Tentang Irwan Prayitno (catatan seorang teman)
By: Abul Ezz
Jumat, 27 Desember 2013
0
pkssiak.org - Oleh : Yongki Salmeno
Jarum
jam menunjukkan pukul 01.43 WIB dinihari, hari itu adalah malam ke 5
minggu terakhir Ramadhan 1434 H. Kami bersama Ibu Hj. Nevi Irwan
Prayitno dan putra-putri beliau; Jundy Fadhillah, Waviatul Ahdi, Anwar Jundi. Atika, Ibrahim , Shohwatul Islah, Farhana, Laili Tanzila, Taqiya Mafaza serta ayahanda Irwan Prayitno, Djamrul Djamal dan Ibu, berada
di mushalla gubernuran Sumbar sejak usai shalat tarwih. Kami melakukan
iktikaf, dalam rangka memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan,
sekaligus menunggu datangnya malam lailatul qadar.
Mobil
dinas gubernur memasuki areal gubernuran dan berhenti persis dekat
gerbang mushalla. Terlihat gubernur Sumbar Irwan Prayitno bergegas turun
dan memasuki mushalla. Raut wajah beliau menyiratkan keletihan, namun
dengan tetap tersenyum dan bersemangat, beliau langsung bergabung dengan
kami di mushalla, ikut melakukan iktikaf.
Tak
heran jika beliau terlihat lelah, karena baru saja pulang dari kegiatan
Safari Ramadhan di Kabupaten Pasaman Barat. Jarak Kabupaten Pasaman
dengan Kota Padang cukup jauh, perjalanan biasanyanya ditempuh selama
3,5 jam (dibantuforerider). Tanpa forerider, perjalanan
bisa memakan waktu 2 jam lebih lama. Karena itu, jika acara Safari
Ramadhan di Pasaman selesai pukul 22.00 WIB, tak heran jika beliau
sampai lagi di Padang sekitar sekitar pukul 01.30 atau lebih.
Kami
yang sebelumnya nyaris tak mampu menahan kantuk, terjaga seketika.
Sungkan rasanya beliau yang baru saja dari perjalanan jauh, tak menyerah
melawan kantuk dan tampak masih bersemangat. Apakah kami yang tak
mengikuti perjalanan mesti menyerah? Segera kami kembali membuka
lembaran kitab suci Al Qur’an lalu bertadarus.
Sekitar
pukul 03.00 WIB Irwan, tentu saja disusul oleh kami semua mengambil
wudhu, bersiap untuk melakukan qiyamatullail (shalat malam). Shalat
malam biasanya diimami oleh seorang ustad yang biasanya seorang hafiz
quran dan baik bacaannya. Usai shalat malam , dilanjutkan dengan ceramah
agama.
Setelah
ceramah agama kami makan sahur dengan nasi bungkus. Semua sama,
termasuk ajudan, pegawai rumah tangga, sopir, satpol PP, kami makan
sahur bersama dengan menu nasi bungkus, termasuk Gubernur Sumbar Irwan
Prayitno. Meski Cuma dengan nasi bungkus, namun terasa nikmat dalam
suasana kebersamaan diiringi sejuknya udara subuh ketenangan batin.
Usai sahur, kami berwudhu, bersiap-siap melaksanakan shalat subuh. Usai
shalat subuh berjamaah, barulah ritual iktikaf berakhir.
Iktikaf
merupakan agenda rutin Gubernur Irwan Prayitno dan keluarga selama 10
hari terakhir setiap bulan Ramadhan. Tahun 2010 dan 2011 (1431-1432 H)
dilakukan di mesjid komplek perguruan Adzkia. Namun sejak tahun 2012
dan tahun 2013, karena mushalla gubernuran pasca gempa telah selesai
dibangun lagi, iktikaf Gubernur Irwan beserta keluarga dilakukan di
mushalla gubernuran.
