Dari CIkini ke Polonia
By: admin
Selasa, 20 Mei 2014
0
pkssiak.org - Di
Cikini balon harapan itu sempat membesar. Di tengah jalan, balon itu
terus mengecil hingga akhirnya kembali membesar di sebuah sudut Polonia.
Akankah ia terus membesar dan terbang tinggi meraih izzul islam wal
muslimun?
Terlalu
dini untuk menjawabnya. Namun apa yang tersaji saat deklarasi Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa sebagai capres dan cawapres membuat banyak
kalangan umat Islam bergembira.
Betapa
tidak, semua partai Islam berada dalam satu barisan minus PKB. Ada PKS,
PPP, PAN dan terakhir PBB. Bersama Partai Gerindra dan Partai Golkar,
mereka sepakat membangun koalisi dengan tajuk "Selamatkan Indonesia".
Memang
bukan kali ini partai-partai Islam bisa merapat dalam satu barisan.
Tahun 2009 pun mereka juga bersatu dalam barisan SBY. Namun, ada suasana
kebatinan yang berbeda pada 2014 ini.
Pertama,
hasil pemilu 2014 mengejutkan banyak pihak saat suara partai Islam
ternyata signifikan. Jika digabung melebihi 30%. Padahal, berbagai
lembaga survey terus-menerus mempropagandakan bahwa partai Islam akan
tamat.
Hasil
pemilu ini menyentak ruang kesadaran umat bahwa ternyata rakyat masih
membutuhkan dan meletakkan harapan besar pada partai Islam.
Kedua,
suasana ideologis pemilu kali ini jauh lebih terasa dibandingkan lima
tahun lalu. Terlepas benar atau tidak terkait isu tentang Jokowi dan
orang-orang yang ada di belakangnya, tapi fakta-fakta di lapangan
membuat isu itu mendekati kebenaran.
Ketiga,
ada usaha-usaha tak kenal lelah untuk mencegah bersatunya partai Islam.
PPP menjadi salah satu korbannya dengan goncangan internal yang hampir
memecah belah mereka.
Keempat,
egoisme mulai bisa disingkirkan. Tak ada penolakan terhadap sosok Hatta
Rajasa sebagai cawapres. Padahal PKS dan PPP juga punya jagoan.
Karena
itu, Presiden PKS Anis Matta tak terlalu kecewa dengan kondisi partai
Islam saat ini. Kata dia, koalisi partai Islam tak sepenuhnya gagal.
Meski
minus PKB, koalisi partai Islam kali ini layak menerbitkan harapan
baru. Mengapa? Walau sadar mereka akan menghadapi lawan tanding yang
didukung secara massif oleh media mainstream dan finansial tak terbatas,
tapi para pemimpin partai Islam tak tergoda. Mereka justru merapatkan
barisan, menguatkan ukhuwah untuk berjuang melawan pencitraan
gila-gilaan dari kubu lawan.
Kesadaran
semacam ini jauh lebih berharga dibandingkan pertanyaan apakah koalisi
ini bisa menang atau tidak. Karena benih kesadaran akan pentingnya
persatuan umat akan bisa terus dipupuk dan kelak kita bisa memanen
buahnya.
Terlebih
jika kesadaran tersebut kemudian diikuti oleh kesadaran lain bahwa
selama ini kita adalah umat reaktif. Yang baru bereaksi ketika umat
dalam posisi tersudutkan. Dan nyanyian khas kaum yang reaktif biasanya
berjudul "Pentingnya Koalisi Partai Islam", "Saatnya Partai Islam
Bersatu", dan sebagainya.
Jika
kesadaran akan pentingnya persatuan umat plus kesadaran terhadap
kekeliruan kita yang selalu reaktif dalam menyikapi dinamika politik
sudah dimiliki oleh para pemimpin partai Islam, kita tentu bisa berharap
banyak akan kejayaan Islam di negeri ini.
Tak
mudah memang mewujudkan itu. Tapi jika kita mau berusaha dan Allah
berkehendak, balon harapan bersatunya partai Islam pasti akan terus
membesar dan terbang jauh tinggi. Berawal dari Cikini, lalu ke Polonia
dan semoga berakhir di Istana. Allahu Akbar!
By: Erwyn Kurniawan
Follow @Erwyn2002 on Twitter
[islamedia]
DPD PKS Siak - Download Android App