pkssiak.org - Kita baru saja melewati tahun 2013 dan memasuki tahun 2014. Setiap detik waktu yang sudah kita lewati mustahil dapat diganti. Setiap menit dan jam yang sedang kita lewati mustahil dapat diperpanjang. Setiap pekan, bulan dan tahun yang kita habiskan mustahil dapat diulangi lagi. Setiap waktu yang sudah berlalu, tidak akan pernah dapat diganti dan diulangi. Itulah Sunnatullah (sistem/hukum Allah) dalam kehidupan dunia ini. Kemampuan kita tak lebih dari sekedar menghitung detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun. Sebab itu, beruntunglah orang-orang yang kualitas keimanan dan amal shaleh mereka pada hari ini lebih baik dari kemarin. Rugilah orang-orang yang kualitas iman dan amal shaleh mereka pada hari ini sama dengan hari kemarin. Celakalah orang-orang yang kualitas iman dan amal shalehnya mereka pada hari ini lebih rendah dan lebih sedikit dari hari kemarin.
Sesungguhnya manusia itu hanya terbagi dua. Manusia sukses dan manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang erat sekali kaitannya dengan kemampuan memenej waktu. Jika ia mampu menggunakan waktu yang Allah berikan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal shaleh, hidup dan dakwah di jalan Allah, maka ia akan menjadi orang yang beruntung. Namun sebaliknya, jika ia gagal memanfaatkan waktu yang ia lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh dan aktivas dakwah, maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan terlebih lagi di akhirat.
Sebab itu, waktu itu sangat mahal harganya, dan bahkan lebih mahal dari dunia dan seisinya. Salah dalam memenej waktu bisa berakibat kerugian besar di dunia dan akhirat. Sebaliknya, berhasil memenej waktu dengan baik, isnya Allah akan berhasil pula dalam kehidupan di dunia yang singkat ini dan juga kehidupan akhirat yang abadi. Allah menjelaskan dalam surat AL-‘Ashr/ 103 :
“Dan demi masa), sesungguhnya manusia itu pasti dalam keadaan merugi, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh dan mereka saling bertaushiyah (saling menasehati) dengan kebenaran dan saling bertaushiyah dengan kesabara.”
Waktu bagi orang beriman adalah anugerah Allah yang tak ternilai harganya. Namun, waktu juga bisa jadi sebab malapetaka jika disia-siakan begitu saja dan tidak dapat dimanfaatkan untuk membina keimanan, mencari ilmu, meningkatkan amal shaleh, menjalankan kehidupan secara Islami dan berbagai aktivitas dakwah lainnya. Oleh sebab itu, Allah sering bersumpah atas nama waktu, seperti: Demi Masa, Demi Waktu Dhuha, Demi Malam dan Demi Siang. Semua ini mengisyaratkan betapa mahalnya nilai waktu itu. Tanpa waktu, mustahil kita dapat hidup di dunia ini.
Kita harus menyadari bahwa waktu kita di dunia ini sangatlah singkat dan terbatas. Kita sesungguhnya sedang dalam suatu perjalanan yang amat panjang (rihlatul khulud) menuju kehidupan yang abadi, yakni kehidupan akhirat. Sedangkan kesuksesan di akhirat kelak sangat ditentukan oleh kesukesan kita di dunia dalam memenej waktu. Gagal memenej waktu saat kita hidup di dunia ini, kita juga akan gagal sepanjang perjalanan kita menuju akhirat, yaitu saat sakratul maut tiba, saat di alam barzakh, saat menghadapi peristiwa kiamat yang sangat dahsyat itu, saat berada di padang mahsyar menunggu keputusan dan ketetapan Allah yang Maha Adil
Agar kita berhasil memenej waktu dengan baik dan maksimal, sesuai dengan misi (ibadah kepada Allah) dan visi hidup kita (menjadi khalifah Allah di muka bumi) yang telah dietapkan Allah, ada lima (5) kunci sukses yang perlu kita lakukan :
1. Menyadari betul betapa mahalnya nilai waktu itu.
Waktu adalah anugerah Allah yang termahal setelah iman dan kehidupan. Waktu adalah modal utama kita dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan ini. Tanpa waktu, kita akan tidak bisa berbuat apa-apa. Namun demikian, waktu juga ibarat pisau bermata dua. Kalau kita salah menggunakannya, ia bisa melukai diri kita sendiri.
