Fahri Hamzah: Capres Tak Boleh Salah Fakta Tentang Indonesia
By: Abul Ezz
Kamis, 01 Mei 2014
0
pkssiak.org - Politisi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahri Hamzah mengatakan calon presiden
Indonesia tidak boleh salah fakta tentang Indonesia. Hal ini dikatakan
Fahri berkaitan dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang dinilainya telah nyasar dengan mencari Sapi ke Nusa Tenggara Timur bukan ke Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan "Bumi Sejuta Sapi".
"Soal
Jokowi dan Sapi itu sama dengan orang mau makan nasi kapau eh malah
pergi ke aceh. Ada sih nasi kapau di aceh sebab di sana ada orang
padang, tapi nasi kapau ya di padang," tulis Fahri pada akun Twitternya @Fahrihamzah, Rabu (30/4).
Menurut
Fahri kalau mau bisnis garmen ya ke Jawa barat bukan ke Jawa Tengah.
Kalau mau bisnis kopi ya di Lampung sebab pusat kopi bukan di Jakarta
meski banyak Cafe. Jokowi kan pengusaha kayu. Pasti dia tahu itu
pusatnya di Kalimantan, jangan ke Bali karena hutannnya tidak ada.
"Calon
Presiden Republik Indonesia, negeri yang luasnya bagai benua gak boleh
baca peta daerah. Gak boleh salah baca fakta tentang Indonesia,"
lanjutnya.
Fahri menjelaskan bahwa dirinya memahami soal keadaan industri peternakan di timur karena merupakan kampung halamannya.
"Selain
sapi, khususnya di Sumbawa ada kerbau. Ternak yang semakin langka.
Orang kota mungkin gak tau beda kerbau sama sapi. Saya bahkan paham
perilaku dan beda tekstur dagingnya. Nah Sumbawa adalah pulau yang
populasi kerbaunya masih terhitung padat di dunia," katanya.
Diakui
Fahri masalah Kerbau ini memang agak unik karena mereka tergantung
kepada sistem LAR, sebuah konsep Lokal. LAR adalah semacam kubang, tapi
juga komunitas karena pagi-pagi mereka mencari makan.
Kerbau lebih tergantung kepada air daripada Sapi. Kerbau lebih lamban dari Sapi dan Kerbau dagingnya lebih banyak.
"Tapi sapi lebih produktif sebagai bisnis, reproduksinya cepat. Kerbau lamban makanya lebih mahal," ungkap Fahri.
Menurut
pria yang masih menjabat sebagai anggota DPR RI Komisi III ini, rakyat
memang lebih suka pelihara Sapi karena alasan produktifitas tapi Sapi
lebih sensitif terhadap penyakit.
"Sejak
zaman Pak Anton Apriantono, NTB mendeklarasikan BSS (Bumi sejuta Sapi).
Ini adalah bagian dari program pemerintahan SBY untuk swasembada
daging," paparnya.
Kemudian program swasembada itu diteruskan oleh Menteri Pertanian Suswono sampai sekarang.
"Kita
tidak perlu membela, lebih baik melihat statistik pemerintah bagaimana
program swasembada ini," pungkasnya.[dm/pksnongsa.org]
DPD PKS Siak - Download Android App