Perang Hunain
By: Abul Ezz
Sabtu, 27 Juli 2013
0
pkssiak.org - Ketika pembukaan kota suci Mekah Al-Mukarramah, setelah Nabi Muhammad SAW dan muslimin menguasai penuh kota tersebut, yaitu sekitar 15 hari kemudian (awal Syawal), baginda menyusun pasukan dengan jumlah 12.000 tentara. Rasulullah SAW memimpin sendiri pasukan tentera untuk mendepani kabilah Hawazin dan Tsaqif, yang memberontak kepada baginda.
Jumlah
pasukan muslimin sedemikian besar karena setelah penduduk Mekah
menyatakan menerima Islam, bergabunglah kaum pemuda Mekah yang baru
memeluk Islam ke dalam tentara muslimin. Bahkan jumlah besar pasukan ini
sempat menimbulkan kebanggaan di kalangan muslimin sehingga mereka
sempat melalaikan peranan dan pertolongan Allah swt, dan menganggap
remeh musuh yang bakal mereka hadapi.
Keadaan mereka inilah yang disinggung di dalam Al-Quran Surat At-Taubah Ayat 25, sebagai berikut: “Allah
telah menolong kalian dalam banyak medan pertempuran, dan dalam perang
Hunain, ketika kalian merasa bangga dengan jumah kalian yang besar,
tetapi hal itu tidak berguna apa pun bagi kalian. Dan bumi pun menjadi
sempit bagi kalian, padahal ia luas, kemudian kalian melarikan diri dari
medan perang.”
Secara
singkat peristiwa perang Hunain itu, sebagaimana disebutkan dalam
berbagai kitab sejarah, terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama,
tentara muslimin menghadapi kekalahan karena tipu daya dan taktik perang
yang digunakan oleh musuh. Sementara sebagaimana disinggung oleh Ayat
tersebut di atas, pasukan muslimin kurang waspada karena mereka merasa
bangga dan hanya menyandarkan kekuatan serta jumlah pasukan yang besar.
Pada tahap
pertama, pasukan muslimin dari Bani Sulaim di bawah pimpinan Khalid bin
Walid, yang pertama kali masuk ke daerah lawan, terjebak dalam serangan
mendadak oleh musuh yang bersembunyi di atas bukit yang kemudian
melempari pasukan muslimin dengan batu, anak panah dan tombak. Akibat
serangan mendadak ini jatuh korban jiwa dan luka dari pasukan muslimin,
sehingga mereka kelam kabut lalu melarikan diri.
Adalah
diriwayatkan ramai sahabat yang melarikan diri kerana takut dan
sebagainya, hingga hanya tinggal beberapa orang yaitu Saidina Ali, Abbas
bin Abdulmuttalib, Saidina Abbas, Aqueel (saudara kandung Saidina Ali),
Abdullah Ibn Zubair, Zubair Ibn Awam, Usman Ibn Zaid dan Abu Sufian
Ibnul Harris. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, dalam
Sahih Bukhari, Bab 17, halaman 50 hatta sahabat-sahabat utama pun
meninggalkan medan perang termasuklah Umar.
Melihat
kekacauan pasukan muslimin tersebut Rasulullah SAW memerintahkan Abbas
bin Abdulmuttalib untuk menyeru mereka agar mereka yang melarikan diri
itu kembali kepada beliau. Mendengar teriakan Saidina Abbas tersebut,
kembali tumbuh semangat di hati mereka, lalu mereka pun kembali ke pada
Nabi. Dengan demikian Rasul pun dapat menyusun lagi kekuatan,lalu
menyerang posisi musuh.
Serangan
balasan pasukan muslimin ini berhasil menimpakan korban dan kerugian
cukup besar di pihak lawan sehingga memaksa mereka lari meninggalkan
posisi mereka. Mereka juga meninggalkan banyak bekal dan peralatan
perang, juga wanita dan anak-anak mereka yang tadinya sengaja disertakan
bersama mereka untuk membangkitkan semangat tempur.
