Select Menu

Iklan 1080x90

SaintekSIROH

PKS BERKHIDMAT UNTUK RAKYAT

BERITA SIAK

FIQIH

SIROH

Kesehatan

Saintek

Video Pilihan

» » Natal dan Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Kerukunan Umat Beragama

Natal dan Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Kerukunan Umat Beragama


By: Abul Ezz Kamis, 19 Desember 2013 0


pkssiak.org  - Jelang Natal kita dapat menyaksikan di pusat-pusat perbelanjaan, putra dan muslimat yang berkeja sebagai pramuniaga dipaksa oleh bosnya untuk menggunakan simbol-simbol kristiani seperti pakaian sinterklas, dengan latar pohon natal.

Kalau yang memakainya adalah umat kristiani, tak ada masalah meski pengunjung pusat perbelanjaan itu tetap mayoritas muslim. Yang jadi masalah, pramuniaga muslim dipaksa untuk memakai pakaian sinterklas dan simbol-simbol natal lainnya. Tindakan itu dinilai telah melanggar hak asasi manusia. Karena adanya unsur pemaksaan.

Tindakan seperti itulah yang sering mengundang gesekan diatara umat beragama. Karena ada kesan perayaan natal telah digunakan untuk menyebarkan keyakinan Kristen terhadap orang yang sudah beragama terutama terhadap umat Islam. Jadi jangan salahkan kalau ada reaksi keras umat Islam terhadap upaya penyebaran ajar Kristen terhadap umat Islam.

Terjadinya gesekan antar umat Islam dan Kristen mengingatkan kita pada pernyataan mantan perdana menteri Muhammad Natsir saat berlangsung rapat pleno Musyawarah antar agama Nopember 1967. Muhammad Natsir menyatakan “Insyhadu bi-anna Muslimun (saksikanlah bahwa kami ini adalah muslim”

Pernyataan itu ia sampaikan agar umat Kristen menyaksikan dan menyadari benar bahwa kami ini ummat muslimin. “Ketahuilah kiranya bahwa kami bukan heiden atau animis. Kami adalah orang-orang yang sudah mempunyai ‘shibghah’ mempunyai identitas sendiri. Oleh karena itu jangan identitas kami saudara-saudara langgar. Jangan saudara saudara jadikan kami sebagai sasaran bagi kegiatan pengkristenan” tegas Muhammad Natsir,pendiri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia saat itu.

Muhammad Natsir dalam kesempatan rapat pleno musyawarah antar umat beragama itu menyampaikan pernyatan yang tegas ” Jangan identitas kami saudara-saudara ganggu! Jangan kita ganggu mengganggu dalam soal agama ini. Agar agama jangan jadi pokok sengketa yang sesungguhnya tidak perlu dan semestinya begitu. Malah saling hormat-menghormati identitas masing-masing, agar kita tetap berteman dan bersahabat baik dalam lingkungan keluarga yang satu ini.

Kita umat Islam kata Muhammad Natsir, tidak apriori menganganggap musuh kepada orang-orang yang bukan Islam. Tetapi tegas Allah SWT melarang kami bersahabat dengan orang-orang yang mengganggu agama kami, agama islam. Malah kami dianggap zhalim berbuat demikian;

“Tidak lain melainkan orang-orang yang menyerang kamu dalam usuran agama dan mengusir kamu dari kampungmu dan membantu pengusir-pengusir untuk mengeluarkan kamu. Allah larang menjadikan mereka sahabat, dan barang siapa menjadikan mereka sahabat, maka mereka itu ialah orang yang zhalim” (Al Mumtahanah ayat : 9)

“Kadang-kadang antara saudara dengan saudara, ada baiknya kita bicara berpahit-pahit. Yakni yang demikian tidaklah dapat kami lihat saja sambil berpangku tangan. Sebab Kalau ada suatu harta yang kami lebih cintai dari segala-galanya itu, ialah agama dan keimanan kami. Itulah yang hendak kami wariskan kepada anak-anak cucu dan keturunan kami. Harta ini diwajibkan Allah untuk menjaga dan melindunginya, sampai dia selamat dan aman, dan jadilah agama itu karena Allah semata-mata. Kalau bisa dengan teman bersama-sama. Kalau tidak, seorang diri sebatang kara. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi ” Hanya satu yang kuamanatkan kepadamu. Yakni supaya kamu menegakkan agama Allah, berdua-dua dan sendiri-sendiri (dengan ikhlas) kenudian berfikirlah ( As Sacba 46).

Pernyataan Muhammad Natsir yang disampaikan 57 tahun lalu, adalah salah satu solusi agar tak terjadi gesekan antar umat beragama di Indonesia. Tapi sayang penyataan itu tak disepakati umat Kristen terutama soal penyebaran agama. Akibatnya gesekan antar umat beragama terus berlanjut. Sejumlah gereja dibakar, ditutup, bahkan dibom.

Kekerasan itu tak lain karena sikap umat kristiani yang terus menerus melakukan provokasi dengan berbagai cara mulai dari membangun gereja di kantong-kantong u,mat Islam hingga penyebaran agama yang terlalu bersemangat.

Jika kita ingin damai, rukun antar umat beragama hargai pulalah umat Islam. Jangan karena kekuatan ekonomi umat Islam dipaksa untuk ikut dalam natal bersama, menggunakan simbol-simbol kristen dan hentikan provokasi yang dapat membuat marah umat Islam. “Jangan sudutkan umat Islam dengan labelisasi yang menyakitkan seperti intoleran, dan teroris”. [dakta]


DPD PKS Siak - Download Android App


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama
0 Comments
Tweets
Komentar

Tidak ada komentar

Leave a Reply

Komentar sehat anda..