Menyikapi Objektivitas JK Terhadap Prabowo
By: admin
Rabu, 11 Juni 2014
0
pkssiak.org - Dalam
acara debat capres kemarin, Jusuf Kalla atau biasa disapa JK, sempat
menyerang Prabowo dengan pertanyaan yang sangat tendensius. Sebuah
pertanyaan yang sebenarnya sudah bisa ditebak oleh siapa pun juga.
Bahkan menurut kabarnya pertanyaan ini sangat ditunggu-tunggu oleh kubu
Prabowo. Pertanyaan itu tak lain dan tak bukan adalah tentang isu
(rumor) dugaan keterlibatan Prabowo Subianto dalam kerusuhan Mei 1998
serta tuduhan penculikan para aktivis pada masa itu.
Dan
inilah jawaban Prabowo dalam acara debat capres kemarin. Sebuah
jawaban yang sangat tegas dan lugas. “Bapak tidak mengerti, justru
kami-kami ini sering berada dalam kondisi sulit ketika ingin
menyelamatkan hak asasi warga negara. Seringkali prajurit menjadi korban
atasan. Petugas diberi perintah, jika ada sesuatu yang secara politis
tidak menguntungkan, maka petugaslah yang harus dikorbankan. Jika bapak
Jusuf Kalla ingin mengetahui, silahkan tanya kepada atasan saya saat
itu!"
Jawaban
Prabowo ini menurut saya sangat tepat serta mengenai sasaran. Tepat
karena disampaikan pada moment yang pas, yaitu pada moment pencapresan
Prabowo dalam ajang pilpres tahun ini. Mengenai sasaran, karena inilah
saatnya bagi Prabowo untuk menjawab dan menjelaskannya kepada kubu
Jokowi-JK khususnya, dan kepada masyarakat Indonesia pada umumnya,
mengenai apa yang terjadi sesungguhnya.
Namun
saya tidak akan membahas lebih jauh tentang jawaban Pabowo tersebut.
Justru yang ingin saya soroti adalah “makna “ yang terkandung dari
pernyataan Prabowo itu. Saya melihat ada satu makna yang sangat dalam
yang ingin disampaikan Prabowo kepada Jokowi-JK beserta para
pendukungnya.
Menurut
saya, bagaimana mungkin Jokowi dan JK bisa memahami kondisi Prabowo?
Bagaimana mungkin mereka bisa memahami kondisi psikologis Prabowo saat
itu? Bukankah Jokowi dan JK tidak pernah berada di sana, tidak pernah
terlibat langsung dalam pertikaian (kerusuhan) itu? Mereka tidak pernah
berhadapan langsung dengan situasi sulit itu. Tidak pernah sama sekali.
Menurut
saya, inilah point yang ingin disasar oleh Prabowo kepada kubu Jokowi
dan JK. Sebuah point yang sangat fundamental. Dengan kata lain Prabowo
ingin bilang begini, "Bapak Jusuf Kalla tidak akan pernah mengerti
posisi dan kondisi saya saat itu, karena Bapak tidak pernah berada di
situ!" Apalagi Jokowi yang pada masa itu bukanlah siapa-siapa dan belum
menjadi apa-apa, kecuali sebagai seorang pengusaha meubel di kota Solo.
Demikian pula dengan JK yang juga masih menjadi seorang pengusaha pada
saat itu, meskipun dalam kurun waktu 1997-1999 JK pernah menjadi anggota
MPR-RI (Anggota Badan Pekerja) Utusan Daerah.
Dan
tentu saja hal ini menjadi suatu kewajaran, sebagaimana “wajar”nya
sikap seorang JK ketika harus berhadapan atau membahas kasus HAM yang
menimpa Prabowo Subianto ini. Mengapa? Dari jawaban yang diberikan oleh
Prabowo kemarin, sangat jelas terlihat bahwa Prabowo ingin menyampaikan
satu pesan khusus kepada Jokowi dan JK berikut para pendukungnya.
Bahwa
Jokowi dan JK memang tidak akan pernah bisa mengerti bagaimana situasi
serta kondisi batin Prabowo saat itu, baik sebagai seorang komandan
(Danjen Kopassus) maupun sebagai seorang prajurit yang harus tunduk
kepada perintah atasannya. Karena mereka tidak pernah berada di situ dan
tidak tahu apa sesungguhnya yang telah terjadi. Sehingga sangat wajar
pula ketika akhirnya mereka menaruh curiga atau su’udzon serta
beranggapan bahwa Prabowo memang terlibat dalam kasus pelanggaran HAM
tersebut. Dan kecurigaan itupun masih terus berkembang sampai sekarang,
yang pada akhirnya terimplimentasi dalam pertanyaan JK kepada Prabowo
dalam acara debat capres (9/7/2014) kemarin.
Menurut
saya, kita akan bisa memahami seseorang, jika kita berada dalam satu
kondisi atau posisi yang sama dengan orang tersebut.. Ketika kita
pernah mengalami hal yang sama dengan orang yang menjadi objek penilaian
kita itu. Namun jika kita tidak pernah mengalaminya, jangan harap kita
akan mampu mengerti, memahami serta menilai seseorang secara objektif
dan sportif. Selamanya kita tidak akan pernah bisa berlaku adil
kepadanya, kecuali jika kita memang memiliki mata dan hati nurani yang
bersih.
Yakni
akan sama persis dengan apa yang telah dilakukan JK kepada Prabowo.
Penilaian JK terhadap Prabowo sangatlah subjektif, jauh dari nilai-nilai
keadilan. Alih-alih ingin mencari kebenaran yang sesungguhnya, yang ada
hanyalah ingin menjatuhkan nama baik seorang Prabowo Subianto. Padahal
siapa pun tahu, ketika JK menjabat sebagai Wakil Presiden SBY (2004 –
2009), tidak pernah sedikitpun JK menyinggung-nyinggung persoalan HAM
ini dengan Prabowo. Akan tetapi sekali lagi hal ini adalah wajar, sebab
dalam situasi pertarungan Pilpres seperti sekarang ini, apapun akan
dilakukan untuk mengalahkan lawan. Yang menurut pendapat kebanyakan
orang, politik itu bisa menghalalkan segala cara.
Wallahu a’lam…
Oleh: Ria Dahlia
Follow @RiaSanusi on Twitter
DPD PKS Siak - Download Android App