Cerita HNW Berinteraksi dengan Media
By: Abul Ezz
Rabu, 18 Desember 2013
0
pkssiak.org - Nama Hidayat Nur Wahid melejit sebagai tokoh yang sangat populer
ketika poling sejumlah stasiun televisi menempatkannya sebagai kandidat
calon presiden. Meski tidak mencalonkan diri sebagai presiden, Hidayat
terpilih sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rayat (MPR) periode
2004-2009.
Langkah-langkah populisnya seperti menolak kendaraan dinas yang mewah saat itu membetot perhatian dan apresiasi masyarakat. Pilihan Hidayat mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera setelah terpilih sebagai ketua MPR juga diapresiasi sebagai tradisi baru yang baik dalam politik Indonesia.
Kini, Hidayat menjabat sebagai ketua Fraksi PKS di Dewan Perwakilan Rakyat. Dia juga duduk sebagai anggota Majelis Syuro PKS.
Pria kelahiran Klaten, 8 April 1960, itu mengenyam pendidikan menengah di Pondok Pesantren Darussalam, Gontor. Setelah itu melanjutkan kuliah di Universitas Islam Madinah.
Memperingati HUT ke-5 VIVA.co.id yang jatuh pada hari ini, Selasa 17 Desember 2013, kami mewawancarai Hidayat Nur Wahid soal pengalamannya berinteraksi dengan media. Berikut petikan wawancaranya:
Media, terutama media online, di mata anda seperti apa?
Munculnya media online ini membuat media semakin banyak dan semakin canggih, semakin dipentingkan, sehingga tanggung jawabnya perlu diperkuat, jangan sampai rakyat diberikan info yang bermasalah. Jadi tanggung jawab harus dikelola dengan baik, rakyat semakin cerdas, jangan sampai merasa mereka dibohongi oleh pemberitaan-pemberitaan yang ada. Media harus ingat, bahwa rakyat tahu ada Dewan Pers, bahkan polisi.
Punya pengalaman tidak enak dengan media?
Banyak, salah satu di antaranya tiba-tiba sebuah media online menulis saya terbang bersama Fathanah ke Iran. Saya bilang ke mereka, judul itu sangat tendensius, yang pergi ke pesawat tidak hanya saya, bahkan wartawan media online itu juga kenapa tidak dituliskan bahwa di pesawat itu ada juga wartawan online di situ, kenapa nggak disebut sekalian, jadi jangan judul-judul itu menyesatkan.
Pengalaman kedua, ada media online yaang menuliskan bahwa PKS mengusulkan agar koruptor dihukum mati, padahal dalam isinya tidak serta merta dihukum mati, hukum mati itu boleh, asal nilainya triliunan dan merusak stabilitas bangsa. Tetapi pernyataan saya itu tidak ditulis lengkap. Saya juga mengatakan itu pada tahun 2012 sebelum Pak Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap KPK. Dengan berita itu, jadi mengesankan bahwa saya setuju Luthfi dihukum mati.
Kemudian, ada berita tentang Anis Matta memerintahkan kader PKS meminta maaf. Hanya baca judul dalam isinya Anis tidak memerintahkan agar kader PKS minta maaf.
Media online mohon, media anda, masyarakat kadang-kadang hanya membaca judul. Ketika kami protes, ada yang bilang, itu ditulis oleh redaktur, harusnya rekan-rekan reporter protes juga ke redaktur. Yang direpotkan kan kami, menurut saya layak untuk mengkritisi.
Dengan banyaknya interaksi Anda dengan media, apa pandangan Anda terkait kebebasan pers pasca era reformasi?
Kebebasannya memang, media bisa langsung live dari persidangan, Amerika saja tidak ada. Bahkan, jadi kekebasan Indonesia luar biasa. Mestinya juga disikapi rekan-rekan media dengan tanggung jawab. Apalah artinya bebas kalau merugikan masyarakat.
Apa masukan anda untuk VIVA.co.id?
