pkssiak.org - “Qiyadah kita sekarang mewah2″ , “Qiyadah kita sudah jauh dari asholah dakwah” dan banyak lagi umpatan mungkin dan serangan sepihak tanpa cela yg sekarang banyak kita dengar.
Perjalanan Bogor – Bandung via puncak hari Ahad kemarin (24/11), dengan seorang Ustadz yg turut merintis dakwah di daerah priangan, membuat saya takjub dengan cerita – cerita jaman dahulu. Mungkin sudah banyak yg tau cerita2 itu, tapi buat saya berulang kali mendengarkan cerita – cerita awal masa masa dakwah itu tidak menjadi bosan. Tapi ibarat ga mandi, trus mandi, jadi seger pisan (analoginya kenapa mandi ya -__- ).
Dari banyak cerita yg beliau ceritakan, ada satu yg saya takjub. Kadang kita melihat pengemudi truk, pengemudi pick up, sopir bis ekonomi malam, itu orang biasa. Tapi ternyata mereka itu secara tidak langsung, membantu penyebaran dakwah di priangan, maupun di indonesia.
Betapa tidak, kalo kita bayangkan ustadz2 yg merintis itu banyak uang, mungkin itu 1000% jauh dari pikiran kita. Kalo yang pernah ke Bandung dan tau flyover cimindi, ada beberapa yg menggelar lapak jualan di bawah fly over, sampai malam, lapak yg suka kita liat kalo kita jalan ke pasar atau pasar kaget tiap ahad di lapangan GASIBU, tapi ya kaya gitu, tak lupa seminggu sekali halaqoh jadi santapan rohani, jarak bukan menjadi halangan, Ciamis, Tasikmalaya, Subang Halaqohnya di Bandung. Dan Semangat menyebarkan dakwah pun tak ketinggalan, selepas halaqoh, mengisi ta’lim di daerah yg jaraknya bukan hitungan puluhan kilometer, tapi ratusan kilo meter.
Kalau ada motor, mereka boncengan naik motor 2 – 3 hari, krn seringnya ga ada uang untuk beli bensin, ya itu tadi, tebengan TRUK, PICK up jadi santapan biasa tiap minggu atau tiap bulan. Tiap persimpangan truk tidak searah dengan mereka, mereka turun, lalu lanjut naik truk lainnya. bahkan menginap di jalan pun bukan hal yg aneh, kalau mereka tidak dapat bis dan cukup lelah.
Buat saya, mendengarkan cerita itu membuat saya bermuhasabah, bahkan supir truk pun yang mungkin tidak kenal siapa yg menumpang di truknya, punya pahala yg insyaAlloh besar, dengan turut andil dalam membantu menyebarkan risalah islam di bumi priangan. Apalagi kita, yang punya kesempatan tau apa yg para Ustadz itu lakukan, tentu bisa lebih berbuat yg baik untuk dakwah.
Jadi buat saya, kalaupun ustadz ustadz itu hari ini mempunyai harta yg berkecukupan. Itu bukan semerta2 didapatkan dengan jalan yg tidak halal, tapi mereka sudah merintis dakwah dan mencari maisyah yg halal dahulu dr rintisan hanya jualan menggelar lapak kecil2an. Apa yg mereka usahakan dahulu hasilnya hari ini diberikan kepada saya, berupa hidayah, walau secara tidak langsung, dan untuk saya sudah cukup menjadi penyemangat untuk berkontribusi apapun yg bisa saya lakukan.
***
“abi, itu ada tamu, tapi ummi belum masak “
“ini abi cuman tinggal ada uang seribu mi, buat makan kita hari ini sama esok hari”
“iya gpp bi, ummi belanjain untuk tamu kita ya, insyaAlloh esok hari Alloh beri rezeki kepada kita, selama kita masih berdakwah di jalan Alloh, da pasti ku Alloh dikasih jalan sama makan”
( dan si ummi na dikekeupan ku si abi na sambil berkaca kaca )
- kisah seorang ustadz yang hari ini mempunyai perusahaan besar se Nasional -
kira kira begitu cerita yg saya inget, mungkin kurang lebih seperti itu :D….wassalam
*by wicakz | @sayawicakz on twitter
(http://wicakz.wordpress.com/2013/11/25/teman-dakwah-itu-adalah-supir-truk/)