10 Tahun Rezim SBY Musibah Bertubi - tubi, “Ada Apa..?”*
By: Abul Ezz
Senin, 17 Februari 2014
0
pkssiak.org - Inspirasi yang melatar belakangi
saya untuk menulis catatan ini adalah sebuah postingan di facebook. Tulisan itu
berbunyi seperti ini “SBY sudah tidak diterima lagi oleh bumi Indonesia. Lihatlah
seminggu setelah SBY mengunjungi kota Yogyakarta disana terjadi gempa yang
banyak memakan korban dan itu sudah lama berlalu dan kemarin kejadian itu
berulang lagi dengan kasus yang sama”
Diakui memang, dalam sepuluh
tahun terakhir ini musibah datang silih berganti, mulai dari tsunami di Aceh,
gempa di Yogyakarta, letusan gunung Sinabung dan banjir yang baru-baru ini menimpa
kota-kota besar di Indonesia termasuk ibu kota negara, Jakarta serta Kelud yang
meletus. Jutaan orang menjadi korban, mulai dari yang sudah renta hingga
anak-anak dan bahkan pejabat. Kemudian pertanyaannya siapa yang salah?
Dalam menyikapi bencana itu tidak
sedikit masyarakat yang pandang sebelah mata membabi buta melayangkan kecaman
pada pemimpinnya termasuk kepada kepala negaranya. Kutipan diatas hanyalah
sebagian contoh kecil, sementara pada saat yang sama ada jutaan kecaman dengan
nada yang hampir sama bahkan lebih. Dan ironisnya, mereka yang melontarkan kalimat-kalimat
semacam itu berasal dari orang-orang yang berlatar belakang agamawan bahkan
tidak sedikit yang dipanggil Ustadz.
Dan ini adalah sebuah kesalahan
yang sangat besar, apalagi jika ungkapan itu keluar dari seorang ustadz dan
kiai, karena diakui atau tidak, ustadz dan kiai adalah tokoh penting diatas
pentas pergulatan peradaban Indonesia, kata-katanya pun bahkan dianggap fatwa
oleh masyarakat kultural. Oleh karena itu tugas terpenting seorang kiai dan
ustadz adalah mengajarkan cinta pada peserta didiknya, cinta kepada agamanya
dan cinta pada pemimpinnya bukan sebaliknya.
Dalam menyikapi berbagai macam
bencana yang kini datang silih berganti, sebagai ummat Islam kita harus fair
menyikapinya. Salah besar jika kesalahan itu dilabuhkan kepada satu pihak,
padahal dalam Al-Quran sudah jelas diterangkan bahwa musibah itu datang akibat
ulah perbuatan manusia. Ya...!, Manusia
memang, tapi bukan pada kelompok tertentu.
“Dan apasaja musibah yang
menimpa kalian maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. As-Syuaro : 30
Coba kita menengok kembali
perjalanan sejarah beberapa abad silam, ternyata orang-orang shaleh yang sudah
mendahului kita mereka juga dilanda dengan berbagai macam musibah, tapi sebagai hamba yang beriman mereka
menyikapinya dengan datar dan tenang, tidak meng-just pada kesalahan
kelompok tertentu bahkan dengan segera mereka langsung bermuhasabah dan mengefaluasi
diri.
Orang beriman itu sadar betul,
bahwa musibah yang diturunkan oleh Allah adalah bahan uji untuk membuktikan
keimanan tersebut. Mereka sadar, bahwa ini merupakan sunnatullah yang pasti harus
dialamai oleh mereka yang ingin beriman dengan sebenarnya. dan mereka
berkesimpulan sebagaimana Al-Quran sebutkan yaitu semakin tinggi nilai iman
seseorang semakin besar pula ujian yang diberikan, lihat QS Al-Ankabut 1-2.
Demikian juga untuk menyikapi
fenonmina yang baru-baru ini terjadi, jika kita merasa sebagai hamba-Nya yang
beriman maka hal yang pertama kali harus kita lakukan adalah bermuhasabah
mempertanyakan kepada diri kita tentang kesalahan yang telah kita perbuat. Sudahkah
kita menyesalinya atau sudah berapa kalikah kita mengulangi kesalahan yang
sama..? maka kita sendirilah yang akan tahu jawabannya.