VIVAnews juga kemarin hampir dipolisikan. Kita masih baik, kita tidak minta dilebihkan, tetapi tolong hargai kami. Tolong kami sama-sama profesional. [viva]
Langkah-langkah populisnya seperti menolak kendaraan dinas yang mewah saat itu membetot perhatian dan apresiasi masyarakat. Pilihan Hidayat mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera setelah terpilih sebagai ketua MPR juga diapresiasi sebagai tradisi baru yang baik dalam politik Indonesia.
Kini, Hidayat menjabat sebagai ketua Fraksi PKS di Dewan Perwakilan Rakyat. Dia juga duduk sebagai anggota Majelis Syuro PKS.
Pria kelahiran Klaten, 8 April 1960, itu mengenyam pendidikan menengah di Pondok Pesantren Darussalam, Gontor. Setelah itu melanjutkan kuliah di Universitas Islam Madinah.
Memperingati HUT ke-5 VIVA.co.id yang jatuh pada hari ini, Selasa 17 Desember 2013, kami mewawancarai Hidayat Nur Wahid soal pengalamannya berinteraksi dengan media. Berikut petikan wawancaranya:
Media, terutama media online, di mata anda seperti apa?
Munculnya media online ini membuat media semakin banyak dan semakin canggih, semakin dipentingkan, sehingga tanggung jawabnya perlu diperkuat, jangan sampai rakyat diberikan info yang bermasalah. Jadi tanggung jawab harus dikelola dengan baik, rakyat semakin cerdas, jangan sampai merasa mereka dibohongi oleh pemberitaan-pemberitaan yang ada. Media harus ingat, bahwa rakyat tahu ada Dewan Pers, bahkan polisi.
Punya pengalaman tidak enak dengan media?
Banyak, salah satu di antaranya tiba-tiba sebuah media online menulis saya terbang bersama Fathanah ke Iran. Saya bilang ke mereka, judul itu sangat tendensius, yang pergi ke pesawat tidak hanya saya, bahkan wartawan media online itu juga kenapa tidak dituliskan bahwa di pesawat itu ada juga wartawan online di situ, kenapa nggak disebut sekalian, jadi jangan judul-judul itu menyesatkan.
Pengalaman kedua, ada media online yaang menuliskan bahwa PKS mengusulkan agar koruptor dihukum mati, padahal dalam isinya tidak serta merta dihukum mati, hukum mati itu boleh, asal nilainya triliunan dan merusak stabilitas bangsa. Tetapi pernyataan saya itu tidak ditulis lengkap. Saya juga mengatakan itu pada tahun 2012 sebelum Pak Luthfi Hasan Ishaaq ditangkap KPK. Dengan berita itu, jadi mengesankan bahwa saya setuju Luthfi dihukum mati.
Kemudian, ada berita tentang Anis Matta memerintahkan kader PKS meminta maaf. Hanya baca judul dalam isinya Anis tidak memerintahkan agar kader PKS minta maaf.
Media online mohon, media anda, masyarakat kadang-kadang hanya membaca judul. Ketika kami protes, ada yang bilang, itu ditulis oleh redaktur, harusnya rekan-rekan reporter protes juga ke redaktur. Yang direpotkan kan kami, menurut saya layak untuk mengkritisi.
Dengan banyaknya interaksi Anda dengan media, apa pandangan Anda terkait kebebasan pers pasca era reformasi?
Kebebasannya memang, media bisa langsung live dari persidangan, Amerika saja tidak ada. Bahkan, jadi kekebasan Indonesia luar biasa. Mestinya juga disikapi rekan-rekan media dengan tanggung jawab. Apalah artinya bebas kalau merugikan masyarakat.
Apa masukan anda untuk VIVA.co.id?
VIVAnews juga kemarin hampir dipolisikan. Kita masih baik, kita tidak minta dilebihkan, tetapi tolong hargai kami. Tolong kami sama-sama profesional. [viva]
DPD PKS Siak - Download Android App