pkssiak.org, JAKARTA - Kekejaman militer Mesir terhadap warga pendukung Mohammad Mursi masih terus berlangsung. Sejak peristiwa penyerangan jamaah salat Subuh pada Juli lalu, operasi pembersihan kamp-kamp pendukung anti-kudeta di lapangan Rabiah Al Adawiyah dan Nahda Square pada Rabu (14/8) hingga Jumat (16/8) kemarin, sudah ribuan warga Mesir tewas. Sementara puluhan ribu lainnya terluka. Di antara korban, banyak terdapat perempuan dan anak-anak.
Ketua Bidang Perempuan DPP PKS, Anis Byarwati mengatakan pembantaian yang dilakukan rezim ad interim Mesir dengan dukungan militer telah nyata-nyata melanggar Deklarasi Universal PBB tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR).
"Pasal 9 Konvensi tersebut menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadi. Tidak seorang pun dapat ditahan atau ditangkap secara sewenang-wenang," ujar Anis di Jakarta, Sabtu (17/8/2013).
Anis mengatakan tindakan militer Mesir sudah melewati batas hukum deklarasi ICCPR tersebut. Militer Mesir tidak sekedar menangkap, tapi juga membantai warganegara yang sedang menyampaikan aspirasinya dengan damai.
"Manusia manapun yang memiliki hati pasti tersentuh dan mengutuk perbuatan keji dan tidak beradab tersebut, tindakan kejam tersebut jelas dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki hati," jelasnya.
Menurutnya, tindakan militer Mesir sangat menodai prinsip demokrasi. Para pendukung Morsi melakukan unjuk rasa dengan damai untuk mengembalikan otoritas Morsi yang telah dicabut paksa, padahal Morsi dipilih dengan legitimasi dari rakyat. Protes yang dilakukan pendukung Morsi adalah bagian dari demokrasi itu sendiri. Pendukung Morsi tidak melakukan tindakan anarkis, mereka melakukan aksi dengan damai sehingga sangat tidak layak jika direspons dengan kekejaman yang sangat brutal oleh miiter Mesir.
Secara kemanusiaan, tambah Anis, tindakan militer Mesir sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Apalagi ada banyak perempuan dan anak-anak di dua lokasi demonstrasi tersebut. Namun militer Mesir tidak peduli.
"Alih-alih memberikan perlindungan pada perempuan dan anak-anak, justru sebaliknya, pembantaian dilakukan dengan membabi buta," cetusnya.
Pemerintah Mesir menyebutkan jumlah korban tewas akibat serangan militer itu hanya mencapai 600 orang. Sementara sekitar 5000 lainnya terluka. Namun Ikhwanul Muslimin menyebutkan angka korban yang tewas lebih banyak dari yang dilansir pemerintah. Jumlah korban tewas mencapai 2600 orang, sementara sekitar 15.000 lainnya terluka.
Bahkan masjid-masjid di Kairo kini menjadi tempat penampungan sementara mayat-mayat korban militer Mesir. Jumlah mereka mencapai ratusan. Banyak korban yang sulit teridentifikasi karena mengalami luka bakar parah.
Korban semakin bertambah setelah militer Mesir menembaki dari udara massa yang melakukan unjuk rasa damai di Kairo usai Salat Jumat kemarin.