8 Tahun Menjabat, Ismail Haniyah Tinggalkan Kekuasaan Secara Sukarela
By: admin
Rabu, 04 Juni 2014
0
Mantan PM Palestina Ismail Haniyah |
Haniyah yang meninggalkan pemerintahan hari Senin (02/06/2014), sebagai PM Palestina termuda dalam memegang jabatan ini.
Haniyah yang baru menginjak 43 tahun, meninggalkan jabatannya di usia produktif, seperti banyak dilansir dalam beragam forum di akhir kepemimpinannya.
Ia menerima tampuk pemerintahan sebagai Perdana Menteri, namun rumahnya tetap sama sebelum dan setelah menjabat di kamp pengungsian As-Syathi.
Senin lalu, ia menyerahkan pemerintahannya dan tinggal di kamp pengungsi As-Syathi di antara para tetangganya, ia adalah penungsi dari Jaurah Asqalan, yang jaraknya hanya beberapa kilo meter dari Gaza, ia bangga dengan gelar ini, dan tetap membanggakan kota tempat kelahirannya, demikian dikutip Pusat Informasi Palestina (PIC).
Lahir di kamp As-Syathi tahun 1963, ia tumbuh dan belajar di sekolah di kamp tersebut, menikah dan memiliki 13 orang anak di sana.
Menyelesaikan SMU di institut Al-Azhar di Gaza, dan menyelesaikan kuliah di fakultas pendidikan jurusan bahasa Arab di Universitas Islam di Gaza.
Haniyah bergabung dengan organisasi mahasiswa Islam yang berafiliasi kepada gerakan Hamas, sejak masuk kuliah tahun 1981, dan menjadi anggota dewan mahasiswa di Universitas Islam tahun 83/84, dan kemudian menjabat sebagai Ketua Dewan Mahasiwa tahun 85/86. Haniyah hidup seperti warga Palestina lainnya, menjadi korban penangkapan penjajah Israel, ia lebih dari 3 kali ditangkap dan dideportasi ke padang tandus Maraj Zuhur.
Kali pertama ditangkap selama 18 hari, kemudian selama 6 bulan, dan 3 tahun berturut-turut, lalu bersama 400 rekan-rekannya para pimpinan Hamas dan Jihad Islami dideportasi ke Maraj Zuhur di Libanon Selatan selama satu tahun pada 17 Desember 1992.
Jabatan
Haniyah berhasil duduk sebagai anggota parlemen tahun 2006, pernah menjadi sekretaris Majelis Wali Amanah di Universitas Islam, pernah menjadi Kepala Urusan Administratif dan Direktur Akademik di universitas yang sama.
Mantan pemimpin yang dikenal berwibawa ini bergabung dalam Komite Dialog Hamas dengan faksi-faksi Palestina dan Otoritas Palestina, juga sebagai wakil komite pemantau Intifadah dari gerakan Hamas.
Haniyah menjabat sebagai Direktur Kantor Syeikh Ahmad Yasin, sampai menjadi anggota pimpinan Hamas, juga menjadi anggota lembaga tinggi di Universitas Islam dan Ketua Forum Organisasi Universitas Islam selama 10 tahun.
Dalam pemilu internal Hamas, Haniyah terpilih sebagai Wakil Ketua Biro Politik Hamas, dan menjadi simbol Hamas di Gaza.
Ia telah berulangkali pernah menjadi target percobaan pembunuhan oleh pihak Zionis Israel, terutama saat mengunjungi salah seorang pimpinan Hamas, Dr. Marwan Abu Rash menemani Syeikh Ahmad Yasin pada tahun 2003, namun ia masih dilindungi Allah dan tetap selamat hingga kini.
Haniyah juga pernah menjadi target percobaan pembunuhan oleh aparat keamanan Fatah, saat kembali melalui perlintasan Rafah pada Juni 2007, ajudannya gugur syahid, Abdul Rahman Nashar yang menjadi tameng bagi dirinya kal itu.
Dihormati
PM Palestina Islami Haniyah banyak mendapatkan penghormatan dan diterima di kalangan luas kelompok dan elemen Palestina, ia dikenal tegas dalam membela kebenaran dan konstitusi, dan lembut dalam rekonsiliasi dan diterima pihak lain.
Hal itu terlihat dalam banyak momentum, terutama pada upaya penerapan rekonsiliasi dengan segenap cara, meski harus dibayar mahal, tanpa mencederai konstitusi dan perlawanan. Ia menegaskan bahwa rekonsiliasi bukan berarti mengganggu perlawanan, ditegaskannya bahwa perlawanan tak bisa digantikan.
Sementara itu, Presiden Otoritas Palestina, Mahmud Abbas, langsungnya hari Senin (02/06/2014). Dalam pesannya Abbas mengapresiasi upaya yang dilakukan Ismail Haniyah dalam mengakhiri perpecahan, dan membentuk pemerintahan nasional bersatu.
Sebelumnya, Selasa (27/5/2014) Jubir Hamas, Dr. Sami Abu Zuhri menegaskan, pertemuan Hamas dan Fatah berakhir dalam suasana positif, dan menyepakati Dr. Romi Hamdalah sebagai Perdana Menteri pemerintahan bersatu Palestina. Selain itu, dalam pertemuan itu bahas untuk segera menetapkan nama-nama yang akan mengisi posisi di kabinet yang sudah diresmikan hari Senin. Rakyat Palestina berharap pemerintahan nasional bersatu mampu mengakhiri 7 tahun perpecahan Palestina, yang tercermin pada gerakan Fatah dan Hamas, sepanjang rentang waktu tersebut terjadi dua pemerintahan, satu di Tepi Barat dan satu di Gaza. (hidayatullah/pkskelapadua)
DPD PKS Siak - Download Android App