2. Menyadari bahwa hidup di dunia amat singkat.
Waktu kehidupan dunia ini akan terasa sangat lebih pendek dan sedikit lagi jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat nanti. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 28 :
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (tidak ada), maka Allah hidupkan kamu, kemudian Dia akan matikan kamu, kemudian Dia akan hidupkan kamu (kembali) dan kemudian kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan.”
3. Jangan sampai tergoda oleh syahwat duniawi berupa harta, tahta dan wanita.
Kita harus berorientasi akhirat. Kehidupan yang abadi dan yang sesungguhnya yang kita dambakan itu adalah di akhirat kelak. Kehidupan dunia ini hanya jembatan kita menuju kehdupan akhirat. Dunia ini hanya tempat kita menumpuk bekal akhirat. Hidup di dunia ini hanya ladang amal shaleh kita sebagai investasi yang akan kita petik keuntungannya besar-besaran di akhirat kelak. Faktanya, tak ada seorang manusiapun yang mampu tinggal dan hidup di atas bumi ini beribu-ribu tahun, apalagi selamanya. Bahkan untuk mencapai seratus tahun saja sulit kita temukan hari ini. Lalu, kenapa kita masih saja lupa hakikat dunia yang sementara dan akhirat yang abadi?
4. Membuat planning hidup dan manajemen waktu harian berdasarkan shalat fardhu lima kali sehari.
Bagaimanapun lurus dan kuatnya keimanan kita, sedalam apapun ilmu keislaman kita, sebesar apapun semangat amal shaleh kita, hidup secara islami dan aktivitas dakwah kita, tidak akan mengalami peningkatan dan perbaikan jika hidup ini kita lewati dan dibiarkan begitu saja tanpa ada palnning hidup yang kita susun. Sebaliknya, kita melihat betapa banyak anak muda, orang sehat, orang kaya dan orang berilmu jatuh ke dalam kubangan kehidupan sia-sia, atau mengalami kehidupan yang stagnan, tidak berkembang, dan bahkan mundur ke belakang akibat ketiadaan memiliki planning hidup. Sedangkan planning hidup yang terbaik adalah yang didasari oleh manajemen waktu harian berdasarkan shalat fardhu lima kali sehari.
5. Sabar dalam menjalankan planning hidup dan manajemen waktu yang kita buat.
Menyusun planning hidup dan manajemen waktu berdasarkan shalat fardhu amatlah mudah. Namun menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari cukup sulit. Lebih sulit lagi menjaganya terus menerus sehingga menjadi habit (kebiasaan hidup) sehari-hari. Untuk itu, diperlukan semangat baja, tekad yang kuat yang tak kenal menyerah dan putus asa. Untuk meraih itu semua, sabar adalah kata kuncinya. Ternyata sabar dalam ketaatan jauh lebih berat dari kesabaran untuk tidak melakukan maksiat. Sebab itu, sabar dan shalat itu sangat mahal harganya, erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan. Sabar dan shalat adalah syarat mendapatkan pertolongan Allah. Sedangkan kesabaran salah satu syarat kesediaan Alllah untuk mau bersama kita, firman Allah:
“Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) melalui sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”(QS.2:153)
Di samping itu, sabar adalah kunci meraih kebaikan dan ganjaran tanpa batas dari Allah, firman Allah dalam surat Az-Zumar 10 :
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhan Penciptamu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Demikian semoga bermanfaat bagi kita dalam memenej kehidupan dunia yang sementara ini. Semoga Allah selalu menjaga niat dan orientasi hidup kita dalam melaksanakan semua amal ibadah kita. Dan semoga Allah berkenan membimbing kita ke jalan-Nya yang lurus. Wallau A’lam Bishowab….
*Oleh: Ahmad Ilyas, S.Ag
Ketua PERSIS Kecamatan Medan Johor.
Ketua Bidang Pembinan Umat DPW PKS Sumut.