Gembira Menyambut Ramadhan
By: admin
Selasa, 10 Juni 2014
0
Jika anak-anak sudah
mempunyai perasaan yang sangat positif terhadap Ramadhan, insya Allah
mereka akan berebut untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang mampu
berpuasa secara penuh. Meski sebagai orangtua kita tidak boleh
mengharuskan anak yang belum cukup umurnya untuk berpuasa sebagaimana
orang dewasa, tetapi memacu hasrat sangat mungkin kita lakukan.
Cara yang kami terapkan
di rumah mungkin bukan yang terbaik. Tetapi inilah yang untuk sementara
kami rasakan sebagai cara yang tepat dan berhasil. Saya berharap di
waktu-waktu berikutnya bisa memperbaiki cara mengajak anak berpuasa
penuh di bulan Ramadhan.
Apa yang kami lakukan
kepada anak-anak sebelum Ramadhan? Secara sederhana ada dua hal,
menyiapkan penyambutan bulan Ramadhan dan mengatur pelaksanaan puasa.
Selamat Datang Ramadhan
Sekitar tiga atau dua
minggu sebelum Ramadhan tiba, istri saya biasanya sudah mulai
membicarakan dengan anak-anak tentang datangnya bulan yang terindah itu.
Anak-anak diajak untuk merasakan datangnya Ramadhan sebagai anugerah.
Pada saat yang sama istri saya mulai berbincang-bincang dengan anak
tentang apa yang bisa dilakukan untuk menyambut Ramadhan. Intinya
sederhana, bagaimana anak-anak bisa merasakan Ramadhan sebagai bulan
yang istimewa dan karenanya perlu bergembira dengan kedatangannya.
Kadang kami menghiasi
ruang tengah, tempat kami akan melakukan sahur dan buka puasa, dengan
kertas warna-warni dan balon yang ditempelkan di sudut ruang atau di
tengah-tengah. Sekurang-kurangnya mengubah letak meja dan kursi sehingga
ada suasana baru menjelang Ramadhan. Tapi pernah juga ketika di rumah
ada sepupu dan adik laki-laki yang bisa mengecat, penyambutan Ramadhan
dilakukan secara lebih istimewa. Cat rumah diganti dengan warna yang
disukai anak-anak, termasuk kamar. Di salah satu kamar bahkan ada tiga
warna yang dipakai. Semua ini untuk menumbuhkan perasaan positif
terhadap Ramadhan.
Menu juga masuk dalam
daftar penyambutan. Ini bukan berhubungan dengan kemewahan, tetapi
berkaitan dengan penyajian. Ketika ada rezeki yang memungkinkan, bisa
saja hari pertama sahur menyajikan menu yang istimewa. Tetapi yang
paling pokok adalah bagaimana anak-anak merasakan bahwa Ramadhan sangat
berbeda dibanding hari-hari biasa. Sama-sama dadar telor, sangat berbeda
”rasanya” bagi anak antara dadar telor yang dibikin begitu saja dengan
yang dibikin atas dasar usulan.
Penyajian menu ”istimewa” ini terutama untuk sahur pertama hingga ketiga. Setelah itu, menu akan berjalan seperti biasa.
O ya, dalam menyambut
bulan Ramadhan ini, anak-anak juga perlu diajak untuk belajar berbagi.
Pada saat yang sama, kita menantang mereka untuk memancangkan tekad,
sampai jam berapa akan berpuasa. Ini terutama untuk anak yang belum
cukup umur. Misalnya yang baru berusia 5 tahun. Tetapi kita tetap harus
ingat bahwa mereka tidak boleh dipaksa puasa sehari penuh.
Mengelola Puasa
Kalau kita merasa sangat
lapar, sesederhana apa pun makanan yang terhidang, akan nikmat sekali
rasanya. Tapi saat mengantuk, makanan yang enak pun sulit memancing
minat. Karena itu, menu saat sahur jauh lebih penting dibanding saat
berbuka. Menu sahur selain menarik bagi anak, juga perlu
mempertimbangkan agar tidak menghidangkan makanan yang mengundang rasa
haus.
