Ilustrasi. (Foto: Sri Luhur Syastari) |
April, bulan yang paling kutunggu-tunggu. Di sinilah akan dilaksanakan Pemilu Legislatif. Mereka yang selama ini dikampanyekan, akan bertarung di laga demokrasi. Yang tulus akan siap menerima segala konsekuensi. Namun yang dadanya bergemuruh, bergejolak inginkan kekuasaan untuk mengayakan diri sendiri, sudah dipastikan hati dan pikirannya telah ternoda. Siap untuk mengeluarkan sikap dan kata-kata penolakan –anarkisme-, jika dirinya kalah dalam pesta tahun ini. Inilah, yang harus dihindari.
April, bulan yang paling kutunggu-tunggu. Untuk pertama kalinya, aku ikut andil dalam memilih. Untuk pertama kalinya, hak suaraku -insya Allah- akan kuberikan pada partai yang tepat. Yang membersamai Ibu dan Ayahku, juga membersamaiku hingga sekarang. Yang nasyid-nasyid untuknya terngiang di telinga, bahkan terkadang kunyanyikan di sudut sekolah, hingga kini di masa kuliah. Untuk tidak asal ikut-ikutan, aku telah mencoba menelisik lebih jauh Partai Keluarga Saya ini..
Bukan sekedar partai seperti di luaran sana. Melulu soal politik. Tapi partai ini beda. Ia peduli keluarga, peduli dengan pendidikan agama dan juga pendidikan politik. Soal blusukan? Partai ini sudah jauh melangkah, sudah lebih dulu memeluk masyarakat. Hanya saja, partai ini sungguh sederhana. Mereka tak punya media untuk menyapa masyarakat setiap hari, mereka tak punya biaya untuk menyetak bendera banyak-banyak dan memampangkannya di setiap sudut kota atau sudut persimpangan jalan. Namun, mereka menyatakan kerja-kerja nyata. Bukankah itu yang rakyat butuhkan? Kinerja nyata, apapun yang terjadi. Inilah Partai Keluarga Saya.
Bisa saja aku menolak, namun hatiku urung melakukannya. Ini sudah lebih dari cinta. Indonesia, saksikan: PKS siap menjadi otak, hati dan tulang punggungmu. 9 April, bersiaplah. Kami menujumu.[dakwatuna]