Itulah
salah satu keistimewaan Irwan Prayitno, baginya agama bukan sekedar
teori, juga bukan sekedar slogan kosong belaka. Sesibuk apapun, seberat
apapun pekerjaan yang dilakukan, atau kemana pun dinas luar kota, puasa
Senin dan Kamis tak pernah ia tinggalkan. Juga beliau tak lupa shalat
dhuha setiap hari, serta membaca wirid matsurat setiap pagi usai shalat
subuh. Apalagi shalat wajib lima waktu sehari semalam, takkan pernah
dilupakan. Irwan menjadi sangat cerewet mengingatkan putra-putrinya
untuk melaksanakan shalat.
Pengetahuan
Pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia ini tentang agama sudah melebihi
syarat sebagai seorang dai. Banyak ayat-ayat yang mampu ia hafal di luar
kepala sebagai referensi untuk menjelaskan masalah-masalah agama dan
kehidupan sehari-hari saat berdakwah. Analisa dan ceramahnya tentang
masalah agama dan kehidupan sehari-hari sederhana, masuk di akal dan
menyejukkan. Setiap Jumat pagi, dua kali sebulanbeliau menjadi ustad di
Mesjid Raya Sumatera Barat. Jamaahnya adalah pegawai dan keluarga
Pemprov Sumatera Barat. Kegiatan ini rata-rata diikuti oleh 600 sampai
700 jamaah, untuk tahap awal tema yang dibahas adalah tentang
fondasi-fondasi Islam mulai dari syahadat sampai tentang Rab (Tuhan).
Pengajian berikutnya membahas tema-tema yang lebih aplikatif.
Karena
itu selain sebagai gubernur, beliau juga sering didaulat menjadi dai
yang mampu memberikan siraman rohani yang menyejukkan, baik di mesjid
atau mushalla, di majlis taklim, melalui TV atau radio . Dalam berbagai
kesempatan kunjungan ke daerah beliau sering didaulat menjadi khatib
Jumat atau sebagai pembicara pada tablik akbar. Juga sudah tak terhitung
jumlahnya beliau didaulat untuk memberikan nasihat perkawinan.
“Jika
hal itu membuat orang senang dan bahagia, kenapa tidak kita lakukan?,”
jawab Irwan Prayitno ringan ketika ditanya kenapa di sela-sela waktunya
yang sempit ia masih melowongkan waktu untuk memberikan nasihat
perkawinan. “Semoga hal tersebut menjadi amal bagi kita dan memberikan
pencerahan bagi yang punya hajat,” ujar Irwan melanjutkan. Seperti
biasa, nasihat yang diberikan profesor SDM ini memang selalu memberikan
pencerahan dan menyejukkan.
Pengetahuan
dan pemahaman beliau tentang agama sering membuat kita tak percaya
bahwa Irwan Prayitno tak pernah seharipun mengenyam pendidikan formal di
sekolah agama. Pendidikan S1 diselesaikan di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, pendidikan S2 di
Universiti Putra Malaysia Bidang Human Resource Development dan
pendidikan S3 di universitas yang sama di bidang Bidang Training
Management dengan predikat cumlaude. Pengetahuan agama dipelajari secara
otodidak sejak remaja secara terus menerus. Ada 20 lebih buku tentang
agama yang telah ia tulis. Selain itu beliau juga menulis buku tentang
psikologi, sumber daya manusia, sosial, politik dan ekonomi. Lebih dari
40 buku yang telah beliau tulis.
Suatu
ketika saya, begitu juga sejumlah teman lainnya merasa malu pada diri
sendiri dalam sebuah pengajian. Dalam pengajian tersebut kami diharuskan
membaca Al Quran secara bergantian. Hampir semua di antara kami membaca
Al Quran secara lambat dan terbata-bata dan banyak kesalahan. Namun
ketika giliran beliau, beliau mampu membaca dengan benar, cepat dan
lancar. Selama ini saya beralasan tidak lancar dan tidak terbiasa
membaca Al Quran akibat kesibukan pekerjaan. Namun ternyata beliau mampu
membaca dengan lancar. Siapa bilang kesibukan bisa dijadikan alasan
tidak fasih membaca Al Quran?. Kami jadi malu pada diri sendiri.
