'Izzah Ulama | Teladan Dari Syeikh Sa`id Al-Halaby
By: Abul Ezz
Minggu, 22 September 2013
0
pkssiak.org - Sesungguhnya
keulamaan seseorang tidak sekedar diukur dari banyaknya buku yang telah
dia baca dan pelajari, banyaknya pengikut dan murid yang telah dia
ajari, dan banyaknya karya dan karangan yang dia tulis. Tetapi menurut
Al-Quran, keulamaan seseorang itu diukur dengan tingkat khasy-yah (rasa
takutnya) kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—. Allah—Subhânahu
wata`âlâ—berfirman (yang artinya):
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun." [QS. Fâthir: 28].
Rasa takut kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah membuat ulama itu menjadi izzah, tidak mudah tergoda dengan rayuan dunia, tidak takut dengan ancaman manusia, tidak mengemis dan tidak berlindung di bawah ketiak penguasa yang zhalim. Sikap inilah yang pernah dicontohkan oleh seorang ulama bernama Syeikh Sa`id Al-Halaby.
Suatu hari Ibrahim Pasya bin Muhammad Ali, penguasa zhalim negeri itu masuk ke dalam masjid Al-Amawy di Damaskus. Di dalamnya sedang ada pengajian yang disampaikan oleh Syeikh Sa`id Al-Halaby. Lalu Ibrahim Pasya lewat di samping Syeikh Sa`id Al-Halaby yang kebetulan sedang menjulurkan kakinya. Tetapi dia tidak menarik kakinya dan tidak pula mengubah posisi duduknya. Ibrahim Pasya pun tersinggung dan sangat marah. Lalu dia keluar dari masjid dan di dalam hatinya telah tersimpan niat jahat terhadap Syeikh Sa`id Al-Halaby.
Sesampainya di istana, dia pun telah disambut oleh orang-orang munafik yang menghiasi kebencian itu untuk mencelakai Syeikh Sa`id Al-Halaby yang telah berani berlaku tidak sopan kepada dirinya sebagai penguasa. Orang-orang munafik itu terus memprovokasi Ibrahim Pasya sehingga dia memerintahkan untuk menghadirkan Syeikh Sa`id Al-Halaby dalam keadaan dibelenggu.
Ketika beberapa prajurit akan bergerak untuk meringkus Syeikh Sa`id Al-Halaby, tiba-tiba Ibrahim Pasya berubah pikiran dan mengganti rencananya. Karena dia menyadari bahwa apa pun bentuk gangguan terhadap Syeikh Sa`id Al-Halaby akan membuka pintu-pintu masalah yang sangat sulit untuk ditutup. Kemudian dia mendapat ide baru untuk membalas dendamnya kepada Syeikh Sa`id Al-Halaby, yaitu dengan memberikan sejumlah uang. Kalau Syeikh Sa`id Al-Halaby menerima uang tersebut, maka seolah-olah ia telah menembak dua ekor burung dengan satu peluru. Karena dengan pemberian uang itu dia bisa menjamin loyalitas Syeikh Sa`id Al-Halaby akan beralih kepadanya, dan yang kedua akan menjatuhkan harga diri Syeikh Sa`id Al-Halaby di hadapan kaum muslimin, sehingga Syeikh Sa`id Al-Halaby tidak lagi memiliki pengaruh terhadap mereka.
Kemudian Ibrahim Pasya menunjuk menteri keuangannya untuk menyerahkan uang kepada Syeikh Sa`id Al-Halaby sebesar seribu lira. Jumlah seribu lira adalah jumlah yang sangat menggiurkan ketika itu. Ibrahim Pasya memerintahkan menterinya untuk menyerahkan uang tersebut dihadapan khalayak ramai dan dihadapan para murid Syeikh.
Berangkatlah menteri keuangan tersebut menemui Syeikh Sa`id Al-Halaby yang sedang mengajar di masjid. Setelah mengucapkan salam, sang menteri berkata dengan suara keras dan didengar oleh seorang orang yang ada di situ, "Ini ada uang seribu lira dari raja Ibrahim Pasya yang bisa Anda gunakan memenuhi kebutuhan Anda." Lalu Syeikh Sa`id Al-Halaby memandang kepada menteri itu dengan pandangan penuh iba seraya berkata dengan penuh kelembutan dan ketenangan, "Wahai anakku, bawalah uang itu dan kembalikan kepada raja, dan sampaikan kepadanya bahwa orang yang menjulurkan kakinya tidak akan pernah mau menjulurkan tangannya."