Habis sahur, anak-anak
perlu dijaga agar tidak tidur. Ba’da Subuh hingga sekitar jam 11.00 pagi
adalah saat-saat yang sangat penting. Kalau di waktu-waktu tersebut ada
melakukan kegiatan yang menyenangkan dan secara fisik aktif, biasanya
waktu berikutnya hingga saat berbuka tiba tidak ada masalah yang
berarti. Tetapi kalau kita lalai sehingga mereka tertidur hingga pagi
jam 09.00 misalnya, pada umumnya anak mulai tidak tahan menghadapi haus
dan lapar, terutama menjelang tengah hari. Ini terutama untuk anak-anak
yang berusia antara 5-8 tahun. Anak-anak yang lebih tua pun merasa
sangat tidak nyaman sehingga puasa terasa sangat menyiksa jika mereka
tidur antara Subuh hingga jam 09.00 atau jam 10.00. Apalagi kalau tidur
mulai habis Sahur.
Awal-awal puasa,
biasanya anak makan sahur dalam kondisi mengantuk, sehingga mereka
cenderung ingin bersegera menyudahi acara makan untuk berangkat tidur
kembali. Karena itu, usahakan agar saat sahur benar-benar menarik anak;
menarik bukan karena makanan yang mewah, tetapi karena ada kehangatan
yang mereka temukan. Selain itu, upaya agar makan sahur lebih menarik
buat mereka adalah dengan menyediakan jajanan anak yang bergizi dan
disukai anak.
Jadi jika ada rezeki,
hidangan sahurlah lebih penting untuk diperhatikan. Bukan buka puasa.
Sekurangnya, ada makanan yang menarik minat anak, meskipun hanya dari
cara menyajikannya.
Bangunkan anak secara
menyenangkan. Bangunkan agak awal agar mereka memiliki kesiapan emosi
sebelum makan. Jika memungkinkan, libatkan anak-anak untuk membantu
penyiapan makan sahur sebab ini lebih menggairahkan mereka. Beri mereka
tugas sesuai dengan umurnya. Anak yang berusia 5 tahun bisa kita beri
tugas menyiapkan sendok, misalnya.
Berkenaan dengan
bermain, apa saja yang bisa dilakukan anak saat berpuasa? Dulu saya
membatasi anak bermain agar tidak melakukan permainan yang banyak
menguras tenaga. Saya khawatir ini menyebabkan mereka kehabisan energi
sehingga tidak kuat berpuasa. Tetapi belakangan saya justru bersikap
sebaliknya. Pagi hari mereka bisa melakukan aktivitas apa pun yang
menarik, termasuk bermain bola, sehingga mereka tidak mengantuk dan
secara fisik mereka aktif. Permainan ini bisa dilakukan sampai sekitar
jam 11.00 atau 12.00.
Biasanya, jika anak-anak
banyak melakukan aktivitas fisik yang menantang, selepas Dzuhur mereka
sudah mengantuk. Tidur saat capek karena aktivitas fisik merupakan cara
yang sangat efektif untuk memulihkan energi.
Anak-anak yang sudah
berusia sekitar 10 tahun mungkin tidur sekitar 2-3 jam. Sedangkan
anak-anak yang berusia di bawahnya biasanya memerlukan waktu yang lebih
lama. Yang jelas, begitu bangun mereka insya Allah akan segar kembali
sehingga bersemangat melakukan berbagai aktivitas.
Nah, sekarang saatnya
memberi mereka kegiatan-kegiatan yang bersifat lunak. Meskipun mereka
masih boleh berlari-lari, tetapi sebaiknya kita arahkan mereka untuk
melakukan aktivitas permainan atau intelektual.
Membaca buku-buku
menarik, berdiskusi, mengaji atau mengikuti kegiatan TPA/TPQ di masjid
sangat pas buat mereka. Kegiatan yang dilakukan setelah mereka
memperoleh istirahat yang cukup ini insya Allah membuat mereka melupakan
rasa lapar. Keasyikan membuat datangnya waktu Maghrib tak terasa lama.
Wallahu a’lam bishawab.
Sebagai penutup, sekedar
untuk mempertegas pembicaraan kita di awal, tidur di antara Subuh
sampai menjelang siang akan membuat anak merasa sangat tidak nyaman dan
cepat lelah sehingga waktu puasa terasa sangat panjang. Jika ini
terjadi, sebelum Dzuhur tiba pun anak-anak sudah berteriak lapar.
Oleh: Muhammad Fauzil Adhim
[pkskelapadua]
DPD PKS Siak - Download Android App