Diketahui
kemudian bahwa meletakkan anak isteri di belakang pasukan yang
bertempur, merupakan taktik kabilah Hawazin, dan kabilah Arab lain,
untuk membangkitkan semangat tempur dan mencegah mereka melarikan diri
dari medan perang. Akibatnya, ketika pada akhirnya mereka lari
meninggalkan medan perang, maka kaum wanita dan anak-anak ini tertinggal
sehingga menjadi tawanan. Pada perang kali ini pun, secara keseluruhan,
pasukan muslimin menawan sebanyak enam ribu orang dari pihak musuh,
selain rampasan perang lain berupa hewan ternak dan peralatan perang,
serta emas perak sebanyak lebih dari 3300 kilogram.
Sedangkan
dari pasukan muslimin, banyak yang syahid dan sejumlah lainnya cedera.
Setelah kabilah Hawazin mengalami kekalahan, Rasul pun mempersiapkan
pasukannya untuk memerangi kabilah Tsaqif, yang bersama-sama kabilah
Hawazin memerangi muslimin. Kabilah Tsaqif, setelah mengalami kekalahan,
maka kabilah Tsaqif yang membantu Hawazin pun lari menuju ke kampung
halaman mereka di Thaif. Mereka bersembunyi di balik benteng-benteng
mereka yang terkenal kukuh dengan dinding-dinding yang tinggi.
Bersembunyi di balik benteng-bentengnya ini, mereka melempari dengan
batu dan memanahi pasukan muslimin, sehingga tidak dapat menghampiri ke
arah mereka.
Kemudian
Saidina Salman Al-Farisi, mengusulkan teknologi tinggi Iran (Parsi) agar
membuat “manjaniq”, meriam kuno untuk melemparkan batu berukuran besar
ke jarak yang jauh. Disebutkan dalam sejarah bahwa Salman sendirilah,
dibantu oleh yang lain, yang membuat manjaniq ini, dan mengajarkan
kepada muslimin cara-cara penggunaannya. Akan tetapi hal itu pun tidak
mendatangkan banyak kemajuan bagi pasukan muslimin, karena kabilah
Tsaqif masih tetap bertahan di dalam benteng dan di balik pintu-pintu
gerbang.
Pasukan
muslimin tetap hanya dapat mengepung tanpa hasil apa pun, dan hal itu
berlangsung selama berhari-hari. Berbagai-bagai taktik telah dilakukan
oleh Rasulullah SAW untuk membuat kabilah Tsaqif menyerah. Di antara
taktik baginda itu ialah mengeluarkan pengumuman, barang siapa yang
menyerahkan diri kepada baginda, maka orang itu akan dibebaskan dan
tidak akan ditawan.
Penyataan
Rasul yang demikian ini berpengaruh pada sebagian pasukan kabilah
Tsaqif, yang keluar dari benteng dan menyerahkan diri kepada Rasulullah.
Menerusi
mereka yang baru menyerah inilah Rasul mendapat maklumat tentang keadaan
di dalam benteng. Mereka mengatakan bahwa pihak musuh memiliki bekal
yang sangat banyak sehingga akan mampu bertahan meskipun dikepung selama
satu tahun. Untuk itulah, dan atas dasar berbagai pertimbangan, Rasul
memerintahkan agar pasukannya meninggalkan medan perang.
Beberapa alasan Rasul meninggalkan medan perang tersebut ialah:
Beberapa alasan Rasul meninggalkan medan perang tersebut ialah:
- Tidak ada kemajuan yang diperoleh karena kabilah Tsaqif dan beberapa suku Arab lain yang membantunya, hanya bersembunyi di balik benteng.
- Pasukan muslimin sudah lelah karena perang sebelumnya menghadapi kabilah Hawazin.
- Bulan Syawal sudah habis dan masuk bulan Zulkaedah yang merupakan awal bulan suci (asyhurul hurum) yang dilarang berperang di dalamnya.
- Musim haji juga sudah dekat. Dan sejak penaklukan kota Mekah, maka pengelolaan pelaksanaan ibadah haji berada di tangan muslimin.
Akan
tetapi Rasul tetap melancarkan dakwah Islam kepada kabilah Tsaqif dan
semua suku Arab yang masih belum masuk Islam, sampai akhirnya mereka
semua bersedia menerima agama Islam atau menyatakan tunduk kepada
pemerintahan Islam.[islamedia]
DPD PKS Siak - Download Android App