Atas Nama Siapakah Kenaikan Gas Elpiji?
By: Abul Ezz
Minggu, 05 Januari 2014
0
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Tampaknya Undang-Undang Dasar 1945 diatas yang dirancang oleh pendiri bangsa Indonesia sekarang hanya menjadi slogan kosong belaka.
Kenapa demikian? Mari kita tengok kebelakang. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) terus mengalami kenaikan yang signifikan. Justru pasca bergulirnya sistem demokrasi Orde Baru menjadi Reformasi. Setiap tahun hampir mengalami kenaikan, sehingga pertumbuhan ekonomi dan nilai mata uang rupiah justru semakin terpuruk. Kenapa tidak? Karena yang merasakan dampak langsung kenaikan BBM tersebut adalah rakyat kecil, bukan para pejabat yang gajinya sudah berjuta-juta rupiah.
Harga BBM Dinaikkan 3 Kali Hanya Dalam 3 Tahun
Dalam sejarah Indonesia pasca Orde Lama, mungkin baru terjadi sekali-kali ini saja, pemerintah menaikkan harga BBM tiga kali hanya dalam kurun waktu tiga tahun. Bahkan, dua kali penaikan harga BBM pun memecahkan rekor karena dilakukan hanya dalam waktu satu tahun.
Pemerintah yang terbentuk sebagai hasil pemilihan presiden tahun 2004 dan berkuasa pada periode 2004 – 2009 tanpa tedeng aling-aling langsung menaikkan harga BBM pada tahun 2005. Tidak tanggung-tanggung, pada 2005 itu harga BBM dinaikkan dua kali.
Penaikan harga BBM pertama dilakukan pada 1 Maret 2005. Harga Premium yang sebelumnya Rp1810 per liter dinaikkan menjadi Rp2400 per liter. Sebuah kenaikan yang prosentasenya cukup signifikan. Harga minyak tanah pada saat itu naik menjadi Rp2200 per liter.
Akan tetapi, rakyat kembali menderita karena pada 1 Oktober 2005, pemerintah kembali menaikkan harga BBM. Kali ini harga Premium naik tidak tanggung-tanggung, 87,5 persen. Harga semula (yang sudah naik) Rp2400 per liter menjadi Rp4500 per liter.
Gelombang penolakan kenaikan harga terjadi di mana-mana. Kenaikan harga BBM dengan prosentase hampir 100 % itu membuat daya beli rakyat turun drastis. Rakyat yang miskin menjadi semakin miskin. Yang tadinya di atas garis kemiskinan menjadi bagian yang kena garis absurd itu. Garis yang kriterianya diubah suka-suka sesuai kepentingan politiknya. Pemerintah menghadapi masalah kemiskinan tersebut dengan program BLT. Sebuah program yang memperlakukan rakyat miskin (maaf) seperti pengemis.
Tidak cukup hanya dua kali, akhirnya, pada 24 Mei 2008 pemerintah kembali menaikkan harga BBM. Harga Premium kali ini menjadi Rp6000 per liter dari sebelumnya Rp4500 per liter. Rakyat menjerit. Pemerintah jalan terus. Demo ricuh terjadi yang akhirnya saat ini menyeret Rizal Ramli sebagai tersangka penggerak aksi demo.
Saat harga minyak dunia turun dan negara-negara tetangga sudah menurunkan harga BBM-nya, pemerintah kita masih belum proaktif menurunkan harga. Para pengamat perminyakan, pengamat ekonomi dan sebagian rakyat mulai mengkritik.
Akhirnya, pemerintah menurunkan harga BBM juga. Pada 1 Desember 2008 harga BBM diturunkan. Harga Premium diturunkan hanya Rp500 per liter dari Rp6000 per liter menjadi Rp5500 per liter. Para pengamat perminyakan tidak puas. Menurut mereka, harga Premium dapat diturunkan hingga ke harga sebelumnya, yaitu Rp4500 per liter saat itu juga.
Para pengamat politik menduga-duga bahwa harga BBM akan dipergunakan untuk kepentingan politik. Dugaan yang tidak terlalu salah karena 15 Desember 2008, harga BBM kembali diturunkan. Kali ini harga Premium turun lagi Rp500 per liter dari Rp5500 per liter menjadi Rp5000 per liter.
Pada penurunan pertama, saya pribadi berkomentar bahwa pemerintah akan menahan penurunan harga hingga Januari 2009 karena hal tersebut akan sangat berpengaruh dalam mempengaruhi ingatan rakyat. Rakyat Indonesia memiliki ingatan yang pendek. Hanya hal terakhirlah yang dapat diingat oleh Rakyat.
Ternyata, 15 Januari 2009 pemerintah kembali menurunkan harga BBM. Kali ini harga Premium kembali menjadi Rp4500 per liter. Kembali ke tingkat harga setelah kenaikan yang kedua kali tetapi tidak mampu untuk kembali ke harga Rp1810 per liter.
