pkssiak.org - By: Nandang Burhanudin
*****
Imam Hasan Al-Banna sejak lama menegaskan, "Demokrasi bagi kaum liberal sekuler laksana dewa yang terbuat dari kue. Diimani dan disembah jika menguntungkan dan berpihak kepada mereka. Namun jika kurang berpihak, mereka memakannya dengan lahap."
Tidak sedikit kalangan Islam yang terkecoh dengan makna demokrasi. Mereka menganggapnya suara rakyat suara tuhan, rakyat berhak membuat UU yang menyingkirkan peran Pemilik alam semesta, Allah Ta'ala. Pemahaman seperti ini mengakibatkan apapun yang berbau demokrasi menjadi haram. Namun saat dibenturkan situasi kondisi yang pada kenyataannya, justru di era demokrasilah, suara-suara lantang antidemokrasi diperbolehkan. Plus realita, bahwa produk-produk demokrasi cenderung ramah, uniknya dibuatlah istilah-istilah baru untuk menghalalkan menikmati produk demokrasi. Istilah yang kurang lazim dikenal dalam khazanah keislaman.
Kasus Mesir kini membuka tabir dusta pengusung demokrasi dan anti demokrasi. Pernahkah kita memperhatikan produk deterjen atau produk pasta gigi yang seakan-akan berlawanan, padahal sebenarnya dikeluarkan satu perusahaan yang sama, hanya berbeda segmentasi dan target sasaran belaka? Unik bukan? Tujuannya adalah sama: Zimamul umur (kendali semua urusan) harus tetap dikuasai kaum sekuler-liberal.
Musuh-musuh Islam sangat risih dan cemburu dengan SDA dan kekayaan SDM di dunia Islam. Sekian abad lamanya, mereka berpikir untuk melakukan balas dendam dengan menjadikan dunia Islam sebagai wilayah aneksasi atau SDMnya bertekuk lutut dan bisa diperbudak.
Negara yang sudah tunduk, musuh-musuh Islam membiarkan sistem kenegaraan apa adanya. Ada yang kerajaan, keemiran, kesultanan, atau wali. Bahkan beberapa wayah Islam dibiarkan binasa dikuasai penguasa diktator, rezim biadab. Yang penting urusan tetap dikuasai musuh-musuh Islam. Maka di negara-negara demikian, hampir tak terdengar suara antidemokrasi. Karena demokrasi tidak dibutuhkan.
Adapun di negara-wilayah yang terbuka dikuasai elemen gerakan Islam melalui demokrasi, maka diciptakan elemen gerakan Islam yang seakan murni 10000 % sesuai syariat, padahal sebenarnya menggembosi kekuatan Islam dari dalam. Maka di beberapa negara yang sudah menganut demokrasi, yang kemungkinan Muslim Haraki bisa menguasai dan mengelola negara secara simultan dan mandiri, maka suara golput digalakkan, aktivitas demokrasi diharamkan, dan pelakunya dikafirkan, dimunafikkan, bahkan dimurtadkan. Maka paham antitesa demokrasi seperti ini marak di India, Pakistan, Mesir, Indonesia, Malaysia, Palestina, Turki. Musuh Islam menekankan, jangan sampai pemimpin gerakan Islam sukses meraih simpati publik seperti di Turki yang mampu tegas melawan Israel, Yunani, bahkan Perancis.
Jadi, demokrasi selalu dibuat seperti jelangkung. Datang dan pergi tergantung kondisi. Satu hal yang pasti, umat Islam harus selalu dibuat tak berdaya. Jika perlu dibiarkan larut dalam mimpi dan ilusi. Wallhu A'lam.
17:53; 30 June 13
:: PKS PIYUNGAN