Kisah pertama diceritakan pejuang asal Idlib, berhama Hasan. Dia datang ke Muktamar untuk menemani ayahnya, seorang ulama.
Hasan bercerita suatu kali pesawat tentara Suriah mengaung-ngaung di udara untuk menyasar desa-desa kaum Muslimin. Warga dan pejuang yang tidak memiliki persenjataan canggih hanya bisa bertawakkal kepada Allah. Mereka berdoa agar bom-bom tersebut tidak melukai mereka.
Akhirnya mereka sepakat untuk bertakbir sekencang-kencangnya saat bom-bom itu dimuntahkan dari udara. Dan ketika jatuh ke tanah, ternyata bom itu urung meledak.
Begitu pula saat bom kedua dilancarkan. Muntahan material itu menerjang bak bola api yang siap meluluhlantakkkan desa.Warga dan pejuang kembali bermunajat kepada Allah seraya bertakbir sekeras-kerasnya. Luar biasa, lagi-lagi bom itu kembali gagal meledak.
Menariknya, hal ini terus berlangsung hingga berkali-kali. Hingga saat yang terakhir dilontarkan, tiba-tiba saja bom itu bisa meledak. Mengapa? “Saat itu para warga dan pejuang tidak bertakbir,” kata Hasan.
Cerita lainnya lahir dari penjelasan Anggota Ikatan Ulama Homs, Syaikh Anas Ahmad Suwaid.
Di awal revolusi, dia dan pejuang pernah bertakbir secara serentak di kota Homs untuk melawan kekuatan rezim. Tiba-tiba saja takbir mereka disambut dengan petir-petir yang menyambar mengarah ke tentara-tentara rezim.
“Banyak sekali telepon yang masuk kepada kami, ‘lihatlah ke langit, lihatlah ke langit.’ Subhanallah, seakan-akan petir bertakbir bersama kita. Inilah salah satu karomah yang saya saksikan sendiri dengan kedua mata saya,” ungkapnya.
Kisah lainnya, lanjut ulama muda ini, terjadi pada salah seorang Mujahid. Ketika berada dalam kondisi terluka parah, sang Mujahid ditahan oleh rezim. Dalam tahanan itu, dia harus menghadapi interogasi dengan sejumlah pertanyaan.
Sang Mujahid lalu menjawab, “Demi Allah, tidak ada seorang pun dari kami yang memakai baju putih.”
Syaikh Anas tersenyum lalu berkata kepada tim JITU, ”Mereka adalah para malaikat. Seperti apa yang difirmankan oleh Allah ta’ala dalam surat Al Anfal ayat 12,” pungkasnya. (hidayatullah/salam-online)