Sinergi Orangtua dan Sekolah Untuk Lindungi Anak
By: admin
Sabtu, 03 Mei 2014
0
pkssiak.org, Jakarta (2/5) - Kasus kekerasan seksual yang
terjadi pada anak di lingkungan sekolah mengguncang dunia pendidikan
sekaligus membuka mata publik bahwa perkembangan dunia pendidikan di
Indonesia ternyata tengah menghadapi berbagai ancaman serius.
Wakil Ketua Komisi VIII yang juga kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Ledia Hanifa Amaliah memaparkan, bahwa seiring proses penyidikan yang
tengah dilangsungkan, banyak hal harus ikut dibenahi agar masalah yang
mengancam tumbuh kembang anak Indonesia di masa datang dapat dicegah dan
dihilangkan.
“Kita banyak mendapat pelajaran dari kasus kekerasan anak di sekolah
ini. Kita melihat betapa jumlah sekolah terus bertambah setiap tahun
dengan kualitas yang semakin baik, fasilitas sekolah di banyak sekolah
juga semakin lengkap dan berbagai program pun dikreasikan dengan harapan
anak didik yang dihasilkan menjadi semakin cemerlang di usia yang
semakin dini. Tetapi sayangnya nampak pula ketimpangan yang semakin
mencolok dari hari ke hari,” papar anggota dewan asal Fraksi PKS ini.
Pertama, jelas Ledia, peran pendidikan anak yang semestinya menjadi satu
lingkaran kesinambungan antara rumah dan sekolah, orangtua dan guru
kini cenderung terputus. Banyak orangtua tanpa disadari seolah telah
menyelesaikan tugas pendidikan anak dengan mencari dan memasukkan anak
ke sekolah-sekolah yang dianggap terbaik, termegah dengan fasilitas
terlengkap.
“Hubungan orangtua dengan dunia pendidikan anaknya menjadi minimalis.
Kalau sekolah sendiri tidak memiliki program yang melibatkan peran
orangtua, dan kemudian orangtua pun tidak proaktif, maka banyak momen
dalam masa tumbuh kembang anak yang tidak terpantau orangtua. Ibaratnya
hubungan orangtua dan sekolah hanya terbatas saat membayar iuran,”
ujarnya.
Kedua, pendidikan berbasis keteladanan yang paling efektif diserap dan
menjadi pengokoh karakter anak di masa dewasa semakin langka. “Orangtua
harus menjadi teladan utama dan pertama bagi anak di rumah. Sementara di
lingkungan sekolah, kepala sekolah,staf pengajar dan staf pendukung
lainnya harus menjadi ujung tombak dalam hal memberi keteladanan sikap,
perilaku serta nilai moral atau akhlak.Jangan sampai anak diajari
hal-hal baik tetapi tidak melihat praktek hal-hal baik itu," tegasnya.
Ketiga, pendidikan yang didapat anak di luar sekolah dalam hal ini
lingkungan bermain, lingkungan rumah dan lingkungan masyarakat memiliki
pengaruh sangat besar, terutama yang diajarkan lewat tayangan televisi
serta internet. “Apa artinya guru berusah payah mengajarkan kebaikan
pada anak bila tayangan televisi secara intens menayangkan betapa
‘enteng’ dan ‘biasa’ bila dalam pergaulan kita mudah melecehkan,
menghina, menghasut, dan melakukan kekerasan pada orang lain,"
tambahnya.
Karena itu Ledia menghimbau semua pihak untuk bisa bersama-sama
melakukan perbaikan demi melindungi anak dan menyiapkan masa depan
generasi penerus bangsa yang lebih baik.
Dalam hal ini orangtua dan guru perlu bersama-sama mengemban tugas
pendidikan anak secara aktif. Memiliki semacam buku penghubung atau buku
pemantau, juga secara bergiliran melibatkan orangtua dalam beberapa
program sekolah bisa menjadi alternatif. Sementara pemerintah harus
secara tegas mengatur tayangan televisi agar tidak lagi dipenuhi
berbagai “inspirasi” negatif.
Secara khusus, Ledia juga meminta aparat penegak hukum untuk tidak ragu
dan terganggu dengan campur tangan pihak manapun dalam menyelidiki lapis
demi lapis kasus kekerasan pada anak ini.
“Usut tuntas kasus ini sebagai pembelajaran dan pencegahan atas kasus
serupa di masa datang. Kepentingan anak sebagai korban dan masa depan
anak Indonesia adalah hal utama yang menjadi konsern kita bersama. Bahwa
ada nama besar lembaga pendidikan yang terkait, atau jaring
internasional yang terlibat tak perlu menyurutkan langkah para penyidik
untuk menegakkan hukum di negeri kita," pungkasnya.
DPD PKS Siak - Download Android App