Kebiasaan
membaca Al Quran menurut ayahanda beliau Drs. Djamrul Djamal, SH yang
juga dosen IAIN Imam Bonjol Padang telah dimulai sejak kecil. Dulu
menurutnya, Irwan tak bisa tidur kalau belum membaca atau dibacakan Al
Quran. Kebiasaan itu tak berubah hingga kini.
***
Ada
sejumlah kepala SKPD yang berusaha mengelak ikut iring-iringan
kendaraan gubernur jika melakukan kunjungan ke daerah. “Pak, kami duluan
berangkat ke lokasi,” begitu salah satu alasan yang diberikan, agar
yang bersangkutan bisa mengelak agar tidak ikut iring-iringan mobil
gubernur. Ada juga yang minta keluar dari rombongan dan minta izin
berpisah di tengah perjalanan.
Ada
apa? Ternyata tak semua SKPD siap nyali mengikuti rombongan gubernur
yang nyaris selalu melaju dengan kecepatan tinggi. “Memang permintaan
Pak Gubernur demikian, agar kita selalu tepat waktu,” ujar Bribka Indra
KS, petugas pengawalan gubernur dan dibenarkan oleh sopir gubernur
Reymon. “Bapak justru resah kalau mobil lambat,” lanjutnya. Cepat...
cepat... cepat, kata2 itulah yang sering terdengar beliau ucapkan.
“Jangan takut, ada Allah yang melindungi kita,” begitu Irwan menjawab
pertanyaan apakah ia tidak merasa takut dan kuatir, hampir setiap hari
melakukan perjalanan seperti itu.
Ada
alasan tentunya jika mobil gubernur selalu ngebut dengan kecepatan
tinggi seperti itu. Pertama saya lihat memang karakter Irwan Prayitno
yang seperti itu, ingin serba cepat. Jika orang lain seumur beliau suka
lagu-lagu slow dan sentimentil, beliau justru suka lagu ngebeat dan
cendrung rock. “Lagu sentimentil bikin kita mengantuk,”
kilahnya. Begitulah karakter Irwan, segala sesuatu dilakukan secara
serius dan cepat. Jika ada masalah, maka akan diselesaikan dengan cepat
saat itu juga, tanpa menunda-nunda. Tidak ada surat yang tertunda di
meja kerja beliau, satu hari selesai dan bisa ditandatangani dimana
saja, kapan saja.
Jika
tidak langsung diselesaikan saat itu juga, nanti akan datang lagi
pekerjaan baru dan seterusnya. Akhirnya pekerjaan itu menumpuk, makin
lama makin menggunung. Karena itu Irwan tak mau menunda-nunda pekerjaaan
dan tak pernah ada surat yang terunda dan menumpuk di mejanya. Satu
kali karena banyaknya kegiatan, pernah Irwan menandatangani surat dan
membuat disposisi di mobil dalam perjalanan dinas ke daerah. Lalu surat
tersebut dititipkan di mapolsek terdekat di dalam perjalanan, untuk
dijemput segera oleh staf.
Alasan
kedua, rata-rata ada banyak acara yang harus dihadiri pada hari yang
sama, sehari bisa 7 sampai 10 acara. Tak jarang lokasi acara tersebut
saling berjauhan, yang satu di Bukit Tinggi, satunya lagi di Batusangkar
atau bahkan di Dharmasraya, atau waktunya sangat berdekatan, sehingga
harus berburu waktu. Padahal Irwan berprinsip, lebih baik ia datang
duluan daripada terlambat. Jangan sampai masyarakat kecewa, prinsip itu
yang selalu ia jaga
Boleh
dikata, tak ada lagi pelosok Sumatera Barat yang belum dikunjungi
Irwan. Sebut saja daerah-daerah terisolir seperti Mentawai, Pasaman,
Dharmasraya, Sijunjung atau Solok Selatan. Jika tak bisa dikunjungi
dengan kendaraan roda empat, maka daerah itu ia kunjungi menggunakan
sepeda motor trail. Olahraga sepeda motor, termasuk trabas memang
merupakan salah satu hobinya dari dulu. Hobi tersebut kini ia gunakan
untuk mendatangi masyarakat didaerah-daerah terpencil.
