Catatan Soe Hok Gie tentang Prabowo Subianto
By: admin
Minggu, 25 Mei 2014
0
pkssiak.org
Sumber : Sinar Harapan
[pksnongsa]
PKS Nongsa - Sepak
terjang Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Prabowo Subianto sebagai seorang prajurit sudah banyak diketahui orang.
Putra
begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini masuk Akademi Angkatan
Bersenjata (Akabri) pada 1970 dan lulus empat tahun kemudian dengan
pangkat letnan dua. Dia meniti karier militer sampai meraih pangkat
letnan jenderal dan menjabat sebagai Panglima Korps Strategis Angkatan
Darat (Pangkostrad).
Namun
banyak yang tidak mengetahui kehidupan masa remaja Prabowo sebelum dia
masuk tentara. Ternyata Prabowo yang lahir pada 1951 ini pernah ikut
mendirikan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dalam
bidang pemberdayaan ekonomi rakyat. Prabowo aktif dalam kegiatan
tersebut walaupun tidak lama.
Cerita
soal Prabowo remaja itu diungkapkan aktivis yang kini lebih banyak
berkecimpung di dunia bisnis Jusuf Abraham Rawis atau dikenal dengan
Jusuf AR. Dia mengaku pertama kali bertemu Prabowo suatu malam, sekitar
April 1968. “Ada teman saya, Mahir Algadry, yang mengenalkan seorang
anak muda bernama Prabowo,” katanya.
Dari
pertemuan itu, kata Jusuf, mereka sepakat menjalankan sebuah LSM yang
dinamakan Lembaga Pembangunan. “Itu mungkin LSM pertama di Indonesia,”
kata Jusuf yang pernah dipenjara karena dianggap terlibat dalam
peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) 1974.
Jusuf
bercerita LSM yang dijalankan bersama sejumah aktivis itu bergerak
dalam bidang pemberdayaan masyarakat desa. Mereka beberapa kali
mengadakan kegiatan di sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Mereka
langsung bergerak ketika mendengar warga Gunung Kidul, Yogyakarta,
terkena wabah busung lapar. Lembaga Pembangunan kemudian mengadakan
kegiatan pengobatan gratis. Demikian juga ketika mereka membantu
memperbaiki irigasi sungai yang buruk di sebuah desa. “Kami mengumpulkan
pendanaan dari banyak donatur,” tuturnya.
Dari
pergaulan itu, Jusuf AR mengenang Prabowo sebagai anak muda yang
kreatif. “Mengagumkan sekali, biar masih muda tetapi ide-idenya banyak,
padahal umurnya masih 17 atau 18 tahun,” tuturnya.
Lembaga
Pembangunan tidak diikuti Prabowo terlalu lama, dia kemudian
mendaftarkan diri kuliah di sejumlah universitas di luar negeri. Sempat
diterima di tiga universitas terkemuka di Amerika Serikat, namun
akhirnya Prabowo memilih masuk Akabri pada 1970.
Cerita
soal Prabowo remaja juga sekilas ada di dalam buku Catatan Seorang
Demonstran yang merupakan kumpulan tulisan aktivis mahasiswa Soe Hok
Gie. Dalam catatan Soe Hok Gie, nama Prabowo muncul pada 1969. Soe
menyebut nama panggilannya “Bowo”.
Soe
Hok Gie dan Prabowo tampak cukup dekat. Mereka beberapa kali kerap
keluyuran bareng. “Dari pagi keluyuran dengan Prabowo ke rumah Atika,
ngobrol dengan Rachma, dan membuat persiapan-persiapan untuk pendakian
Gunung Ciremai,” tulis Gie pada Kamis 29 Mei 1969.
Mereka
juga mengurus organisasi yang bernama Pioneer Korps. Soe sering
menyebutnya sebagai pionir korpsnya Prabowo. Hal ini seperti
mengindikasikan bahwa organisasi itu diprakarsai oleh Prabowo. Soe juga
tampak cukup akrab dengan ayahnya Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo.
Dalam
tulisannya, Soe Hok Gie menggambarkan Prabowo masih kanak-kanak cerdas
dan cepat tanggap, namun juga masih naif. “Ia cepat menangkap
persoalan-persoalan dengan cerdas tapi naïf. Kalau ia berdiam 2-3 tahun
dalam dunia nyata, ia akan berubah.” (catatan Soe Hoek Gie 25 Mei 1969).
Cerita
soal Lembaga Pembangunan juga sempat disebut dalam catatan Soe Hok Gie.
Dia misalnya berpendapat secara ekonomis organisasi ini tidak akan
dapat berbuat banyak. “Jumlah desa-desa di Indonesia beribu-ribu dan
jumlah mahasiswa yang bisa dikerahkan paling hanya beberapa ribu,”
katanya.
Wartawan
senior Aristides Katoppo membenarkan bahwa Prabowo yang dimaksud Soe
Hok Gie adalah Prabowo Subianto. “Mereka memang berteman,” kata Soe Hok
Gie. Saking sibuknya berorganisasi, Prabowo tampak seperti tidak terlalu
memikirkan urusan asmara seperti remaja pada umumnya.
Wartawan
Senior Sinar Harapan Daud Sinjal bahkan mengatakan sepatu yang
digunakan almarhum Soe Hok Gie saat wafat di Gunung Semeru adalah sepatu
pinjaman dari Prabowo. "Karena mereka dekat, jadi ada cerita sepatu So
Hok Gie naik gunung yang dipinjamnya dari Prabowo," kata Daud.
[pksnongsa]
DPD PKS Siak - Download Android App