Alangkah izzahnya sikap Syeikh Sa`id Al-Halaby dihadapan penguasa yang mencoba menggodanya dengan sedikit harta. Semoga kita bisa mencontoh sikap ini, dan semoga Allah—Subhânahu wata`âlâ—memperbanyak ulama-ulama rabbani seperti Syeikh Sa`id Al-Halaby di tengah umat ini.
By: Hasan Ibrahim Via Ustadz Zulfi Akmal
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun." [QS. Fâthir: 28].
Rasa takut kepada Allah—Subhânahu wata`âlâ—telah membuat ulama itu menjadi izzah, tidak mudah tergoda dengan rayuan dunia, tidak takut dengan ancaman manusia, tidak mengemis dan tidak berlindung di bawah ketiak penguasa yang zhalim. Sikap inilah yang pernah dicontohkan oleh seorang ulama bernama Syeikh Sa`id Al-Halaby.
Suatu hari Ibrahim Pasya bin Muhammad Ali, penguasa zhalim negeri itu masuk ke dalam masjid Al-Amawy di Damaskus. Di dalamnya sedang ada pengajian yang disampaikan oleh Syeikh Sa`id Al-Halaby. Lalu Ibrahim Pasya lewat di samping Syeikh Sa`id Al-Halaby yang kebetulan sedang menjulurkan kakinya. Tetapi dia tidak menarik kakinya dan tidak pula mengubah posisi duduknya. Ibrahim Pasya pun tersinggung dan sangat marah. Lalu dia keluar dari masjid dan di dalam hatinya telah tersimpan niat jahat terhadap Syeikh Sa`id Al-Halaby.
Sesampainya di istana, dia pun telah disambut oleh orang-orang munafik yang menghiasi kebencian itu untuk mencelakai Syeikh Sa`id Al-Halaby yang telah berani berlaku tidak sopan kepada dirinya sebagai penguasa. Orang-orang munafik itu terus memprovokasi Ibrahim Pasya sehingga dia memerintahkan untuk menghadirkan Syeikh Sa`id Al-Halaby dalam keadaan dibelenggu.
Ketika beberapa prajurit akan bergerak untuk meringkus Syeikh Sa`id Al-Halaby, tiba-tiba Ibrahim Pasya berubah pikiran dan mengganti rencananya. Karena dia menyadari bahwa apa pun bentuk gangguan terhadap Syeikh Sa`id Al-Halaby akan membuka pintu-pintu masalah yang sangat sulit untuk ditutup. Kemudian dia mendapat ide baru untuk membalas dendamnya kepada Syeikh Sa`id Al-Halaby, yaitu dengan memberikan sejumlah uang. Kalau Syeikh Sa`id Al-Halaby menerima uang tersebut, maka seolah-olah ia telah menembak dua ekor burung dengan satu peluru. Karena dengan pemberian uang itu dia bisa menjamin loyalitas Syeikh Sa`id Al-Halaby akan beralih kepadanya, dan yang kedua akan menjatuhkan harga diri Syeikh Sa`id Al-Halaby di hadapan kaum muslimin, sehingga Syeikh Sa`id Al-Halaby tidak lagi memiliki pengaruh terhadap mereka.
Kemudian Ibrahim Pasya menunjuk menteri keuangannya untuk menyerahkan uang kepada Syeikh Sa`id Al-Halaby sebesar seribu lira. Jumlah seribu lira adalah jumlah yang sangat menggiurkan ketika itu. Ibrahim Pasya memerintahkan menterinya untuk menyerahkan uang tersebut dihadapan khalayak ramai dan dihadapan para murid Syeikh.
Berangkatlah menteri keuangan tersebut menemui Syeikh Sa`id Al-Halaby yang sedang mengajar di masjid. Setelah mengucapkan salam, sang menteri berkata dengan suara keras dan didengar oleh seorang orang yang ada di situ, "Ini ada uang seribu lira dari raja Ibrahim Pasya yang bisa Anda gunakan memenuhi kebutuhan Anda." Lalu Syeikh Sa`id Al-Halaby memandang kepada menteri itu dengan pandangan penuh iba seraya berkata dengan penuh kelembutan dan ketenangan, "Wahai anakku, bawalah uang itu dan kembalikan kepada raja, dan sampaikan kepadanya bahwa orang yang menjulurkan kakinya tidak akan pernah mau menjulurkan tangannya."
Alangkah izzahnya sikap Syeikh Sa`id Al-Halaby dihadapan penguasa yang mencoba menggodanya dengan sedikit harta. Semoga kita bisa mencontoh sikap ini, dan semoga Allah—Subhânahu wata`âlâ—memperbanyak ulama-ulama rabbani seperti Syeikh Sa`id Al-Halaby di tengah umat ini.
By: Hasan Ibrahim Via Ustadz Zulfi Akmal
DPD PKS Siak - Download Android App