Puasa vs Laju Inflasi | By: Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno
By: Abul Ezz
Selasa, 09 Juli 2013
0
Oleh: Irwan Prayitno (Gubernur Sumbar)
pkssiak.org - Kita tentu sedih dan sedikit tersentak dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok serta kebutuhan sehari-hari pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Harga barang-barang tersebut sontak meningkat tajam. Hal serupa sebenarnya selalu terjadi setiap tahun di saat menjelang memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Namun tahun ini porsinya lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena bersamaan dengan peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Beban tersebut tentu makin dirasakan masyarakat, karena juga bersamaan dengan datangnya tahun ajaran baru. Para orangtua harus mengeluarkan biaya ekstra untuk biaya anak masuk sekolah atau kuliah, mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Para orangtua juga harus menyisihkan sejumlah uang untuk beli buku, peralatan dan seragam sekolah.
Fenomena anomali
tersebut memang selalu terjadi setiap tahun selama bulan Ramadhan
(puasa). Di saat Allah menganjurkan kita untuk berpuasa, di saat kita
hanya diperbolehkan makan dan minum di malam hari, justru pengeluaran
keluarga di bulan puasa malah meningkat. Kaum ibu makin mengeluh, karena
uang belanja sehari-hari tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari selama bulan Ramadhan.
Apa yang terjadi?
Berdasarkan pengamatan lapangan, memang biasa terjadi penurunan jumlah
penjualan beras selama bulan Ramadhan, karena umumnya masyarakat
berpuasa. Namun terjadi kenaikan untuk membeli bahan makanan lain.
Anggaran lauk pauk justru meningkat, anggaran untuk membeli
“pabukoan” yang di hari-hari biasa tidak ada, di bulan puasa justru
tinggi secara signifikan.
Maka makin
pusinglah para ibu-ibu mengatur uang belanja dapurnya. Di sisi lain,
otomatis berlaku hukum ekonomi. Jika permintaan meningkat, sementara
persediaan barang terbatas, maka harga otomatis juga akan meningkat.
Kondisi ini seperti bak kata pepatah: sudah jatuh ditimpa tangga. Harga
barang-barang naik mengikuti kenaikan harga BBM, ditambah lagi dengan
meningkatnya permintaan konsumen “menyambut” bulan puasa. Maka laju
inflasi makin menjadi-jadi.
Lalu apa solusinya?
Solusi yang termudah yang bisa kita lakukan saat ini adalah kembali ke
konsep dasar puasa. Puasa kunci dasarnya adalah mengendalikan hawa
napsu, mengendalikan sikap dan perilaku, serta meningkatkan ibadah.
Dengan mengendalikan hawa nafsu, terutama makan dan minum, insya Allah kita
bisa mengendalikan membengkaknya kebutuhan belanja di bulan puasa
dan pada akhirnya mampu menekan gejolak harga pasar dan pada akhirnya
mampu menekan laju inflasi.
Fenomena bulan
puasa yang terjadi selama ini sebaiknya perlu dikoreksi. Puasa tidak
lagi sekadar mengurangi konsumsi beras, namun meningkatkan konsumsi
bahan makanan lain yang harga jualnya justru jauh lebih tinggi. Kita
bisa memilih bahan makanan yang lebih murah, namun tetap bisa memenuhi
kebutuhan gizi terutama energi yang dibutuhkan.
Kebahagiaan bukan
terletak pada banyaknya harta yang dimiliki dan banyak serta mewahnya
makanan yang kita makan. Banyak orang yang kaya raya dan hartanya
berlimpah, tapi mereka tidak bahagia. Banyak juga orang yang menderita
berbagai penyakit, karena makan makanan serba mewah dan berlebihan. Di
situlah letak pentingnya pengendalian diri, memperbanyak ibadah
(selama bulan puasa) yang membuat jiwa selalu merasa tenang dan tentram.
Itulah hikmah berpuasa.
Setiap masalah
pasti ada jalan keluarnya. Allah akan menunjukkan berbagai jalan
(subula) bagi orang-orang yang sabar dan bertakwa. (*)
Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
Gubernur Sumbar
Padang Ekspres 9 Juli 2013
DPD PKS Siak - Download Android App