Dan terbuktilah kini ingatan pendek rakyat Indonesia. Rakyat hanya ingat bahwa pemerintah 3 kali menurunkan harga BBM. Rakyat lupa bahwa pemerintah juga 3 kali menaikkan harga BBM. Apalagi didukung dengan propaganda masih melalui radio dan televisi bahwa pertama kali dalam sejarah pemerintah menurunkan harga BBM 3 kali dalam waktu 45 hari. Padahal, penurunan harga itu bukan prestasi melainkan sebuah keharusan karena harga minyak dunia yang kembali turun. Negara-negara lain pun sudah lebih dulu menurunkan harga BBM-nya.
Saya mencoba membantu memperpanjang ingatan rakyat. Bukan hanya 3 kali menurunkan harga, pemerintah juga 3 kali menaikkan harga.
Di era tahun 2011, pemerintah Indonesia mengkonversi minyak tanah menjadi gas. Yang konon katanya pada waktu itu gas lebih murah, kita produksi gas terbesar, dan BBM kita sudah menipis. Why? Separah itukah? Indonesia dengan penduduk kurang lebih 250juta jiwa ini apakah ga mampu memberikan makan di negeri sendiri?
Produksi gas dari wilayah Indonesia Timur dinilai akan berperan besar terhadap upaya peningkatan produksi gas nasional. Enrico CP Ngantung, Kepala Perwakilan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Papua dan Maluku, mengatakan wilayah Indonesia Timur merupakan masa depan gas di Indonesia. Apalagi kegiatan eksplorasi saat ini semakin marak dilakukan di wilayah tersebut.
Dia mengakui beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) belum berhasil menemukan cadangan minyak maupun gas yang ekonomis untuk dikembangkan, namun ada KKKS yang telah menemukan cadangan yang cukup besar. "Genting Oil berhasil menemukan cadangan gas yang cukup besar dan Petrochina juga menemukan cadangan hidrokarbon yang prospektif," ungkap dia di Sorong, Papua Barat, Selasa.
Menurut Eurico, banyak KKKS yang sedang melakukan eksplorasi yang ada di wilayah Indonesia Timur, khususnya di Papua dan Maluku sehingga layak disebut masa depan gas Indonesia. Produksi gas dari Papua dan Maluku hingga akhir 2013 diproyeksi mencapai 2.323 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 26,2% dari total produksi gas nasional.
Ternyata sekali lagi kita memang takut jika para pejabat ga dapat proyek, ketimbang rakyat harus menikmati hasil alamnya sendiri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan beberapa negara seperti Jepang, China, Korea, Amerika Serikat dan Eropa khawatir jika Indonesia menghentikan ekspor gas dan batubara.
Jero mengaku sudah didatangi oleh beberapa pengusaha dan menteri dari negara-negara tersebut. "Yang dipermasalahkan atau dikhawatirkan mereka adalah menutup kran ekspor. Baik untuk gas maupun batubara," kata Jero di Jakarta, Selasa (29/1/13)
Dampak kenaikan harga gas elpiji
Naiknya harga gas elpiji akan menyumbang inflasi pada 2014. Bank Indonesia (BI) memperkirakan dampak kenaikan harga gas elpiji terhadap inflasi tidak terlalu besar.
"Perkiraan kita kenaikan harga elpiji itu akan menambah inflasi sebesar 0,13 persen," ujar Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, yang ditemui di Kompleks BI, Jumat (3/1). Sumbangan inflasi sebesar 0,13 persen tersebut untuk keseluruhan tahun 2014.
Sementara itu, BI memproyeksikan inflasi di tahun 2014 secara keseluruhan sebesar 4,5 persen ± 1 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan inflasi 2013 sebesar 8,38 persen sesuai harapan. Menurutnya, inflasi dalam dua bulan terakhir konsisten baik dan lebih baik dari harapan. "Saya ingin berpesan tahun 2014 ini jangan mudah puas dan jangan gampang putus asa," tegasnya.
PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga gas elpiji tabung kemasan 12 kilogram (kg) menyusul tingginya harga pokok Liquified Petroleum Gas (LPG) di pasar. Hal lain yang berpengaruh adalah turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar.
Dengan konsumsi elpiji 12 kg tahun 2013 yang mencapai 977 ribu ton, di sisi lain harga pokok perolehan elpiji rata-rata meningkat menjadi 873 dolar AS, serta nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar, maka kerugian Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp 5,7 triliun. Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual elpiji 12 kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan.
Jadi teringat pra pemilu 2009 tampaknya kondisi ingin menaikkan BBM tidak mungkin terjadi, karena pasti banyak yang demo. Lalu dengan cara apalagi para penguasa itu meraup keuntungannya untuk kepentingan politik dan pribadinya.
Kesimpulannya, atas nama siapa harga kenaikan gas elpiji?
Jika untuk rakyat.. apakah rakyat telah diuntungkan dengan kenaikan gas elpiji tersebut?
Lalu sekali lagi, atas nama siapakah harga kenaikan gas elpiji tersebut.
dikutip dari berbagai sumber.
DPD PKS Siak - Download Android App