Pernikahan Aktivis Dakwah
By: Abul Ezz
Sabtu, 10 Agustus 2013
0
pkssiak.org -
"Seorang Ikhwan menarik nafas panjang setelah membaca SMS dari Murobbi nya bahwa proses Ta'arufnya tidak bisa dilanjutkan, alasanya kurang Sekufu"
Apa yang terjadi
pada Ikhwan tersebut boleh jadi menimpa pada Ikhwan lainya yang sangat
sulitnya mencari pasangan hidupnya dalam sebuah ikatan suci bernama
pernikahan. Salah satu penyebab yang menjadi sebuah batu sandungan
adalah masalah sekufu. Sekufu disini mempunyai makna sepadan dan
menyerupai antara kedua calon mempelai, baik dari segi agama, keluarga
(suku), profesi, pendidikan atau strata ekonomi dan aspek-aspek lainya
yang terkadang tidak bisa di definisikan secara hitam putih formula.
Pada dasarnya dalam sebuah proses hubungan antara Ikhwan Akhwat mempunyai 3 tipe:
- Ikhwan Akhwat cocok, namun tidak jodoh
- Ikhwan Akhwat tidak cocok, namun jodoh
- Ikhwan Akhwat cocok dan juga jodoh
Semua pihak pasti
selalu berharap akan idealitas sebuah kehidupan dengan memilih kategori
ketiga, namun Alloh mempunyai rahasia yang jauh lebih Mashlahat bila
dibanding analisa berfikir makluknya yang terkadang hanya mengedepankan
hawa keduniawian.
Hal yang menarik
untuk dilakukan perenungan adalah bagaimana bila kita termasuk dalam
kategori yang kedua, yakni sebenarnya tidak cocok, namun atas izin Alloh
akhirnya bisa berlangsung sebuah perkawinan. Ketidak cocokan disini
mencakup berbagai hal, mulai dari masalah gaya komunikasi yang bertolak
belakang atau mungkin kebiasaan yang selalu bersebrangan. Berbagai
masalah tersebut menjadi semakin mengkhawatirkan sebuah bahtera
perkawinan bila tidak cepat disadari untuk sama-sama mencari solusi.
Jangan sampai keluarga Ikhwan Akhwat yang berlabel aktivis dakwah
menghiasi hidup pernikahanya dengan akhir yang sangat mempilukan dan
dibenci Alloh, yakni perceraian, Na'udzu billah.
Sesuatu yang
terkadang salah dalam benak berfikir keluarga Aktivis dakwah adalah
menggunakan konsep : "Husnudzon yang Salah". Sehingga pada akhirnya,
selalu berhusnudzon bahwa pasangan kita pasti akan selalu mengerti apa
kekurangan kita.
Padahal semestinya
yang digunakan adalah istilah " Saling Memberikan Pengorbanan", meskipun
terkesan berlebihan, atau istilah gaulnya LEBAY, namun hal inilah yang
benar-benar harus di camkan oleh semua keluarga aktivis dakwah. Seorang
suami harus mampu menutupi lobang-lobang kelemahan yang dimiliki
istrinya, demikian pula seorang Istri harus siap menjadi solusi atas
permasalahan yang dihadapi sang suami yang sebenarnya disebabkan oleh
kelemahan diri suami itu sendiri.
Akhinya menjadi pertanyaan besar yang harus benar-benar mampu di jawab oleh pasangan para aktivis dakwah yang sudah berkeluarga:
- Sejauh manakah kita kenal dengan pasangan kita?
- Masih kah ada kesan JaIm(Jaga Image) yang berkepanjangan?
- Apakah sudah sesuai impian dan visi dimasa lalu dengan kekinian di keluarga?
- Bagaimanakah peranan masing-masing posisi, apakah masih ada kepincangan?
Dengan berbekal
keempat pertanyaan tersebut dan sekaligus menjawab serta mencari
solusinya, maka dengan penuh optimistik kita sama-sama bermunajat
kehadirat Alloh Semoga keluarga-keluarga para aktivis dakwah yang
dibangun dengan semangat Illahiyah tetap terjaga Originalitasnya dalam
satu rel dan selalu diberi kemampuan untuk mengikis habis potensi -
potensi yang bisa meledak kapan saja yang disebabkan oleh egoisme
pribadi sebagai manusia yang selalu ingin di mengerti, bukan ingin
selalu berkorban bagi pasangan kita.
wallohu 'alam.
Sumber: Islamedia
DPD PKS Siak - Download Android App