Tentunya pertanyaan pertanyaan
seperti itu akan mudah membuat kita sadar dan mengantarkan kita pada arah cara
berfikir yang dewasa dan fair, sehingga
akan timbul pula kesadaran agar terus selalu bisa membenahi diri untuk
melakukan perbaikan dan kebaikan.
Musibah sudah sekian kali menyapa
negara kita dan sebabnya
sudah jelas diterangkan oleh Al-Qur’an bahwa musibah
itu datang disebabkan oleh tangan manusia sendiri baik itu oleh
pemerintah
dengan kelalalaiannya, oleh masyarakat sipil dengan pemberontakannya,
oleh para
pejabat dengan pengkhianatannya, oleh para guru, dai dan siapapun yang
menyeru
terhadap kebaikan tapi tidak disertai dengan keikhlasannya dan
berperilaku
tidak sesuai dengan perkataannya dan bahkan oleh siapapun yang bungkam
dengan
kebatilan dan tetap membiarkannya terjadi. Semua perbuatan-perbuatan
semacam itulah sebenarnya yang berpotensi mengudang adzab.
Kemudian, kita sama-sama
mengatahui bahwa Indonesia adalah negara terbesar yang jumlah pendudukanya
adalah penganut agama Islam. Artinya, di Indonesia sudah diakui oleh seluruh dunia
bahwa agama terbesar didalamnya adalah Islam. Berarti semua sepakat, bahwa Al-Qur’an
adalah pedoman utama yang harus diterapkan dalam hidup. Dan semua juga percaya,
ketika Al-Qur’an berbicara tentang sebuah kejadian yang sudah atau akan
ditimpakan kepada suatu bangsa, maka kejadian itu adalah sebuah fakta yang
pasti ada kejadiannya. Contoh kasus misalnya firman Allah yang berbicara soal
adzab atau siksaan,
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat
keras siksaan-Nya.” QS Al-Anfal : 25
Ayat
ini bicara soal fakta yang akan ditimpakkan oleh Allah, yaitu sebuah adzab yang
diberikan tidak hanya kepada yang dzalim saja tapi yang berimanpun dapat
merasakannya.
Lihatlah
apa yang terjadi di Indonesia hari ini, ternyata banyak umat Islam yang
mengabaikan Al-Qur’an. Kitab suci Al-Qur’an ini hanya dianggap sebagai bacaan
biasa yang tidak memiliki efek apa-apa. Bahkan ada sebagian besar umat Islam
yang tidak menganggapnya lagi sebagai pedoman hidupnya atau menganggapnya
pedoman tapi melalaikannya.
Ketika
Al-Qur’an melarang berzina, justru saat ini perzinaan merajalela. Ketika Al-Qur.an
melarang berbuat dzolim justru kedzoliman kian menjadi. Ketika Al-Qur’an melarang
minuman keras, justru hari ini seakan-akan dilegalkan. Dan inilah fakta yang terjadi
di Indonesia dibalik fakta kebesarannya dengan penganut agama Islam terbanyak
didunia.
Kesimpulan
dari catatan ini bahwa musibah yang kini menimpa negara ini adalah fakta dari
firman Allah yang tertulis diatas. Dan sebabnya sudah jelas karena disebabkan oleh kemungkaran yang
tetap dibiarkan merajalela, kemungkaran oleh pemimpinnya dan kemungkaran oleh
penduduknya.
Oleh
karena itu, umat Islam dan khususnya
para ulama dan umaro’nya harus berbuat sesuatu untuk membenahi negara ini. Melakukan
sesuatu sebagaimana Al-Quran, yaitu tidak ada kata sepakat untuk kemungkaran,
apapun itu jenisnya dan siapapun itu pelakunya. Karena aturan Islam itu berlaku
bagi saiapa saja tanpa membedakan statusnya dan dengan porsi yang sama. Wallahu’alam.
DPD PKS Siak - Download Android App