Ada
juga daerah yang tidak bisa dilalui motor, apalagi kendaraan roda
empat. Daerah tersebut hanya bisa ditempuh dengan perahu. Irwan pun tak
segan berkunjung ke sana, naik perahu pun baginya tak jadi masalah. Bagi
masyarakat kunjungan tersebut sangat luar biasa. “Betulkah ini Bapak
Gubernur kita?” ujar masyarakat seakan-akan tak percaya. Kata mereka,
jangankan gubernur, camat pun belum pernah mengunjungi daerah mereka.
Ketika
berkunjung ke Nagari Mapat Tunggul Kabupaten Pasaman terjadi peristiwa
lucu. Saat memberi sambutan camat setempat berkata : “Bapak2 tamu kami
dari Pemprov Sumatera Barat, selamat datang di daerah kami Mapat
Tunggul, yang terhormat Bapak Gubernur atau yang mewakili,” tentu saja
rombongan dari pemprov langsung memotong. “Bukan mewakili, ini memang
Pak Gubernur yang langsung datang, ini beliau,” protes salah seorang
kepala SKPD. Camat tersebut lalu meralat kata-katanya, namun dari
ekspresi wajahnya terlihat seakan-akan ia masih tak percaya bahwa yang
datang itu adalah Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno langsung.
Mungkin karena penampilan Irwan Prayitno yang santai dan tidak telalu
protokoler membuat ia masih ragu. Dalam perjalanan pulang kami masih
tertawa-tawa mengingat kejadian lucu itu.
Irwan
Prayitno memang selalu tampil sederhana, bahkan atribut gubernur yang
biasa dipasang di dada kiri oleh gubernur atau pejabat pada umumnya
nyaris tak pernah dipakainya. Saya hanya sekali melihat beliau
memakainya, yaitu saat Presiden RI berkunjung ke Sumatera Barat. Itupun
karena diingatkan oleh protokol Presiden. Mungkin karena penampilannya
yang sederhana dan tanpa atribut itu yang membuat camat Mapat Tunggul
ragu, apakah yang berdiri di depannya benar-benar Gubernur Sumatera
Barat?
Dulu
pernah tiga orang tamu berkunjung ke rumah dinas gubernur. Irwan
ditemani teman beliau Suwirman, ngobrol dan bercerita tentang berbagai
hal. Setelah cukup lama bercerita, kebetulan Irwan ada keperluan masuk
ke dalam rumah. Saat Irwan berada di dalam, setengah berbisik tamu tadi
bertanya kepada Suwirman, “Sudah hampir satu jam kami menunggu, kok Pak
Gubernur belum juga keluar,” tanyanya sang tamu.
“Lho,
yang barusan bercerita dengan kita tadi kan Pak Gubernur,” ujar
Suwirman. Tamu tadi terkejut dan baru sadar atas kekeliruannya. Dalam
fikirannya, gubernur itu adalah sosok yang sangat berwibawa, penuh
atribut dan bahkan cendrung menakutkan. Yang ia temui ternyata adalah
Irwan yang bersahaja , santai, dan penuh keakraban. “Maaf Pak, maaf
Pak,” ujarnya berkali-kali dan segera minta permisi pulang karena malu.
Irwan
juga menolak mengganti kendaraan dinasnya dengan yang baru hingga kini
(setelah 3,5 tahun menjabat). “Kendaraan ini masih bagus dan masih bisa
dipakai,” ujarnya. Menurutnya masih banyak prioritas lain atau
dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Ia
juga menolak pembangunan rumah dinas baru untuknya, meski sudah
tercantum telah dianggarkan tahun sebelumnya. “Pembangunan rumah
masyarakat dan fasilitas umum yang rusak akibat gempa, itu lebih
penting,” ujar Irwan menegaskan.
