Berkaca Pada Ibrahim
By: Abul Ezz
Senin, 24 Februari 2014
0
pkssiak.org - Untuk bisa kokoh dan tegar, tak
merasa lemah dan tak pernah menyerah di jalan dakwah, kita patut mencontoh suri
tauladan kita, bapak kita, Nabi Ibrahim as. Totalitas beliau dalam berjuang di
jalan Allah dilakukan sampai titik darah penghabisan.
Ibrahim 'alaihissalam tidak berputus asa di saat
melakukan pencarian terhadap siapa Rabb yang sebenarnya, ia terus mencari dan
refleksi diri sampai Allah memberikan cahaya hidayah kepadanya.
Ibrahim 'alaihissalam tidak galau manakala sang ayah
dan kaumnya menolak mentah-mentah dakwah tauhidnya, ia tetap mendoakan mohon
ampun untuk ayahnya walaunpun secara nyata sang ayah mengusirnya dan lebih
memilih patung tak bernyawa daripada anaknya yang bijaksana.
Ibrahim 'alaihissalam tidak gentar saat penguasa
kejam nan zalim, raja Namrudz menentang dakwahnya dan mencoba membakarnya
dengan api raksasa. Ibrahim yang mulia diselamatkan Allah dengan menjadikan api
yang sejuk untuknya, sedangkan Namrudz yang lalim mati menggenaskan tersebabkan
seekor lalat saja.
Ibrahim 'alaihissalam tidak bersedih hati di kala
diperintahkan Allah untuk meninggalkan sang istri dan sang anak yang masih
merah-merahnya di padang pasir Bakkah yang tandus nan panas. Sang Istri pun
yakin bahwa Allah takkan menyia-nyiakan dan membiarkan mereka.
Ibrahim 'alaihissalam tidak bersikap lemah di saat
Allah mewahyukan padanya untuk menyembelih anaknya yang baru saja ditemuinya
setelah lama ditinggalkannya. Bahkan sang anak, Ismail alaihissalam dengan
sabar menerima apa telah diperintahkan oleh Rabb-nya.
Kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam memberikan
hikmah kepada kita sebagai aktivis dakwah bahwasanya jalan dakwah ini terjal
mendaki, penuh rintangan dan cobaan. Hanya orang-orang tangguh dan beriman yang
bisa melewatinya. Di jalan dakwah ini dibutuhkan kesabaran, keteguhan dan
totalitas. Di jalan dakwah ini, harta, waktu, keluarga bahkan nyawa-pun
dikorbankan.
Mudah-mudahan dengan bantuan Allah
Yang Maha Bijaksana kita bisa menghilangkan sifat cengeng, galau, melow, sedih
yang berlebihan, sayu, muram durjana dan mudah menyerah dalam meniti jalan
dakwah.
اللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ
مِنَ الْهَمِّ
وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ
وِالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ
وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ
الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ
الرِّجَالِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut,
terlilit hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Al-Bukhari 7/158 dari Anas
radhiyallahu ‘anhu)
Referensi:
Abu Muhammad Hisan. Berjuang Sampai Titik Darah
Penghabisan! Majalah Al-Intima Edisi No. 033, Dzulqa’dah 1433
H/Oktober 2013
Ibnu Katsir. Kisah Para Nabi.
Jakarta: Pustaka Azzam. 2008
Fais al-Fatih
Aktivis Kelompok Studi Palestina
DPD PKS Siak - Download Android App