Sabar Bagian dari Keimanan | By: @Bang_Irel
By: Abul Ezz
Kamis, 25 Juli 2013
0
Secara istilah sabar di dalam Alquran berarti menahan diri atas sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Sebagaimana di dalam firman Allah di dalam Surat Ar-Ra’du ayat 22: "dan orang-orang yang bersabar karena mengharap ridha Rabb mereka".
Sedemikian pentingnya kata sabar, Alquran, menggunakan kata sabar sedikitnya di 90 tempat. Bahkan Abu Thalib al-Makky, di dalam 'Qutu al-Qulub' mengatakan, "Kami tidak mengetahui sesuatu yang disebutkan oleh Allah SWT sebanyak ini kecuali kata sabar". Maka cukuplah Allah SWT di dalam Alquran menjadi saksi tentang pentingnya sabar di dalam kehidupan manusia, terlebih bagi orang-orang yang beriman, seperti tertuang di dalam Alquran surat Ali Imran ayat 200 yang merupakan ayat terakhir dari surat tersebut.
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu …"
Bahkan yang juga menarik adalah di saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan ayat yang memerintah orang-orang beriman untuk bersabar dan menguatkan kesabaran (mushabarah) ini sebagai ayat terakhir di saat beliau shalat malam yang diikuti oleh salah seorang sahabat bernama Abu Abdullah Hudzaifah bin Al-Yamani ra setelah Rasulullah membaca Al-Fatihah, Al-Baqarah, dan An-Nisa dan diakhiri dengan Ali Imran di satu rakaat yang panjang tersebut. Sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Muslim dalam kitab Sahih Muslim.
"Dari Abu Abdullah Hudzaifah bin Al-Yamani radhiyallahu anhuma ia berkata, 'Suatu malam saya shalat bersama Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam. Sesudah membaca Al-Fatihah beliau membaca Al-Baqarah, hati kecil saya berkata 'Mungkin beliau akan ruku' setelah seratus ayat', tetapi beliau meneruskannya, kemudian hati kecilku mengatakan lagi 'Mungkin beliu akan menyelesaikannya dalam satu rakaat', tetapi beliau tetap meneruskannya, kemudian hati kecil saya mengatakan lagi 'Beliau mungkin akan ruku' setelah selesai', tetapi beliau membaca lagi surat An-Nisa hingga selesai, kemudian membaca lagi surat Ali 'Imran hingga selesai. Beliau membacanya dengan tartil, jika menemukan ayat tasbih beliau membaca tasbih, jika menemukan ayat permohonan beliau memohon, jika menemukan ayat perlindungan beliau berlindung, kemudian beliau ruku' dan membaca 'Subhana Rabbiyal Azhim' yang lamanya hampir sama dengan berdirinya, kemudia beliau bangkit dari ruku' dan mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah' dan kemudian beliau berdiri lama hampir seperti ruku'nya, kemudian beliau sujud dan mengucapkan 'Subhana Rabbiyal A'la', lama sujudnya hampir sama dengan berdirinya."
Sungguh ayat di akhir surat Ali Imran tersebut benar-benar telah menjadi hal yang menguatkan kesabaran bagi Hudzaifah untuk tetap bersama Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa sallam.
Perhatian para ulama tentang sabar juga menampakkan bahwa sabar adalah suatu hal yang sangat penting. Di antara mereka ada Imam Al-Ghazali yang membagi sabar menjadi dua macam. Salah satunya bersifat badani/fisik (Ash-Sabru l-Jasadi). Seperti menanggung beban dengan badan dan teguh terhadapnya; mungkin berupa perbuatan-perbuatan yang berat; atau berupa ibadah dan lain sebagainya; atau bersabar atas pukulan yang berat, sakit yang kronis dan luka-luka yang menyakitkan. Maka yang demikian itu akan menjadi sangat terpuji jika sesuai dengan syariat. Tetapi yang lebih terpuji dan lebih sempurna adalah bentuk sabar yang kedua yakni kesabaran moral (Ash-Sabru n-Nafsi) yang bersifat non fisik dari syahwat-syahwat naluri dan tuntutan-tuntunan hawa nafsu. Bentuk kesebaran non fisik ini beraneka ragam dan masing-masing memiliki nama khusus selain dari kata sabar yang merupakan nama umumnya. Di antaranya adalah:
1. Iffah yaitu menahan diri (sabar) dari dorongan syahwat perut dan kemaluan.
2. Hilmu yakni mengekang kemarahan dan kemurkaan. Kebalikannya adalah Tadzammur (emosional).
3. Syaja’ah yakni sabar di dalam peperangan dan (berani) bertahan di medan pertempuran. Kebalikannya adalah Jubnu (pengecut).
4. Zuhud yaitu sabar dalam kelebihan limpahan harta dunia. Kebalikannya adalah Al-Hirsu (serakah).
5. Qona’ah yakni sabar terhadap bagian yang tidak banyak. Kebalikannya adalah tamak.
Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar ini. Karena itu, suatu ketika Rasulullah ditanya tentang iman, maka beliau menjawab "Iman adalah sabar", sebab sabar merupakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak dan paling penting.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menghimpun semua bagian tersebut dan menamakan seluruhnya dengan sabar, sebagaimana dalam firman-Nya di surat Al-Baqarah ayat 117 yang artinya “… dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.”
Abu Thalib Al-Makky menambahkan, “Ketahuilah bahwa sabar itu kunci untuk masuk surga dan keselamatan dari neraka, karena telah dinyatakan di dalam hadits: “Surga itu dikelilingi hal-hal yang tidak disukai, dan neraka dikelilingi oleh syahwat”. Karena itu seorang mukmin memerlukan kesabaran terhadap hal-hal yang tidak disukai agar dapat masuk surga, dan kesabaran terhadap syahwat agar selamat dari neraka. Bahkan mengingat pentingnya sabar sehingga Ibnul Qoyyim, dalam Madariju s-Salikin menyebutkan bahwa sabar itu wajib menurut kesepakatan umat.
Karena itu sudah sepantasnya bagi kita untuk menjadikan sabar sebagai hal yang sangat kita pentingkan dan mendesak (urgent) di dalam memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana diperintahkan oleh Allah kepada orang-orang beriman di dalam Surat Al-Baqarah ayat 153 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang sabar. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
*Cendekiawan muslim dan tokoh Jakarta
(detikRamadhan.com)
DPD PKS Siak - Download Android App