Pasca
gempa hingga kini Gubernur Irwan masih berkantor di rumah. Sebelumnya
sudah dibangun kantor yang baru untuk gubernur dan telah siap untuk
ditempati. Namun setelah melihat kondisi pegawai pemprov
berdesak-desakan berkantor sementara di aula kantor gubernur, Irwan
memutuskan tidak jadi menempati kantor yang baru tersebut, sebagai ganti
ia menyuruh tiga SKPD menempati kantor baru tersebut, pindah dari aula.
Irwan tetap berkantor sementara di rumah dinas. Meski rumah yang ia
tempati saat ini sudah banyak yang bocor dan kropos dimakan rayap.
Dalam
melakukan perjalan ke luar provinsi, Irwan tak pernah memilih maskapai
penerbangan. Apapun jenis pesawat dan maskapai penerbangannya, asalkan
jadwalnya cocok dan bisa menghemat waktu, baginya tak masalah. Dan ia
selalu memilih dan merasa nyaman duduk di kelas ekonomi.
Tentang
penampilannya yang sederhana, tanpa atribut serta minim protokoler itu
Irwan mengatakan ia tak ingin ada pembatas antara ia dan masyarakat.
“Saya kan juga manusia biasa, kenapa harus ada simbol-simbol
yang membuat jarak antara kita?” ujarnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari bagi Irwan memang tak mengenal istilah
diskriminasi, dari pejabat tinggi, pengusaha kaya sampai sopir dan
tukang kebun sekalipun ia perlakukan sama. Pegawai tak merasa seperti
hubungan atasan dan bawahan, lebih terasa sebagai teman. Ia dengan mudah
akrab dengan siapa saja. Jika makan dalam perjalanan , beliau mengecek
satu persatu anggota rombongan yang pergi bersama beliau, baik pengawal,
sopir atau siapa saja. Setelah lengkap dan duduk bersama, barulah
beliau mulai makan. Irwan juga tak sungkan makan di kaki lima sekalipun.
Dalam
kota, beliau menolak menggunakan mobil pengawalan, kecuali dalam
keadaan mendesak. Seringkali pemilik acara masih menunggu-nunggu
kedatangan gubernur dengan menyimak raungan sirene mobil pengawalan.
Ternyata sirine itu tak pernah terdengar, gubernur sudah datang tepat
waktu tanpa pengawalan dan malah sudah duduk bersama mereka.
Irwan
juga terkenal sebagai orang yang pemaaf dan nyaris tak pernah marah. Di
awal jabatan beliau sebagai gubernur Sumatera Barat banyak sekali ujian
dan hambatan. Banyak hal-hal dan kejadian yang sebenarnya memancing
emosi. Namun beliau tetap tenang. “Marah bukanlah solusi, apakah dengan
marah-marah persoalan jadi selesai, apa bukan sebaliknya?” begitu ia
memberi alasan.
Irwan
Prayitno dilantik pasca gempa besar yang meluluh lantakkan hampir
separuh Sumatera Barat. Masyarakat Sumatera Barat saat itu dalam keadaan
nyaris putus asa. Banyak serangan, tudingan bernada miring ditujukan
kepada beliau bahkan fitnah secara nyata-nyata. Kerabat dan kawan-kawan
geram dan meledak emosinya menanggapi tudingan, black campaign dan fitnah itu dan ingin menyerang balik penyebar fitnah.
Namun
Irwan mencegah mereka. “Jika kejahatan dibalas dengan kejahatan,
bukankah itu berarti kita sama jahatnya dengan mereka?” ujarnya. Beliau
menyarankan agar bersabar, biarkan Allah yang membalasnya , karena
Allah maha tahu dan maha adil.
Awalnya
kami tidak puas dan tidak setuju dengan dalil yang dikemukakan, namun
beliau kukuh dan yakin dengan pendiriannya. Akhirnya kami diam saja.
