Inspirasi dari Seorang Uwais Al-Qornie
By: Abul Ezz
Kamis, 31 Oktober 2013
0
pkssiak.org - Hari ini kita harus belajar banyak pada Uwais al-Qornie (w. 657 M).
Belajar untuk tetap yakin bahwa Allah SWT pasti akan membalas sekecil
apa pun kebaikan kita, meski sepi dari apresiasi manusia.
Sosok sejarah ini teramat agung di mata Allah dan Rasul-Nya. Buah
keikhlasan dan kesabarannya, Allah SWT menyilahkan sebelum beliau masuk
surga nanti untuk memberi syafaat kepada dua kaumnya dan Nabi
menyebutnya sebagai orang yang sangat terkenal di Langit meski tidak
dikenal di bumi.
Sosok tabi’in mulia ini sebenarnya hidup di masa Rasulullah SAW namun
karena tidak berjumpa dengan beliau, maka bukan berkategori shahabat.
Definisi shahabat dalam Ilmu Hadits adalah mereka yang hidup di masa
Rasulullah SAW, beriman kepadanya dan pernah berjumpa atau melihat meski
sekali wajah Rasulullah SAW.
Uwais, pemuda asal Qaran, Yaman ini hari itu berpamitan kepada ibunya
untuk pergi ke pasar ternak. Ibunya yang sudah sepuh dan lumpuh
memberinya restu.
Di salah satu sudut pasar pemuda bersuku Muraad ini membeli lembu atau
kerbau yang masih kecil. Setelah deal harga, lelaki berwajah belang
karena penyakit sopak ini membawanya pulang dengan memanggulnya.
Hari-hari Uwais yang dikenal sebagai penggembala kambing ini kini
dilaluinya dengan aktivitas yang aneh. Setiap pagi dan sore, Uwais
menggedong lembunya dari rumah menuju bukit yang ia buatkan kandang di
atasnya.
Jelas saja, aktivitas nyeleneh ini hanya menambah daftar cemoohan orang
kepadanya yang memang bagi Uwais sendiri adalah menu akrab sejak
sepeninggal ayahnya, Amir ibn Juz ibn Muraad al-Qairani.
Lebih-lebih setelah dirinya mengidap penyakit sopak yang membelangkan tubuhnya. Panggilan gila sering mampir di telinganya.
Kini sehari-hari Uwais memanggul lembu dari rumah ke bukit. Dinikmatinya
setiap ejekan tetangga, karena dalam benaknya hanya satu; fisik beliau
semakin hari semakin kuat hingga jelang bulan haji ia bisa menggendong
sang ibu untuk berangkat menunaikan rukun Islam kelima di Tanah Bakkah
atau Makkah.
Rupanya ini jawabannya;ia membeli lembu kecil dan lalu memanggulya
setiap hari adalah dalam rangka melatih fisiknya supaya terbiasa dan
kuat saat bulan haji nanti tiba.
Sejak ibunya yang buta dan lumpuh itu menyampaikan hasrat hatinya ingin berangkat haji, Uwais hanya bisa memaku-merenung.
Dirinya bukan orang berpunya; hasil gembala kambing habis hanya untuk
makan dirinya dan ibunya di hari itu. Sementara dirinya teramat ingin
membahagiakan sang ibu. Sehingga tercetuslah ide membeli lembu.
Kini bobot lembu sudah mencapai 100 kg, dan aktivitas nyeleneh ini pun
disudahinya. Dan di pagi itu Uwais merapat kepada sang bunda. “Ibu, mari
kita berangkat haji” “Dengan apa, Nak! Mana ada bekal untuk ke sana.”
Sahut sang ibu dengan raut kaget.
”Mari, Bu. Aku gendong ibu. Perbekalan insya Allah cukup. Jatah makanku selalu aku tabung. Fisik ini insya
Sang ibu hanya bisa memburai air mata. Dan pagi itu Uwais sang anak
shaleh ini menyaruk kaki, melintasi sahara panas dengan menggendong sang
ibu tercinta.
Berminggu-minggu ia lewati perjalanan mission impossible sejauh 600 km ini dengan penuh ikhlas dan sabar.
Sampai akhirnya Ka’bah pun sudah berada persis di depan matanya. Mereka
berdua pun akhirnya berhaji, menyempurnakan keberislaman mereka.
Allahu Akbar. Perjuangan yang berbuah manis. Benarlah janji Allah,
setiap kebaikan sekecil apa pun kebaikan itu pasti akan ada balasannya
dari Allah. Sungguh setiap langkah Uwais telah menggetarkan langit.
Pantaslah para malaikat terkesima dan membalas tasbih tak henti. Bakti
yang luar biasa dan amal kebaikan yang tak bertepi dari Uwais mengangkat
diri beliau sebagai sosok yang sangat masyhur di seantero langit.
Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib pernah diminta Rasulullah untuk
memintakan doa kepada Uwais al-Qornie. Karena doanya tidak berpenghalang
dan pasti diijabah. Bagaimana dengan kita, siapkah belajar kepadanya?
Insya Allah.
DPD PKS Siak - Download Android App