Saat Hati Merasa Gentar Berjuang
By: admin
Selasa, 06 Mei 2014
0
pkssiak.org - Pernahkah kita merasa gentar saat berjuang? Barangkali karena merasa
perjuangan yang sedang kita tempuh adalah perjuangan yang amat berat?
Atau karena perjuangan itu memaksa diri kita berhadapan dengan lawan
yang memiliki kekuatan yang besar? Jika anda pernah mengalaminya,
bersyukurlah. Anda sedang disuguhkan bakal kemenangan yang besar.
Mengenai hal ini, marilah kita belajar dari kisah Shahabat Nabi, Miqdad
bin Amr. Beberapa dari kita mungkin asing dengan nama ini, karena
riwayatnya tidak banyak diceritakan. Mekipun begitu, sebenarnya Miqdad
bin Amr ini termasuk orang yang pertama-tama memasuki Islam dengan
terang-terangan, hingga ia harus menerima kekejaman kaum Quraisy pada
masa itu.
Miqdad bin Amr dikenal sebagai orang yang pertama memacu kudanya menuju
peperangan di jalan Allah, karena setiap kali ada panggilan perang ia
lah yang pertama kali sampai di depan Rasul SAW dengan kudanya.
Kisahnya melawan rasa gentar berjuang di hati kaum muslimin pertama kali
terjadi pada saat menjelang Perang Badar. Pada saat itu keadaan pasukan
muslim benar-benar sedikit lagi lemah persenjatannya. Sementara kaum
Quraisy sangat banyak dengan berbagai persiapan perangnya. Inilah perang
pertama yang harus dilalui umat muslimin, dimana mereka belum memiliki
pengalaman sebelumnya, serta harus menghadapi musuh yang berasal dari
keluarga dan kerabatnya sendiri. Sungguh keadaan yang benar-benar
membuat nyali kaum muslimin gentar.
Melihat kondisi yang demikian menegangkan, Rasul SAW menguji kesiapan
pasukan muslim dengan cara mengajaknya bermusyawarah. Agar menjadi jelas
pendapat masing-masing prajurit dan menguatkan tekad bersama. Pada saat
itu Miqdad bin Amr khawatir jika ada diantara kaum muslimin yang merasa
berat dan gentar dalam berjuang. Miqdad pun ingin menyatakan
kalimat-kalimatnya untuk menghalau rasa berat dalam berjuang. Akan
tetapi, dua orang Shahabat utama, Abu Bakar ra dan Umar Bin Khattab ra
mendahului pembicaraannya sehingga Miqdad menunda keinginannya. Keduanya
menyampaikan kalimat yang sangat menakjubkan.
Tibalah saatnya Miqdad berbicara, "Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa
yang dititahkan Allah, dan kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak
akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, 'Pergi dan
berperanglah kamu bersama Tuhanmu, sedangkan kami akan duduk menunggu
disini.' Tetapi kami akan mengatakan padamu, 'Pergi dan berperanglah
bersama Tuhanmu, dan kami ikut berjuang bersamamu.' Demi Dzat yang telah
mengutusmu membawa kebenaran! Seandainya engkau membawa kami ke dalam
lautan lumpur, kami akan berjuang bersamamu dengan tabah hingga mencapai
tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kirimu,
di bagian depan dan di bagian belakangmu, hingga Allah memberikan
kemenangan kepadamu."
Ungkapan itu bagaikan peluru yang terlepas dari senapan, begitu pas
menuju sasaran. Rasul SAW pun berseri-seri mendengarnya. Kata-kata
Miqdad ini membangkitkan kembali semangat juang pasukan muslim, hingga
akhirnya mereka memperoleh kemenangan yang besar dalam Perang Badar.
Demikianlah, kita mungkin seringkali menemukan kondisi-kondisi dimana
sebuah perjuangan membuat diri kita gentar. Barangkali karena tingkat
kesulitan perjuangannya, lawan yang menggetarkan, atau kondisi-kondisi
lain yang membuat kita terkadang ingin mundur dari medan perjuangan.
Sungguh rasa gentar itu adalah fitrah yang Allah ciptakan di hati
manusia agar mereka bisa merasakan takut. Namun rasa takut itu tentu ada
muaranya. Kepada Allah sajalah seharusnya rasa takut kita tambatkan.
Sementara dalam berjuang, ingatlah bahwa pertolongan Allah sangat dekat.
Lebih dekat dari urat nadi kita.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini, dan menguatkan kembali
pundak-pundak kita semua menempuh perjuangan panjang dalam kehidupan. (RD)
[pkskotabandung]
DPD PKS Siak - Download Android App