Namun kemudian terbukti apa yang diyakini Irwan adalah benar. Perlahan
namun pasti fitnah itu justru berbalik kepada penyebar fitnah. Karena
Irwan selalu bertindak benar, fitnah itu makin tidak terbukti , justru
Irwan makin dipercaya dan penyebar fitnah makin ketahuan belangnya.
Memang benar, ternyata Tuhan telah memberikan hukuman yang lebih berat
kepada mereka. Subhanallah.
Tahun
pertama menjadi gubernur Sumbar merupakan ujian paling berat bagi
Irwan. Dalam keadaan daerah yang porak poranda pasca gempa plus suasana
transisi pasca reformasi. Dari pagi hingga larut malam silih berganti
tamu yang datang, baik dari unsur pemerintahan maupun non pemerintah.
Semua membawa dan menyampaikan masalah, datang satu, lalu datang satu
lagi, begitu terus silih berganti dari pagi hingga larut malam. Semua
mengadu dan menceritakan masalah. Kacau balau sekali kelihatannya.
Namun
dengan kepala dingin, seperti mengurai benang kusut, satu per satu
dibenahi oleh Irwan Prayitno. Tim pemprov diberi motivasi, sistem
dibenahi dan dibuat. Sebagai profesor bidang SDM, Irwan melakukan tes
pemetaan potensi untuk mengetahui kualitas semua pegawai pemprov serta
mengetahui posisi mana yang tepat untuk mereka masing-masing. Kepala
SKPD diminta untuk berfikir out of the box(diluar kebiasaan),
agar bisa menyelesaikan masalah-masalah dan tantangan yang super berat
saat itu. Rekrutmen pegawai dilakukan dengan serius tanpa tedeng
aling-aling. Sistem dibuat agar pekerjaan berjalan baik lancar dan
efisien.
Ternyata
kondisi yang dalam serba transisi itu bisa berubah, masalah demi
masalah bisa diurai dan diselesaikan, sistem mulai berjalan. Sumatera
Barat berhasil bangkit kembali. Mungkin Tuhan punya rencana sendiri,
pertumbuhan ekonomi Sumatera barat pasca gempa malah semakin meningkat,
justru jauh lebih tinggi dibanding sebelum gempa, Sumatera Barat makin
mendapat perhatian baik nasional maupun internasional.
Dalam
tiga tahun masa jabatan Irwan, pemerintah Sumatera Barat mendapat
apresiasi, memperoleh 90 lebih penghargaan tingkat nasional maupun
internasional. Itu artinya pemprov Sumbar mendapat penghargaan setiap
seminggu sekali. Semua SKPD berlomba-lomba untuk mengukir prestasi.
Status WTP (wajar tanpa pengecualian), penilaian paling bergengsi di
bidang keuangan dan anggaran, berhasil diperoleh tahun 2013.
***
Sering
masyarakat keliru menyebut gelar akademis Irwan, yang paling sering
adalah beliau disebut sebagai insinyur pertanian. Soalnya saat
memberikan sambutan di bidang pertanian atau peternakan. Ia terlihat
sangat paham dengan bidang tersebut dan sangat menguasasi masalah.
Menurutnya masalah pertanian sangat urgen, karena mayoritas penduduk
Sumatera Barat adalah petani.
Hal
ini menurut saya merupakan salah satu keistimewaan lagi dari
Irwan. Jika tidak paham dengan suatu masalah, Irwan akan getol bertanya
ke orang yang dianggap menguasai masalah tersebut. Setelah
diterangkan, dengan cepat beliau menguasai malasah tersebut,
bahkan menganalisa dan mengembangkannya. Sesaat kemudian topik tersebut
sudah bisa beliau sampaikan berupa sambutan , pengarahan atau makalah,
seolah-olah ia adalah pakar dan sangat berpengalaman di bidang tersebut.
Karena itu banyak yang bingung menilai, Pak Irwan itu profesor di
bidang agama, pemerintahan, pertanian atau ekonomi?
