pkssiak.org, Mesir didesak melakukan penyelidikan independen atas pembunuhan 51 pendukung Mohammed Morsi, yang dilakukan polisi dan tentara di luar markas Pasukan Pengawal Presiden pada 8 Juli 2013.
Permintaan ini dikeluarkan organisasi HAM, Human Rights Watch (HRW), di New York, yang menggambarkan tindakan aparat keamanan Mesir tersebut sangat berlebihan.
Direktur HRW untuk kawasan Timur Tengah, Joe Stork, mengatakan jaksa sudah melancarkan penyelidikan terhadap pemimpin dan pendukung Ikhwanul Muslimin, kelompok asal Morsi, namun seakan membiarkan polisi dan tentara.
"Militer sejak dulu dikenal gampang hilang kesabaran dan menggunakan kekuatan yang berlebihan untuk membubarkan para pengunjuk rasa," kata Stork.
Ia mengungkapkan kesaksian yang dikumpulkan HRW menunjukkan militer mengeluarkan tembakan ke arah massa, termasuk ke orang-orang yang tidak bersenjata.
"Pemerintah perlu tahu siapa pelakunya dan mengajukan para pelaku tersebut ke pengadilan. Ini penting untuk menunjukkan bahwa mereka menghormati hak asasi manusia," lanjut Stork.
Pembantaian ini terjadi pada 8 Juli ketika tentara dan polisi bergerak sebelum fajar untuk membubarkan aksi damai para pendukung Ikhwanul Muslimin. Kekerasan pecah selama beberapa jam berikutnya, ditandai dengan penembakan dengan peluru tajam oleh aparat keamanan, termasuk dari penembak jitu, terhadap para demonstran.
Para pengunjuk rasa membalas dengan melemparkan bom molotov, batu, dan tembakan.
Ketika kekerasan reda, 51 demonstran, dua polisi, dan satu tentara tewas, kata Kementerian Kesehatan Mesir.
Juru bicara militer Mesir mengatakan massa menyerbut markas Pasukan Pengawal Presiden, namun militer sejauh ini tak bisa menunjukkan bukti klaim mereka. HRW juga tak menemukan bukti itu. Data yang dikumpulkan HRW justru menunjukkan bahwa para demonstran sedang salat Subuh ketika diserbu aparat keamanan.***
*https://www.hrw.org/news/2013/07/14/egypt-investigate-police-military-killings-51