Anis Matta: Jembatan Dunia itu Bernama Mandela
By: Abul Ezz
Sabtu, 07 Desember 2013
0
pkssiak.org, JAKARTA (6/12) – Sejarah suatu bangsa dalam gelombang demi gelombang. Terkadang, gelombang itu begitu besar hingga mempengaruhi dunia. Itulah yang terjadi di Afrika Selatan. Setelah mendekam dalam penjara bertahun-tahun, Nelson Mandela memenangkan pemilu dan menjadi Presiden negara itu, serta memaafkan semua musuh-musuhnya dalam suatu gelombang pemaafan dan rekonsiliasi. Hari ini, dunia kehilangan guru dunia itu, karena Mandela berpulang ke haribaan Allah SWT setelah berjuang melawan infeksi paru-paru.
“Dunia kehilangan jembatan yang menghubungkan banyak dunia. Generasi lama yang penuh kebencian dan kekerasan, dijembatani menuju generasi baru yang demokratis dan cinta damai. Dari Afrika yang identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan, dihantarkan menjadi simbol kemajuan dan kesetaraan dengan pusat-pusat kemajuan dunia. Lihat kesuksesan Piala Dunia 2010. Itulah Mandela,” ujar Presiden Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta
Indonesia punya keterkaitan sejarah dan budaya yang panjang. Literatur sejarah mencatat Islam datang ke Afrika Selatan dibawa oleh Syekh Yusuf dari Bugis yang diasingkan oleh penjajah Belanda pada 1693. Syekh Yusuf kemudian dianggap sebagai Bapak komunitas muslim dan budaya melayu dari Indonesia di semenanjung selatan benua Afrika itu. “Kaitan budaya itu dilanjutkan oleh Mandela dengan kegemarannya memakai batik. Saya tidak tahu ide dari mana. Kalau tidak salah, ketika Mandela bertemu Pak Harto. Tapi dari situ kita bisa lihat kejeniusan Mandela menempatkan dirinya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan Afrika Selatan lewat batik,” tambah Anis lagi.
Figur Mandela mirip dengan para pendiri bangsa Indonesia. Sebagai anak kepala suku, Mandela bisa saja berkompromi dan menikmati previlese dari status sosialnya. Tapi Mandela memilih untuk berjuang memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan diskriminasi rasial. Ia dipenjara dan hidup sengsara. Sama seperti para pencetus Sumpah Pemuda. “Sebagai kalangan terdidik, para pencetus Sumpah Pemuda 1928 itu bisa saja menjadi birokrat dalam pemerintahan kolonial Belanda dan hidup makmur. Tapi mereka memilih untuk berjuang, memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Ini pelajaran sejarah universal yang kita pelajari dari Mandela,” Sambung Anis lagi
“Kita semua kehilangan Mandela. Dialah tokoh yang dilahirkan oleh sejarah, dunia berduka atas kepergiannya, Warisannya tentang rekonsiliasi dan pemaafan menyumbang kekayaan khazanah demokrasi di dunia,” tutup Anis.
DPD PKS Siak - Download Android App