Kebiaasan
lainnya adalah, sambil memegang handel pintu untuk turun kendaraan saat
sampai di lokasi acara ia bertanya, “Kita dimana, apa acara kita di
sini?” Beliau kadang-kadang lupa, karena ada 7 sampai 10 lokasi dan
acara setiap hari. Setelah diberitahu, beliau berfikir tiga detik,
barulah turun dari mobil dan menuju lokasi acara. Tiga detik itu
nampaknya adalah waktu yang beliau butuhkan untuk membuat pidato
sambutan. Lalu sambutan itu beliau sampaikan secara sistematis,
analitis, tepat sasaran dan selalu tanpa teks.
Beliau
bisa belajar suatu hal dengan cepat dan segera menguasai masalah.
Semua masalah dan potensi Sumatera Barat ada dalam kepala beliau dan
siap dipresentasikan kapanpun dan dimanapun, tanpa teks. Jadi tidak
heran jika Irwan langganan menyandang gelar juara umum saat sekolah di
SMA 3 Padang dulu dan meraih prediketcumlaude saat menyelesaikan kuliah S3 di Universiti Putra Malaysia.
Bicara
soal waktu, Irwan menurut saya sangat perhitungan (baca pelit) . Jika
misalnya sudah direncanakan berangkat ke Dharmasraya jam 6 pagi, tidak
usah dikuatirkan beliau belum bangun atau belum siap. Kami sudah hafal
betul, itu artinya pukul 5.30 kami sudah harus persiapan dan
pukul 5.45, sudah berada di mobil. Tak lama, menunggu beliau akan
keluar dari rumah dan jam 6 teng langsung berangkat. Begitu yang selalu
terjadi sehari-hari, tak pernah meleset. Jangan bermimpi beliau akan
terlambat dari janji semula, meski jam berapa pun malamnya beliau mulai
tidur dan istirahat. Apalagi jika akan berangkat ke bandara. Jika
berangkat dari Jakarta menuju Padang, tak jarang harus berangkat
pukul 3 dinihari dari rumah beliau di Kalibata, lalu shalat subuh di
bandara. Jangan pernah berharap beliau lupa atau telat dari jadwal yang
telah ditentukan.
Saya
katakan pelit dengan waktu, karena tak satu menit pun waktu beliau yang
dibiarkan menganggur atau terbuang percuma. Waktu kerja dimanfaatkan
semaksimal mungkin dengan bekerja serius dan sungguh-sungguh serta
profesional, kadangkala tak mengenal hari libur dan batas waktu jam
kerja. Namun karena diatur dengan ketat, beliau masih bisa menyisakan
sedikit waktu untuk keluarga, berolahraga (badminton dan karate) serta
bermain musik.
Meski
jumlah waktu yang beliau sisakan untuk keluarga tersebut sedikit, namun
dimanfaatkan seoptimal mungkin. Meski kuantitasnya sedikit, tetapi
kualitasnya optimal. Beliau selalu memonitor perkembangan dan
kegiatan anak-anak beliau yang berjumlah 10 orang. Bahkan ikut mengurus
dan memilih pakaian untuk anak-anak, apalagi masalah pendidikan dan
agama. Untuk kedua masalah itu beliau paling cerewet.
Namun
kerja keras beliau itu membuahkan hasil. Putra pertama beliau Jundhi
Fadhillah telah menyelesaikan studi MBA di Boston Amerika, dan telah
bekerja di perusahaan energi di Jakarta. Putri ke 2 Wafiatul telah
menyelesaikan studinya di kedokteran gigi UI, putri ke 3 Dhiya’u
Syahidah telah menyelesaikan studinya di Institut Teknologi Bandung dan
sekarang menyelesaikan S2 di Westminster University - UK, putra ke
empat beliau Anwar Jundhi kuliah di Institut Pertanian Bogor, Atika,
putri ke 5 kuliah di FE UI, Ibrahin di SMA 8 Jakarta, Shohwah di SMA 1
Padang . Tiga orang lainnya masih sekolah di SMP dan SD. Namun semua
memperlihatkan prestasi yang gemilang.
