pkssiak.org, JAKARTA
– Wakil Sekjen PKS, Fahri Hamzah, menegaskan partainya tidak akan asal
ikut-ikutan seperti partai lainnya yang mencari-cari pasangan koalisi
untuk membentuk pemerintahan mendatang.PKS menurutnya telah belajar dari
pengalaman masa transisi sejak 1998 dimana koalisi selalu gagal dalam
praktek pelaksanaannya.
“PKS saat ini sedang menyiapkan konsep koalisi yang baik dan benar
dan sesuai dengan sistem pemerintahan yang ada. Sebab selama
pemerintahan transisi ini semua koalisinya gagal,mulai dari era Gus Dur,
Megawati, SBY tahap 1 dan SBY tahap 2, semuanya gagal.Oleh karena itu
kami tidak mau ikut-ikutan mencari partner koalisi sebelum jelas konsep
koalisinya,” ujar Fahri ketika dihubungi wartawan, Senin (14/4).
Oleh karena itu menurut Fahri partainya belum menggalang pertemuan
dengan partai manapun karena PKS tidak akan menemui mereka kalau partai
yang mengundang PKS untuk berkoalisi belum menjabarkan konsep koalisi
mereka.”Saat ini kami masih fokus untuk perhitungan suara saja dan
menjaga suara kami tetap utuh,” tambahnya.
Pentingnya konsep koalisi ini menurut Fahri karena tanpa konsep maka
rencana membangun pemerintahan menjadi tidak jelas. Koalisi menurutnya
harus bisa mensiasati masalah yang secara teoritis akan selalu
menghantui pembentukan pemerintahan koalisi yaitu anomali sistem
presidensial dan multi partai.
“Sistem di Indonesia itu anomali karena kalau kita memilih sistem
presidensil harusnya kan hanya ada dua partai atau maksimal tiga. Sistem
multi partai seharusnya kan hanya ada dalam sistem parlementer.Dengan
sistem ini dan kondisi saat ini, tanpa disiasati maka siapapun presiden
yang berkuasa akan menghadapi kondisi instabilitas yang sifatnya
permanen ini. Nah sayangnya tidak ada satupun partai yang berbicara
mengenai bagaimana cara mensiasati ini,” imbuhnya.
Fahri pun membandingkan kondisi ini dengan anak ABG yang hanya
memikirkan percumbuannya saja dalam perkawinan, tanpa memikirkan
tanggungjawab dalam ikatan perkawinan baik terhadap pasangan itu
sendiri, masyarakat, keluarga dan sebagainya.Rumah tangga yang memiliki
konsep dan matang, tentunya akan lebih harmonis.Rumahtangga tidak
seharusnya dibangun hanya atas dasar nafsu saja.
”Yah kalau mau kawin yang hanya memikirkan percumbuannya saja itu
sama saja kita seperti anak ABG dan tidak dewasa.Setiap pasangan yang
kawin kan harus mengerti konsekuensi dari perkawinan itu.Itu yang kita
inginkan agar perkawinan atau koalisi itu bisa seperti perkawinan yang
dengan niat yang baik dan matang,” tegasnya.
PKS sendiri memikirkan dengan tegas dua opsi yaitu memimpin koalisi
atau menjadi oposisi sekalian. Ini karena PKS menurut Fahri tidak mau
menjadi korban lagi.”Kami selalu dituduh menjadi biang kerok dalam
koalisi, padahal kami ini korban dari sistem koalisi yang tidak dipimpin
secara baik,” tegasnya.
Koalisi yang terbangun menurut Fahri seharusnya adalah koalisi
beneran yang sejak awal sudah menyepakati bersama-sama apapun yang
terkait pemerintahan yang dijalankan bersama.”Koalisi ini kan dari awal
kami dikhianati. Pimpinan koalisi, SBY misalnya tidak pernah mengajak
kami berbicara mengenai pilihan cawapres Boediono pada pilpres lalu.Dia
diajukan tanpa berbicara dengan.Belum lagi partai-partai yang menjadi
lawan kita semua diundang masuk dalam koalisi.
Ini koalisi macam apa?,” ujar Fahri menjelaskan.
Ini koalisi macam apa?,” ujar Fahri menjelaskan.
PKS tidak mau lagi menjadi bagian koalisi terutama jika presidennya
hanya punya modal cengar cengir atau modal ngotot tanpa konsep.
http://poskotanews.com/2014/04/14/fahri-pks-tak-akan-koalisi-jika-presidennya-hanya-modal-cengar-cengir/