Ini dia Pahlawan Nasional dari Riau
By: Abul Ezz
Minggu, 10 November 2013
0
Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin Sultan Syarif Kasim II |
Sultan Syarif Kasim II merupakan Raja Kesultanan Siak yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Sedangkan Tuanku Tambusai merupakan tokoh Paderi asal Rokan Hulu yang berhasil mengusir Belanda dari wilayah Rokan Hulu.
Mari sejenak kita napak tilasi riwayat perjuangan mereka :
Yang
Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin atau Sultan Syarif Kasim II
(lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 – meninggal di Rumbai,
Pekanbaru, Riau, 23 April 1968 pada umur 74 tahun) adalah sultan ke-12
Kesultanan Siak. Ia dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan
ayahnya Sultan Syarif Hasyim.
Sultan
Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tidak lama setelah proklamasi dia menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian
wilayah Indonesia, dan dia menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden
untuk pemerintah republik (setara dengan 151 juta gulden atau € 69 juta Euro di
tahun 2011). Bersama Sultan Serdang dia juga berusaha membujuk raja-raja di
Sumatera Timur lainnya untuk turut memihak republik.
Tuanku Tambusai |
Tuanku Tambusai lahir di Dalu-dalu, nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau.
Dalu-dalu merupakan salah satu desa pedagang Minangkabau yang didirikan
di tepi sungai Sosah, anak sungai Rokan. Tuanku Tambusai memiliki nama
kecil Muhammad Saleh, yang setelah pulang haji, dipanggilkan orang
Tuanku Haji Muhammad Saleh.
Tuanku Tambusai merupakan anak dari pasangan perantau Minang,
Tuanku Imam Maulana Kali dan Munah. Ayahnya berasal dari nagari Rambah
dan merupakan seorang guru agama Islam. Oleh Raja Tambusai ayahnya
diangkat menjadi imam dan kemudian menikah dengan perempuan setempat.
Ibunya berasal dari nagari Tambusai yang bersuku Kandang Kopuh. Sesuai
dengan tradisi Minang yang matrilineal, suku ini diturunkannya kepada
Tuanku Tambusai. Sewaktu kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri,
termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara.
Gerakan Paderi
Untuk memperdalam ilmu agama, Tuanku Tambusai pergi belajar ke Bonjol dan Rao di Sumatera Barat.
Disana beliau banyak belajar dengan ulama-ulama Islam yang berpaham
Paderi, hingga dia mendapatkan gelar fakih. Ajaran Paderi begitu memikat
dirinya, sehingga ajaran ini disebarkan pula di tanah kelahirannya.
Disini ajarannya dengan cepat diterima luas oleh masyarakat, sehingga ia
banyak mendapatkan pengikut. Semangatnya untuk menyebarkan dan
melakukan pemurnian Islam, mengantarkannya untuk berperang mengislamkan
masyarakat di tanah Batak yang masih banyak menganut pelbegu.
Melawan Belanda
Perjuangannya dimulai di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya dengan
pusat di Benteng Dalu-dalu. Kemudian ia melanjutkan perlawanan ke
wilayah Natal
pada tahun 1823. Tahun 1824, ia memimpin pasukan gabungan Dalu-dalu,
Lubuksikaping, Padanglawas, Angkola, Mandailing, dan Natal untuk melawan
Belanda. Dia sempat menunaikan ibadah haji dan juga diminta oleh Tuanku
Imam Bonjol untuk mempelajari perkembangan Islam di Tanah Arab.
Dalam kurun waktu 15 tahun, Tuanku Tambusai cukup merepotkan pasukan
Belanda, sehingga sering meminta bantuan pasukan dari Batavia.
Berkat kecerdikannya, benteng Belanda Fort Amerongen dapat dihancurkan.
Bonjol yang telah jatuh ke tangan Belanda dapat direbut kembali
walaupun tidak bertahan lama. Tuanku Tambusai tidak saja menghadapi
Belanda, tetapi juga sekaligus pasukan Raja Gedombang (regent Mandailing) dan Tumenggung Kartoredjo, yang berpihak kepada Belanda. Oleh Belanda beliau digelari “De Padrische Tijger van Rokan”
(Harimau Paderi dari Rokan) karena amat sulit dikalahkan, tidak pernah
menyerah, dan tidak mau berdamai dengan Belanda. Keteguhan sikapnya
diperlihatkan dengan menolak ajakan Kolonel Elout untuk berdamai. Pada
tanggal 28 Desember 1838, benteng Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda.
Lewat pintu rahasia, ia meloloskan diri dari kepungan Belanda dan
sekutu-sekutunya. Ia mengungsi dan wafat di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia pada tanggal 12 November 1882.
Karena jasa-jasanya menentang penjajahan Hindia-Belanda, pada tahun 1995 pemerintah mengangkat beliau sebagai pahlawan nasional.
Bangsa yang besar adalah bangsa yg menghargai jasa-jasa Pahlawannya.(def)
Sumber Rujukan : Wikipedia, Tribun News
Bangsa yang besar adalah bangsa yg menghargai jasa-jasa Pahlawannya.(def)
Sumber Rujukan : Wikipedia, Tribun News
DPD PKS Siak - Download Android App