Waktu
untuk berolahraga dan bermain musik juga dimanfaatkan secara optimal.
Meski kedua kegiatan ini hanya dilakukan jika ada waktu lowong, namun
dimanfaatkan secara optimal, sehingga hasilnya juga maksimal. Jika orang
lain bertahun-tahun belajar baru bisa bermain drum, beliau hanya
belajar beberapa bulan saja, sudah langsung bisa bermain drum. Beliau
yang dulunya tidak bisa menyanyi, dalam beberapa bulan saja sudah bisa
menyanyi, bahkan menciptakan lagu.
“Karena
sebagai gubernur sering ditodong untuk menyanyi, akhirnya saya belajar
menyanyi. Bahkan bermain musik dan menciptakan lagu,” ujar Irwan
menjawab pertanyaan kenapa ia bisa menjadi seniman mendadak. Menurutnya
ia memakai prinsip, jika kita mau dan bersungguh-sungguh, pasti kita
bisa. Man jadda wa jadda, begitu pepatah Arab mengatakan.
Dulu
saya sempat cemburu dan bertanya-tanya apa rahasianya, Irwan Prayitno
yang teman satu angkatan saya di SMA dulu kok begitu cepat melejit
karirnya seperti anak panah lepas dari busurnya saja layaknya? Setelah
saya tahu bagaimana cara ia bekerja, cara ia memanfaatkan waktu, cara ia
berteman dan menghargai orang lain, cara dia beribadah dan mendalami
agama, barulah saya berujar : “O.... begitu cara kerjanya ..., memang
tidak heran kalau ia sukses dan karirnya melejit seperti itu.”
Satu
hal lagi yang menimbulkan pertanyaan adalah, Irwan seperti tak pernah
mengenal lelah. Beraktifitas dari subuh, rata-rata baru berhenti jam
00.00, menghadiri banyak acara dan memberi sambutan hingga 10 acara
sehari, rapat, menerima tamu. Itupun bisa jadi lokasinya berada di
beberapa kota atau kabupaten bahkan propinsi yang berbeda. Tak ada yang
mampu mengikuti ritme kerja beliau seminggu penuh. Ajudan atau sopir
masing-masing hanya dua hari mendampingi secara bergantian. Apa
rahasianya?
Kunci
utamanya menurut Irwan adalah Ikhlas. Segala sesuatu jika dilakukan
dengan ikhlas menurutnya akan terasa ringan dan menyenangkan. Menurut
dokter, Irwan memiliki rasio HB lebih tinggi dibandingkan rata-rata
masyarakat umumnya. Bisa jadi hal itu juga merupakan salah penyebab
putra Kuranji yang suka mengkonsumsi susu dan madu ini seakan-akan tak
kenal lelah.
Sebagai
gubernur Sumatera Barat, hanya dalam tempo 3 tahun sudah banyak
berubahan dan prestasi yang ia ukir. Dalam tempo 3 tahun masyarakat
Sumatera Barat sangat merasakan kehadiran dan sentuhan “tangan dingin”
Gubernur Irwan Prayitno yang terlihat nyata dalam pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan berbagai hal.
Dalam
hati saya berujar: “Jika saja ada banyak pejabat dan pemimpin di
Indonesia bekerja, berfikir dan bertindak seperti Irwan Prayitno, mimpi
Indonesia menjadi negara yang makmur, adil dan bermartabat dalam ridho
Tuhan pasti segera terwujud. Saya berdoa semoga Allah selalu mengiringi
langkah dan cita-cita Irwan Prayitno untuk berbuat lebih baik dan lebih
baik lagi untuk negeri dan bangsa ini. Kita tentu juga berdoa, disaat
negara seperti ini, semoga lebih banyak lagi muncul pemimpin-pemimpin
seperi Irwan Prayitno di negeri ini. Amin... ***
DPD PKS Siak - Download Android App