalur resmi dia tempuh..,” lugasnya.
Prabowo tambah Fahri memilih berbisnis setelah karier
militernya berhenti. Sebaliknya mereka (mantan Jenderal, red) itu
berbisnis sejak aktif dapat konsesi.
Penilaian serupa juga datang dari ketua Komisi I DPR RI
yang membidangi pertahanan dan keamanan, Mahfudz Siddiq. Mahfudz menilai
ada unsur rivalitas diantara TNI dan POLRI terutama dalam politisasi
lembaga.
“Sejak dipisahnya institusi POLRI dan TNI, masih tersisa
persaingan diam-diam antar keduanya. Lebih soal psiko-politik. Kali ini
– terulang – upaya politisasi keduanya, dengan sudutkan yang satu untuk
menarik yang satunya lagi. Isu netralitas tapi untuk seret yang lain,”
kata Mahfudz dalam twitternya, Selasa (11/6/2014).
Kompetisi dua pasangan Capres-Cawapres dalam pilpres
2014 memang sudah melebar menjadi pertarungan antar mantan jenderal
dibalik kedua pasangan tersebut. Bahkan perang isu dan komentar para
bekas jenderal seperti bahan baku informasi yang wajib bagi media
mainstream yang sudah jelas arah dukungannya. [fbi/pks-kotabekasi.org]
DPD PKS Siak - Download Android App