pkssiak.org -
Oleh Abdullah Haidir
Riyadh
(1) Dua hal yg sangat mendasar dalam beragama.... istimroriyah (kontinyuitas) dan tawazun (keseimbangan).
(2) Istimroriyah (kontinyuitas) berbicara ttg konsistensi, daya tahan dan kesiapan menghadapi cobaan.
(3) Sedangkan tawazun (keseimbangan) berbicara tentang pemahaman, kendali diri dan proporsionalitas.
(4) Hal ini karena beragama bukan semata masalah emosi, juga bukan semata masalah intelektual.
(5) Beragama adalah sebuah keyakinan yang diwujudkan dalam amal yang berimbang, terus dijaga hingga ajal menjelang.
(6) Istimroriyah, dlm bhs syariat disebut dg istiqamah ... konsistensi. Disini kt berbicara ttg kesungguhnya berprinsip.
(7) Istimroriyah terkait erat dg konsep Khusnul Khatimah. Sabda Nabi, penilaian amal ada di akhir (Shahih Ibnu Hibban).
(8) Dalam Al-Quran, jg telah dipesan; "Jangan mati kecuali dlm keadaan Islam.." (QS. Ali Imran: 102).
(9) Itu berarti perintah utk menjaga iman dan amal sampai detik2 terakhir. Krn tdk ada satupun dri kt yg tahu kapan kemtian kan datang.
(10) Menjaga istimroriyah memiliki tantangan tersendiri, karena manusia memiliki sifat bosan.
(11) Karenanya Allah sangat mencintai perbuatan yg istimror (kontinyu) walau sedikit (Muttafaq alaih).
(12) Dalam banyak hal, keberhasilan dan kegagalan kita lbih ditentukan oleh istimroriyah atau tidak tidaknya dibanding faktor lainnya.
(13) Dakwah, ngaji, belajar, menggelar program, dll... sangat beda tentu saja hasilnya antara yg istimror dg yg tidak.
(14) Dlm dakwah misalnya, kt sering terpesona dg semangt luar biasa, dan jumlah besar. namun seringkali hanya sesaat saja.
(15) Semntara yg menggelar pengajian bertahun-tahn secara kontinyu dan dihadiri beberpa puluh atau gelintir org saja, sering tdk dianggap.
(16) Padahl justeru dari sana biasanya lahir para ulama, pemikir dan bahkan pemimpin nasional hingga internasional.
(17) Istimroriyah memang mahal, dia butuh orang yang besar hatinya utk menapaki jalan dg tekun dn tidak terombang ambing kesana kemari.
(18) Karena sehebat apapun sebuah idiologi, program, cita2, kalau tidak istimror menjalaninya, dia kan percuma.
(19) Kita coba bicara ttg tawazun... keseimbangan... dlm bhs Al-Quran disebut 'adil'.
(20) Adil bukan sama rata sama rasa... hal itu, pada taraf tertentu justeru zalim... adil adalah menemptkan sesuatu pada tempatnya.
(21) Nah, beragama menuntut kita utk seimbang, artinya harus memenuhi segala kebutuhan sesuai proporsinya.
(22) Kebutuhan rohani, materi, lahir, batin, harta, jiwa, tauhid, akhlak, sosial, individu, keluarga, masyrakat, dll.
(23) Keseimbangan di sini artinya bukan dlm taraf minimal... yg penting ada.. tapi dlm taraf maksimal... masing2 terpnuhi scara maksimal.
(24) Rasulullah saw, di tengah kelurga; org terbaik, dlm pemerintahan; kepla negara utama, dlm medan tempur; komandan, dlm ibadah; jgn ditanya.
(25) Dalam sosial; semua senang, dlm bertutur kata; tak ada dusta dan menyakiti; Dalam tauhid; Emang itu misi utamanya.
(26) Pendek kata... tawazun disini adalah pemenuhan secara proporsional serta maksimal setiap kebutuhan yg ada.
(27) Disinilah kita sering tersandung... asyik belajar, lupa kebutuhan rohani, lupa cari materi, bahkan ada yg lupa 'cari isteri' :)
(28) Ada yg asyik bekerja... abai dg intelektualnya, acuh dg sosialnya, tak peduli ibadahnya, apalagi dakwahya.
(29) Ada yg semangat berzikir... tak mau berpikir, janjinya sering mangkir, sadaqahnya kikir, diajak berpolitik dia bilang.. mau pikir-pikir.
(30) Ada yg mantap ajakan tauhidnya... tapi lisannya tajam, sikapnya seram, terhadap saudara bawaannya selalu geram.
(31) Dlm beberapa riwyat Rasulullah saw menegur sikap beberapa shahabat yg tdk adil... walau sang shahabt melakukannya dg semngt agama.
(32) Ingat hadits muttafaq alaih ttg tiga org shahabt.. setlah mendaptkan info dari Aisyah bgaiman ibadah Nabi saw.
(33) Yg satu bilng, akan puasa trus, yg satu bilang akan bangun mlam trus, yg satu bilng ga mau nikah.
(34) Ketika tahu, justeru Nabi saw tegur mrk. Dia katakan, sy org paling bertakwa dan plng takut (Allah), saya puasa tp berbuka.
(35) Saya shalat malam tp tidur.. sya juga mnikahi wanita.... Lalu Nbi tutup dg ucapan "Siapa yg tdk suka sunahku, dia bukan golonganku.."
(36) Sayangnya ucapn ini sering dikutp utk urusn nikah saja.. mestinya juga dipahami bahwa selain puasa, berbuka juga sunah,
(37) Selain shalat malam, tidur juga sunah... karena disana terdapat tawazun, pemenuhan terhada hak2 yg harus dipenuhi.
(38) Seperti istimroriyah... tawazun juga berat.. karena kita sering subyektif melihat.. dan cenderung mengikuti nafsu.
(39) Ini juga salah satu pintu setan dlm menyesatkan.. menghilangkan tawazun.. buat org tertentu, tdk digoda utk tidak shalat atau berzikir.
(40) Tapi digoda agar dg shalat dan zikirnya, membuat yg lain terbengkalai... tidak tawazun... buat yg lain, sebaliknya.
(41) Terapi tawazun adalah, memahami Islam secara integral dan terus menerus mengamalkannya secara integral pula... Syamil gitu loh.
(42) Adapula tambahannya... jangan pernah berhenti belajar dan memahami... bisa jadi awalnya tawazun, namun dlm perjalannya ada penympangan.
(43) Atau utk suatu masa proporsi pemenuhan thd sesuatu sudah tepat, pada masa lainnya sudah tdk cocok proporsinya.
(44) Antara istimroriyah (kontinyuitas) dan tawazun (keseimbangan) harus beriringan. Tidak boleh yg satu mengalhkan yg lain.
(45) Istimror tapi tidak tawazun atau tawazun tapi tidak istimroh... keduanya tiada guna.
(46) Justeru keduanya saling melengkapi.. istimror akar mudah tercipta kalau seseorang tawazun dan tawazun akan tampak hasilnya kalau istimror.
(47) Sebab tawazun adalah fitrah.. sesuatu yg fitrah, lebih mudah dan lebih mampu bertahan utk diteruskan.
(48) Tawazun, walau lambat, terkesan tdk bombastis, dia akan tampak yg paling berkilauan di kemudian hari. sekian.